Jumat, 3 Oktober 2025
Deutsche Welle

Pemilu Taiwan: Antara Pengaruh Cina-AS dan Pandangan Pemilih Muda

Taiwan siap menggelar pemilu hari Sabtu (13/01), yang akan menentukan arah hubungannya dengan Cina dan AS di tahun-tahun mendatang.

Deutsche Welle
Pemilu Taiwan: Antara Pengaruh Cina-AS dan Pandangan Pemilih Muda 

Menyoroti meningkatnya ketegangan, KMT berpendapat, jika DPP ingin mendapatkan masa jabatan ketiga berturut-turut, hal ini kemungkinan akan menyebabkan konflik militer dengan Beijing. Kandidat presiden KMT, Hou, berjanji untuk menjamin perdamaian lintas Selat dan memfasilitasi pertukaran dengan Beijing berdasarkan "kesetaraan dan martabat” untuk mengurangi risiko konflik.

Chong Ja Ian mengatakan ada "skeptisisme tingkat tinggi” di dalam KMT atas komitmen AS terhadap pertahanan Taiwan. Namun Lai Ching-te dari DPP menolak narasi "perang dan perdamaian” dan malah menggambarkan pemungutan suara tersebut sebagai pilihan "antara demokrasi dan otokrasi.” Pada tahun 2017, Lai sempat memicu kemarahan Beijing dengan menyatakan bahwa dia adalah "pekerja politik untuk kemerdekaan Taiwan."

Pemilih muda bosan retorika konflik

Perdebatan di kalangan pemilih muda mengenai hubungan Taiwan-Cina sekarang tidak lagi sepanas di masa-masa lalu. Sarah Liu, dosen senior bidang gender dan politik di Universitas Edinburgh, mengatakan kepada DW bahwa "pemilih muda mungkin menganggap isu lintas Selat sebagai hal yang kurang penting” dalam pemilu ini. Karena mereka "memiliki hal lain yang perlu dikhawatirkan selain ancaman dari Cina."

"Generasi muda Taiwan sangat prihatin dengan kebutuhan domestik mereka,” kata Sarah Liu, seraya menyebutkan masalah perumahan, inflasi, pasokan listrik dan air sebagai fokusnya. Namun hal ini tidak berarti bahwa para pemilih muda cenderung mengabaikan ancaman keamanan dari Beijing, tambah Sarah Liu.

Chong Ja Ian mengatakan lebih lanjut, Cina akan terus menekan Taiwan, apapun hasil pemilunya. "Perbedaan besar di antara ketiga pihak adalah apakah mereka benar-benar yakin, ada kemungkinan untuk mendapatkan hasil positif dalam negosiasi dengan Beijing,” jelas profesor ilmu politik di Universitas Nasional Singapura itu. "Dan… apakah Beijing bersedia menepati janji atau komitmen apa pun yang dibuatnya.”

(hp/as)

Sumber: Deutsche Welle
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved