Para pendukung fanatik capres-cawapres 'rentan kena depresi’, kata psikolog
Kalangan psikolog dan psikiater memperingatkan isu kesehatan mental terhadap masyarakat makin nyata jelang hari pencoblosan Pemilu…
Seluruh debat juga ia saksikan sampai semua jadwal hariannya dialihkan.
"Setelah debat, kita pantau sosmed, apalagi kicauan yang lucu yang trending setelah kejadian tadi, karena kan biasanya kemenangan saat itu beda reaksinya, habis gitu baca di Twitter," katanya.
Jelita saat ini mengaku sudah tidak bisa goyah pada pilihannya. "Sebelum tidur masih mantau sosmed, cekikikan, ulang lagi," katanya.
Di sisi lain, Ratna warga di Jawa Barat juga sudah punya idola untuk dicoblos 14 Februari mendatang. Ia bahkan menjadi relawan untuk mempromosikan paslonnya kepada warga lainnya.
Tapi Ratna mengaku hal ini ia lakukan lantaran atas pilihan "rasional" melihat rekam jejak paslon termasuk program-programnya.
"Saya orangnya realistis, kalau punya tujuan saya bergerak bersama teman-teman jadi bukan mimpi. Kita bergerak," katanya.
Dalam menyaksikan debat capres-cawapres, Ratna mengaku "kesal sedikit"' saat jagoannya mendapat serangan dari rival. Tapi kata dia, "Cawapres pilihan saya justru luar biasa elegan bereaksi. Karakter pilihan saya itu sangat oke, dan pihak lawan terbukti seperti itu kualitasnya."
Penelitian pemilu dan kesehatan mental
Hubungan antara kesehatan mental dan pemilu telah menjadi bahan studi di belahan dunia. Kebanyakan penelitian ini menghubungkan antara pemilih dengan masalah kesehatan fisik, kesehatan mental, depresi, kecemasan, sampai gangguan tidur.
Dalam penelitian terbaru oleh Timoty Fraser yang dirilis Cambridge University Press, menunjukkan pilpres Amerika Serikat 2020 telah berdampak terhadap gangguan mental masyarakatnya.
“Kami memperkirakan bahwa 12,5% dari orang Amerika mengalami gejala yang sesuai dengan kemungkinan diagnosis PTSD terkait pemilu,” sebut penelitian tersebut. PTSD atau Post-Traumatic Stress Disorder adalah gangguan mental yang muncul setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa yang bersifat traumatis atau sangat tidak menyenangkan.
Dalam momentum yang sama, American Psychological Association (APA) merilis laporan yang menunjukkan 68% orang dewasa Amerika yang menyatakan pilpres AS 2020 merupakan sumber stres yang signifikan dalam hidup mereka.
Jauh sebelum itu, hubungan stres dengan pemilu juga pernah dibuktikan dalam penelitian pemilu lokal di negara bagian India, Rajasthan pada 1995. Penelitian ini menunjukkan dari 114 pasien yang diteliti, sebanyak 47,4% menganggap pemilu sebagai peristiwa kehidupan yang penuh tekanan.
Pendukung fanatik lebih berisiko kena mental
Cerita dari sebagian warga yang akan menyalurkan hak suaranya ini menunjukkan situasi pemilu telah berpengaruh terhadap emosi mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Dokter spesialis kedokteran jiwa di RS Jiwa Daerah Abepura, Manoe Bernd Paul, tak menampik tekanan pemilu terhadap kejiwaan seseorang.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.