Konflik Palestina Vs Israel
Di Depan Tank, Jenderal IDF Mencak-mencak ke Para Politisi Israel yang Terbelah Soal Wajib Militer
Berdiri di depan sebuah tank di tepi Jalur Gaza, Jenderal Israel itu menyela wawancaranya tentang perang melawan Hamas untuk menyampaikan kemarahan
Gantz, adalah saingan dan oposan Netanyahu.
Langkah ini menandai berakhirnya periode kekacauan politik yang ditandai dengan protes massal tahun lalu atas rencana pemerintah sayap kanan untuk melakukan reformasi peradilan yang tidak populer.
Namun perpecahan di pemerinathan Israel kembali muncul kembali.
Menteri-menteri kabinet Israel saling menyalahkan satu sama lain atas kegagalan keamanan pada tanggal 7 Oktober, berdebat mengenai keuangan dan perebutan kekuasaan untuk mendapatkan kursi di kabinet perang.

Pengecualian Wajib Militer Bagi Kaum Yahudi Ultra-ortodoks
Fokus ketegangan adalah batas waktu 31 Maret yang ditetapkan Mahkamah Agung Israel bagi pemerintah koalisi Netanyahu untuk merancang undang-undang wajib militer baru.
RUU ini kontroversial dan dianggap dapat menimbulkan ancaman bagi kelangsungan pemerintahannya.
Pemerintahan Netanyahu mengandalkan dukungan pada partai-partai keagamaan ultra-Ortodoks dengan berjanji untuk memberikan pengecualian luas bagi komunitas mereka untuk wajib militer.
Namun Gantz, pada gilirannya, mengancam akan meninggalkan pemerintahan jika tuntutannya agar undang-undang yang lebih adil tidak dipenuhi.
Gantz meminta, semua warga Israel dari kalangan manapun harus dikenai wajib militer.
Baca juga: Perang Tak Juga Dimenangkan, Israel Umumkan Perintah Penambahan Masa Tugas Ribuan Tentara
Di pihak lain, Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mendukung Gantz, dengan mengatakan bahwa dia tidak akan mendukung rancangan undang-undang yang tidak diterima oleh semua anggota kabinet.
Pengecualian bagi kaum ultra-Ortodoks ini merupakan sumber kebencian yang sudah lama ada di kalangan arus utama Israel, yang pada usia 18 tahun harus menjalani wajib militer selama dua atau tiga tahun.
Banyak kaum ultra-Ortodoks, yang menganut studi agama penuh waktu, juga tetap berada di luar angkatan kerja yang membayar pajak, dan sebagian besar bergantung pada tunjangan negara.
Sementara itu, warga Israel yang bertugas di ketentaraan dapat dipanggil ke unit pasukan cadangan hingga sekitar usia 40 tahun, atau bahkan lebih tua, sehingga meninggalkan pekerjaan dan keluarga.
"Kelompok cadangan memainkan peran penting dalam protes tahun 2023 mengenai reformasi peradilan, yang menurut mereka akan melumpuhkan Mahkamah Agung. Beberapa mengancam tidak akan menjawab panggilan tugas," tulis laporan Memo.
Kelompok pasukan cadangan yang paling menonjol selama protes tersebut, Brothers in Arms, bulan ini mengumumkan bahwa mereka kembali turun ke jalan untuk berdemonstrasi menentang pemerintah, dengan fokus baru pada undang-undang wajib militer.
“Satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah ini adalah melalui protes,” kata Omri Ronen, seorang kapten tentara cadangan dan anggota kelompok tersebut, pada salah satu demonstrasi nasional pada hari Sabtu.
“Ini mungkin kesempatan terakhir kita dan kita tidak boleh menyia-nyiakannya,” katanya.
(oln/memo/*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.