Selasa, 30 September 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Perpecahan di Dalam Kabinet Perang Israel, PM Benjamin Netanyahu dan Menteri Benny Gantz Tak Sejalan

Analis berikan pandangannya mengenai keretakan di dalam kabinet perang Israel. PM Benjamin Netanyahu dan menteri Benny Gantz tak sejalan.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Febri Prasetyo
Instagram @gantzbe/@b.netanyahu
Benny Gantz (kiri) dan PM Israel Benjamin Netanyahu. Analis berikan pandangannya mengenai keretakan di dalam kabinet perang Israel. PM Benjamin Netanyahu dan menteri Benny Gantz tak sejalan. 

Gantz bertemu dengan Wakil Presiden AS Kamala Harris sehari setelah Harris menyampaikan beberapa kritik paling pedas AS terhadap Israel sejak perang.

Selain menyerukan gencatan senjata, Harris juga menyuarakan keprihatinan pemerintah AS atas krisis kemanusiaan di Gaza.

Ia mendesak Israel untuk mengambil tindakan tambahan untuk meningkatkan aliran bantuan.

Israel berjanji untuk melenyapkan Hamas setelah serangan tanggal 7 Oktober yang mengakibatkan kematian sekitar 1.160 orang, menurut hitungan resmi AFP.

Pemboman Israel terhadap Gaza telah menyebabkan lebih dari 30.700 orang tewas dalam lima bulan perang, dan menyebabkan kehancuran yang luas.

Badan-badan PBB juga telah memperingatkan meningkatnya ancaman kelaparan ketika bantuan kesulitan untuk menjangkau warga di Gaza yang membutuhkan.

Presiden AS Joe Biden dan Netanyahu berada dalam konflik terbuka ketika Gedung Putih menekan pemimpin Israel untuk tidak melanjutkan jatuhnya korban sipil dalam jumlah besar di Gaza, kata Hazan.

"Gantz lebih dekat dengan Amerika"

Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz, pemimpin partai Biru Putih (Kahol Lavan), berbicara selama kunjungan ke desa Druze di Julis di Israel utara, pada 23 Februari 2021. Israel akan mengadakan pemilihan umum keempat dalam waktu kurang dari dua tahun, pada tanggal 23 Maret.
Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz, pemimpin partai Biru Putih (Kahol Lavan), berbicara selama kunjungan ke desa Druze di Julis di Israel utara, pada 23 Februari 2021. Israel akan mengadakan pemilihan umum keempat dalam waktu kurang dari dua tahun, pada tanggal 23 Maret. (JALAA MAREY / AFP)

“Gantz tidak seperti Netanyahu, dia lebih dekat dengan sikap Amerika setelah perang," kata Hazan.

"Gantz adalah rekan yang lebih nyaman bagi Washington, lebih terbuka untuk berdialog dengan mitra moderat di kawasan dan lebih terbuka mengenai peran yang dapat dimainkan oleh Otoritas Palestina di Gaza setelah perang," tambah Plesner.

Pekan lalu, Gantz memuji usulan Yoav Gallant untuk mereformasi dinas militer agar dapat memasukkan warga Yahudi ultra-Ortodoks, yang saat ini dikecualikan karena alasan agama.

Namun pengumuman tersebut sangat mengguncang politik Israel dan dianggap oleh beberapa media Israel sebagai tantangan dari Gallant kepada Netanyahu, karena keduanya berasal dari partai yang sama.

Usulan tersebut merupakan sebuah kejutan politik dan memaksa perdana menteri berada dalam situasi yang sulit, karena dua partai utama yang mewakili Yahudi ultra-Ortodoks dapat menggulingkan koalisinya yang berbahaya kapan saja.

"Netanyahu sedang berupaya untuk menghindari pemilu dini, yang akan menguntungkan Gantz dengan cara apa pun," kata Plesner.

Jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan bahwa jika pemilu diadakan sekarang, partai Gantz akan memenangkan jumlah kursi terbanyak.

“Jika ada satu isu yang mungkin tidak terkendali dan menyebabkan runtuhnya koalisi, itu adalah karena isu perekrutan ultra-Ortodoks”, kata Plesner.

"Gantz harus mengatur waktu keluarnya dari pemerintahan dengan cara yang bisa membuat warga Israel merasa dia memperhatikan kepentingan Israel sambil menciptakan persepsi bahwa Netanyahu hanya mementingkan kepentingan pribadinya," kata Hazan.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan