Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Infrastruktur Ukraina Hancur, Zelensky: Di Bulan April Rusia Bombardir dengan 3.200 Bom Berpemandu

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa Rusia terus mengintensifkan serangan ke negerinya hingga menghancurkan

Editor: Hendra Gunawan
Kementerian Pertahanan Rusia
Bom luncur FAB-1500 Rusia yang menghancurkan sebagian infrastruktur Ukraina 

TRIBUNNEWS.COM -- Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa Rusia terus mengintensifkan serangan ke negerinya hingga menghancurkan sebagian besar infrastruktur militer dan energi.

Bahkan pada bulan April 2024, Ukraina dibombardir dengan senjata berkekuatan besar. Musuh besar Vladimir Putin itu mengatakan, Rusia sepanjang bulan lalu telah menyerang Ukraina dengan 300 rudal, 300 drone Shahed dan 3.200 bom berempandu.

Akibatnya sebagian besar infrastruktur sipil dan energi Ukraina ketika Kyiv menunggu bantuan tambahan dari sekutunya. Padahal saat itu Ukraina sudah semakin lemah.

Baca juga: 4 Berita Populer Internasional: Ukraina Kehabisan Jatah Bantuan Senjata - Perilaku Aneh Tentara IDF

“Hanya kekuatan yang dapat menghentikan teror ini – kekuatan rakyat kita, kekuatan persatuan dunia, kekuatan tekanan terhadap Rusia, kekuatan sistem pertahanan udara yang diberikan kepada Ukraina, kekuatan tentara kita yang berada di garis depan," tulis Zelenskiy di aplikasi perpesanan Telegram ditulis Kamis(2/5/2024) dikutip Reuters.

Penyerangan di bulan April ini menjadi yang paling dahsyat sepanjang invasi Rusia yang digelar sejak Februari 2022 lalu.

Alexander Kovalenko, seorang analis militer Ukraina sebelumnya membandingkan peningkatan serangan Rusia.

Pada tiga bulan awal 2024 saja, tentara Putin sudah menjatuhkan sebanyak 3.500 bom luncur berpemandu atau meningkat 1.600 persen dari jumlah bom sejenis yang diluncurkan pada 2023 lalu.

Bom-bom berkekuatan dahsyat tersebut diluncurkan oleh dua jenis pesawat tempur Rusia hanya dari wilayah sistem pertahanan udara mereka. Namun bisa meluncur deras ke wilayah lawan.

"Dengan kemampuan luncur hingga 70 kilometer, tanpa memasuki wilayah sistem pertahanan udara kami, Rusia bisa menghancurkan tentara dan kota-kota kami," ujar Kovalenko dikutip dari Forbes.

Persenjataan termasuk FAB-1500 milik Moskow yang dimodifikasi menimbulkan kerusakan parah di Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina, serta kota-kota garis depan seperti Sumy, yang mengalami pukulan hebat dalam beberapa pekan terakhir.

Baca juga: Tak Ada Lagi Jatah AS Untuk Ukraina, AS Bujuk Anggota NATO Sumbangkan Peluncur Patriot ke Kiev

FAB-1500 adalah senjata munisi luncur terbesar yang saat ini digunakan Rusia untuk melawan Ukraina.

Pakar militer David Hambling mengatakan bahwa dengan FAB-1500 cukup menjamin kehancuran. Karena memiliki akurasi lebih dari 10 meter.

Bekas serangan pun bisa menimbulkan kawah sedalam dua meter lebih dan lebar 15 meter.

Anggota pasukan Ukraina Egor Sugar mengatakan kedahsyatan bom ini, bahkan gedung bertingkat pun akan berubah menjadi lubang dalam usai dijatuhi FAB.

"Dan mereka menjatuhkan 60-80 buah ke arah kita dalam satu hari. Bayangkan saja kondisi di mana pesawat tempur kita berada. bertempur di sini hari ini,” tulisnya di medsos X.

Bom FAB-500 Rusia siap dikerahkan untuk menghancurkan wilayah yang dikuasai oleh pasukan Ukraina
Bom FAB-500 Rusia siap dikerahkan untuk menghancurkan wilayah yang dikuasai oleh pasukan Ukraina (Kementerian Pertahanan Rusia/TASS)

Pada pertengahan Februari lalu Egor Sugar dan teman-teman seperjuangan akhirnya mundur darfi Avdiivka yang direbut Rusia.

Keesokan harinya, setelah empat bulan pengepungan dan pemboman dengan intensitas yang belum pernah terjadi sebelumnya, pasukan Rusia bergerak ke tempat yang telah menjadi reruntuhan. Namun perebutan kota di wilayah Donetsk ini, yang dapat membuka jalan ke kota-kota besar Kramatorsk dan Sloviansk, adalah salah satu kemenangan mereka yang paling mencolok.

Apa yang disebut “bom luncur”, yang disebut oleh Sugar sebagai KAB, memainkan peran yang menentukan dalam pertempuran ini, dan sejak itu terus menebar teror di parit pertahanan Ukraina sehingga banyak pengamat melihatnya sebagai senjata yang paling mungkin merusak keseimbangan. menguntungkan Moskow setelah berbulan-bulan tidak bergerak.

Tentara Rusia kini menjatuhkan mereka dalam jumlah besar di Chassiv Yar, salah satu benteng terakhir di jalan menuju Kramatorsk.

Bom FAB-500 diluncurkan dari jet tempur Rusia di wilayah Ukraina
Bom FAB-500 diluncurkan dari jet tempur Rusia di wilayah Ukraina (Telegram via Strana)

Kekuatan destruktif mereka, dikombinasikan dengan keunggulan jumlah pasukan Rusia, kemungkinan akan memungkinkan pasukan Rusia menerobos garis pertahanan yang dibangun dengan biaya besar sejak kegagalan serangan Ukraina pada musim panas 2023, beberapa perwira tinggi memperingatkan awal bulan ini, ketika diwawancarai secara anonim oleh surat kabar digital Politico.

Dikutip Forbes, saat ini Rusia sedang mendapatkan keuntungan, dengan serangan bom luncur tersebut. Bom luncur buatan tangan itu harganya murah. Mungkin masing-masing hanya beberapa puluh ribu dolar.

Keuntungan terjadi akibat, sistem pertahanan udara Ukraina yang semakin lemah, rudal SAM yang selama ini membendung meluncurnya misil dan rudal balistik dari Rusia kini telah habis.

Serangan roket Rusia menghajar sebuah hotel di distrik Kharkiv di Kyiv, Kamis 11 Januari 2024 sekitar pukul 22.30 waktu setempat. Rudal yang ditembakk Rusia adalah rudal pertahanan udara S-300 dan membuat bangunan hotel rusak parah.
Serangan roket Rusia menghajar sebuah hotel di distrik Kharkiv di Kyiv, Kamis 11 Januari 2024 sekitar pukul 22.30 waktu setempat. Rudal yang ditembakk Rusia adalah rudal pertahanan udara S-300 dan membuat bangunan hotel rusak parah. (X @trajaykay)

Semakin banyak jet Rusia yang menemukan celah dalam pertahanan udara Ukraina—dan terbang ke arah mereka untuk melemparkan bom luncur berkekuatan dahsyat

“Tanpa superioritas udara, upaya serangan udara strategis Rusia akan terbatas pada serangan rudal jelajah dan balistik yang mahal dalam skala yang jauh lebih terbatas,” tulis Justin Bronk.

Bantuan Sistem Pertahanan Udara Barat Datang Terlambat

Para pakar juga mengatakan bahwa bantuan sistem pertahanan datang terlambat, untuk sepenuhnya menggantikan sistem lama bekas Uni Soviet. Setelah menembakkan lusinan rudal S-300 dan Buk setiap hari selama lebih dari setahun, Ukraina diperkirakan telah kehabisan Buks dan S-300 bulan depan.

Ketika Patriot dan peluncur serta rudal baru lainnya mulai berdatangan, dampaknya adalah semakin besarnya kesenjangan dalam pertahanan udara Ukraina. Ukraina mengetahui hal ini, sehingga mereka semakin mendesak untuk menyediakan SAM yang lebih banyak dan lebih baik serta jet tempur Barat.

Orang Rusia juga mengetahuinya. Dan mereka segera mengeksploitasi kesenjangan tersebut, dengan memasang banyak bom dengan sayap sederhana dan menjatuhkannya dari ketinggian sedang atau tinggi di sepanjang sektor garis depan di mana jangkauan SAM Ukraina paling tipis.

Sebelum tanggal 4 Maret, sebuah jet Rusia melemparkan bom luncur UPAB-1500V ke sasaran di Oblast Chernihiv. Kota Chernihiv terletak 25 mil di selatan perbatasan Rusia. Kebetulan UPAB-1500V seberat 3.300 pon—setidaknya satu ton di antaranya merupakan hulu ledak—dapat menempuh jarak sekitar 25 mil jika pesawat peluncur melepaskannya pada ketinggian 40.000 kaki atau lebih.

Rusia Semakin Agresif

Direktur Intelijen Nasional AS, Avril Haines mengatakan Putin akan menggunakan taktik agresif, mengingat perkembangan domestik dan internasional menguntungkannya.

Haines saat dengar pendapat di Komite Angkatan Bersenjata Senat AS, seperti dilansir Reuters

Haines mencatat bahwa Rusia telah meningkatkan serangan terhadap infrastruktur Ukraina untuk menghambat kemampuan Kiev untuk memindahkan senjata dan pasukan, menghambat produksi pertahanan, dan memaksanya melakukan negosiasi.

“Taktik Putin yang semakin agresif terhadap Ukraina, seperti serangan terhadap infrastruktur listrik Ukraina, dimaksudkan untuk memberikan kesan kepada Ukraina bahwa terus berperang hanya akan menambah kerusakan pada Ukraina dan tidak memberikan jalan yang masuk akal menuju kemenangan,” kata pejabat tersebut.

Taktik agresif tersebut, jelasnya, kemungkinan akan terus berlanjut dan “perang kemungkinan besar tidak akan berakhir dalam waktu dekat.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved