Konflik Palestina Vs Israel
Direktur RS di Gaza Sebut Pemimpin Hamas Pengecut, Diduga karena Intimidasi dan Siksaan Israel
Israel diduga berupaya mengubah arah simpati dengan tujuan agar publik internasional memaklumi agresinya di Gaza.
TRIBUNNEWS.COM - Israel telah kehilangan dukungan dan simpati internasional seiring tragedi kemanusiaan di Gaza.
Gempuran membabi buta Israel di wilayah tersebut mengakibatkan hampir 20 ribu orang kehilangan nyawa. Sebagian besar anak-anak dan perempuan.
Rumah sakit, kamp pengungisian, hingga tempat ibadah tak luput dari serangan.
Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu ngotot untuk terus mengobarkan perang di Gaza hingga Hamas yang dicap sebagai biang keladi serangan 7 Oktober dan melenyapkan 1.200 nyawa orang Israel, harus ditumpas hingga ke akar.
Bahkan Israel seperti memusuhi semua negara yang mengharapkan gencatan senjata berkelanjutan agar bantuan dari luar dapat dikirim untuk mengurangi penderitaan warga sekaligus mencegah korban jiwa bertambah.
Sadar kehilangan dukungan, Israel diduga berupaya mengubah arah simpati dengan tujuan agar publik internasional memaklumi agresinya di Gaza.
Belum lama ini misalnya. Militer Israel menangkap dan menginterogasi Ahmed Kahlot, Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza bagian Utara.
Dalam interogasi tersebut, Kahlot yang mengaku direkrut Hamas pada 2010, membuat pernyataan menyudutkan kelompoknya. Ia diduga dalam tekanan dan menjadi bagian dari operasi kontra intelijen Israel.
Intinya, Kahlot saat diinterogasi Israel, membenarkan bahwa sebagian anggota Izz ad-Din Al Qassam, sayap militer Hamas, bersembunyi di rumah sakit.

“Mereka bersembunyi di rumah sakit karena mereka yakin rumah sakit adalah tempat yang aman. Mereka tidak akan terluka jika berada di dalam rumah sakit,” kata Kahlot seperti dikutip Israel Today.
Ia juga menceritakan bagaimana Hamas menggunakan rumah sakit dan ambulans untuk bersembunyi dan melancarkan aktivitas militernya. Termasuk mengangkut anggota dan membawa tentara Israel yang mereka culik.
“Hamas memiliki kantor di dalam rumah sakit. Ada tempat untuk pejabat senior, mereka juga membawa tentara (Israel) yang diculik ke sana. Ada tempat khusus untuk investigasi, keamanan internal dan keamanan khusus. Mereka semua memiliki saluran telepon pribadi di dalam rumah sakit,” terangnya.
Tak hanya itu, Kahlot mengatakan kepada orang yang menginterogasinya mengenai sikap militer Hamas ketika ada pria terluka dan harus dirujuk ke rumah sakit Indonesia.
“Suatu kali saya memohon kepada mereka untuk membawa seorang pria yang terluka ke rumah sakit Indonesia untuk mendapat perawatan dan disembuhkan. Mereka menolak karena menganggap misi mereka lebih penting.”
Bahkan Kahlot tak segan menyebut para pemimpin Hamas pengecut.
"Mereka meninggalkan kami di lapangan sambil bersembunyi…. Mereka menghancurkan kami," lanjutnya.
Kahlot bukan satu-satunya yang pernah ditangkap dan diiterogasi untuk membuat pernyataan yang menyudutkan Hamas.
Shin Bet, lembaga kontraspionase Israel, pernah melaporkan warga Gaza lainnya yang diinterogasi mengkonfirmasi bahwa Hamas dan Jihad Islam Palestina juga telah menempatkan diri mereka di rumah sakit lain dan di markas Bulan Sabit Merah Palestina di Jalur Gaza.
Baca juga: IDF Dicap Milisi, Platform Donasi di Inggris Sempat Bekukan Penggalangan Dana untuk Tentara Israel
Berkait pernyataan Kahlot, Kementerian Kesehatan Gaza angat bicara.
Mereka menuduh Israel telah memberi tekanan terhadap Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan untuk membuat pengakuan tersebut.
“Pengakuan Kahlout diperoleh dengan menggunakan kekerasan, paksaan, penyiksaan dan intimidasi,” demikian laporan Kementerian tersebut seperti dikutip Anadolu.
Dalam laporannya, mereka meminta semua kelompok hak asasi manusia untuk “mengecam perilaku kriminal Israel terhadap rakyat Palestina dan petugas layanan kesehatan untuk mendapatkan narasi yang konsisten dengan tuntutan pendudukan.”
Pasukan tentara Israel menggerebek Rumah Sakit Kamal Adwan di kota utara Beit Lahia pada 12 Desember dan menahan 90 orang, termasuk Kahlout.
Israel telah menggempur Jalur Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober dan menewaskan sedikitnya 19.667 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Jumlah orang terluka tercatat 52.586 orang menurut otoritas kesehatan di wilayah kantong tersebut.
Serangan gencar Israel telah menyebabkan kehancuran di Gaza dengan setengah dari persediaan perumahan di wilayah pesisir rusak atau hancur, dan hampir 2 juta orang mengungsi.
Mereka kini mengalami kekurangan makanan dan air.
Gempuran membabi buta Israel dipicu karena Hamas melancarkan serangan pada 7 Oktober yang menewaskan 1.200 orang dan menculik ratusan lainnya.
Sebagian sandera Israel sudah dibebaskan setelah kesepatakan gencatan senjata beberapa waktu lalu. Sementara 130 sandera masih ditawan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.