Minggu, 5 Oktober 2025

Minum 'air putih mewah' seharga jutaan rupiah jadi tren di kalangan orang kaya

Meskipun jutaan orang tidak memiliki akses terhadap air bersih, segelintir orang bersedia membayar jutaan dollar AS untuk satu botol…

BBC Indonesia
Minum 'air putih mewah' seharga jutaan rupiah jadi tren di kalangan orang kaya 

Dr Mascha juga bekerja dengan proyek perumahan dan apartemen super mewah yang akan menampilkan 'ruang minum air' – alih-alih gudang anggur.

Air murni juga populer di kalangan masyarakat yang menghindari alkohol karena alasan agama, catat Dr Mascha, terutama di pesta pernikahan. Ini juga merupakan hadiah alternatif yang bagus untuk menggantikan sampanye mahal, klaimnya.

Namun tren ini tentu saja mendapat kritik.

'Salah secara etika'

Ada jutaan orang di seluruh dunia yang kesulitan mendapatkan akses terhadap air bersih, dan banyak yang menolak konsep menghasilkan uang dari komoditas paling mendasar dengan cara ini.

Menurut PBB, pada tahun 2022, sebanyak 2,2 miliar orang masih kekurangan air minum yang dikelola secara aman, termasuk 703 juta orang yang bahkan tidak memiliki layanan air dasar.

Kritikus lain berpendapat bahwa mode ini hanyalah sebuah tipuan; air hanyalah air dan tidak ada perbedaan antara air keran yang dapat diminum, air kemasan, dan air yang disebut air murni, selain dari harganya.

Sementara para pemerhati lingkungan menyatakan bahwa segala jenis air kemasan dapat merusak Bumi karena berakhir sebagai limbah di tempat pembuangan sampah.

Carolyn Roberts, Profesor Emerita Lingkungan Hidup di Gresham College, London, berpendapat bahwa menghabiskan ratusan dolar untuk membeli sebotol air adalah tindakan yang tidak etis, sementara jutaan orang kesulitan mengakses air bersih.

"Ini hampir seperti memamerkan kekayaan Anda ketika Anda pergi makan malam bersama orang-orang. Jika Anda berkata, ‘Saya membayar untuk sebotol air yang luar biasa ini yang diterbangkan dari Antartika atau di suatu tempat di Hawaii,' orang mungkin akan merasa senang dengan hal itu."

"Namun, pada kenyataannya, tidak ada manfaatnya bagi siapa pun. Ini semua soal uang," katanya kepada BBC.

“Yang lebih penting, ini sangat merusak lingkungan. Baik itu plastik yang terurai menjadi mikroplastik, yang memerlukan bahan bakar fosil untuk produksinya, atau kaca yang sangat berat dan perlu diangkut ribuan mil dari daerah terpencil sehingga menyebabkan dampak buruk pada emisi karbon, " paparnya.

“Jadi, ini bukan hanya soal uang. Ini juga tentang kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh apa yang disebut sebagai air berkualitas.”

Namun Dr Mascha berpendapat bahwa air berkualitas diproduksi tidak hanya untuk orang kaya karena ada beberapa air berkualitas yang harganya hanya US$2 (Rp31.000).

Dia lantas membedakan antara air murni alami dan air olahan, yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved