Sabtu, 4 Oktober 2025

Minum 'air putih mewah' seharga jutaan rupiah jadi tren di kalangan orang kaya

Meskipun jutaan orang tidak memiliki akses terhadap air bersih, segelintir orang bersedia membayar jutaan dollar AS untuk satu botol…

BBC Indonesia
Minum 'air putih mewah' seharga jutaan rupiah jadi tren di kalangan orang kaya 

Pernahkah Anda mendengar tentang restoran yang menawarkan menu air putih mewah alih-alih anggur berkualitas? Atau pesta pernikahan yang kedua mempelainya bersulang menggunakan H2O mewah alih-alih sampanye atau jus buah?

‘Air putih mewah’ itu disebut-sebut punya khasiat lebih banyak ketimbang air mineral standar atau air kemasan. Itu sebabnya Anda harus merogoh kocek hingga jutaan rupiah untuk bisa menenggaknya.

Air tersebut bahkan dapat dipadukan dengan makanan - mulai dari steak hingga ikan - seperti halnya minuman anggur.

Minuman mahal ini dikenal dengan sebutan ‘fine water’. Ia berasal dari sumber alami seperti batuan vulkanik, es yang mencair dari gletser, atau tetesan kabut. Bahkan ada yang diekstraksi langsung dari awan.

Setiap air mewah ini memiliki karakteristik dari tempat asalnya dan, tidak seperti air kemasan pada umumnya, air tersebut sama sekali tidak diolah.

Saat ini terdapat ratusan merek air mewah di seluruh dunia dan bahkan ada ahli yang dapat memberi Anda saran mengenai merek tersebut.

Apakah air punya rasa?

Sama seperti juru perasa wine, ada juga juru perasa air putih atau water sommelier. Mereka bertugas mengevaluasi setiap produk air putih mewah dan membedakannya dari segi mineral, rasa, dan rasa di mulut.

“Air bukan sekedar air. Setiap air di dunia kita berbeda dan memiliki rasa,” kata Milin Patel, konsultan air dan juru perasa air putih mewah yang mengelola sebuah toko pop-up di London.

Dia mengadakan sesi mencicipi untuk orang-orang yang tertarik memahami air, termasuk berbagai jenis air keran dan air kemasan.

Patel mengatakan kepada BBC bahwa misinya adalah untuk mengedukasi masyarakat, khususnya generasi muda, tentang berbagai jenis air dan rasanya.

“Ingat di sekolah, kita belajar tentang siklus hidrologi alami – evaporasi, kondensasi, dan presipitasi. Namun, kita melewatkan satu hal – remineralisasi,” katanya.

“Jadi, begitu hujan jatuh ke tanah, ia menyerap kemudian merembes melalui berbagai batuan dan tanah untuk menghasilkan mineral seperti kalsium, magnesium, potasium, silika, dll. Proses inilah yang memberi rasa mineral pada air,” tambah Patel.

Air dari gunung es atau hujan, yang tidak mengalir secara alami ke dalam tanah, biasanya memiliki kadar total padatan terlarut (TDS) yang lebih rendah dibandingkan air dari mata air dan sumur.

Patel memiliki koleksi air yang berbeda dari seluruh dunia, mulai dari air keran hingga air murni yang harganya mencapai hampir Rp5 juta per botol.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved