Kesepakatan Senjata dengan Rusia Untungkan Ekonomi Korut
Di tengah sanksi internasional, perekonomian Korea Utara diuntungkan dari kesepakatan bisnis senjata dengan Rusia. Kesepakatan termasuk…
Awalnya berproduksi untuk kebutuhan militernya sendiri, Korea Utara telah menemukan beberapa pelanggan utama senjata dan amunisinya di luar negeri, utamanya di negara-negara bekas Uni Soviet atau negara-negara di Afrika sub-Sahara.
Sebagian besar suku cadang diimpor dari negara-negara lain yang terkena sanksi berat, termasuk Cina dan Iran.
"Korea Utara sudah lama menginginkan dua hal: yang pertama adalah legitimasi sebagai sebuah bangsa, yang tidak mereka miliki karena Perang Korea (1950-1953) belum berakhir. Yang kedua adalah sektor pertahanan dan militer yang berkelanjutan, untuk bisa mempertahankan kedaulatannya,” kata Basu, seraya menambahkan bahwa kesepakatan dengan Rusia membantu memperkuat keduanya.
Meskipun demikian, Basu merasa skeptis rakyat Korea Utara akan mendapat manfaat dari kesepakatan senjata ini. Negara ini, selama bertahun-tahun, sangat bergantung kepada bantuan asing untuk memberi makan penduduknya. Banyak orang menderita kekurangan gizi dan masalah kesehatan lainnya.
"Kemungkinan besar mereka (warga negara biasa) tidak akan mendapat banyak manfaat karena Korea Utara masih merupakan negara otokratis dengan banyak korupsi,” kata Head of Europe, Country Risk di Fitch Solutions itu.
"Pada saat yang sama, pendapatan tambahan di sektor pertahanan akan meningkatkan kemampuan pendanaan eksternal Korea Utara – sehingga akses terhadap impor pangan dan teknologi bisa menjadi lebih mudah.”
Korea Utara diperkirakan mendapat keuntungan setidaknya $1 miliar dari penjualan peluru artileri ke Rusia, Bloomberg News melaporkan minggu ini. Rudal balistik yang dipesan oleh Moskow biasanya bernilai beberapa juta dolar.
Aliansi Rusia-Korut lebih erat?
Ekonom Fitch Solutions itu juga mencatat bagaimana Korea Utara, bersama dengan Rusia, terkenal dengan kemampuan serangan sibernya yang canggih, dan negara tersebut melatih ribuan peretas.
"Ini bisa menjadi bidang lain bagi kedua belah pihak untuk bekerja sama di masa depan,” kata Basu.
Sebagai tanda bahwa kedua negara berupaya untuk lebih meningkatkan hubungan, Putin menyatakan kesediaannya untuk mengunjungi (Korea Utara) dalam waktu dekat, demikian kantor berita negara Korea Utara KCNA melaporkan pekan lalu.
Ini akan menjadi kunjungan pertamanya ke Pyongyang setelah lebih dari dua dekade. (ae/as)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.