Lebih dari 1.000 pengungsi Rohingya tiba di Aceh dalam sepekan, di mana peran ASEAN?
Rentetan kedatangan pengungsi Rohingya di Aceh dalam sepekan terakhir tanpa ada solusi yang jelas menggambarkan betapa buntunya upaya…
“Misalnya soal penggunaan anggaran, tidak ada peraturan baku mengenai penanganan pengungsi Rohingya anggarannya dari mana? Pemerintah daerah tidak bisa menggunakan anggaran karena regulasinya juga tidak jelas,” papar Usman kepada wartawan di Aceh, Rino Abonita, yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
BBC News Indonesia telah menghubungi Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Bidang Politik Hukum dan Keamanan terkait hal ini, namun belum ada tanggapan.
Sebelumnya, suara-suara penolakan untuk menerima pengungsi pun sempat mengemuka dari sebagian warga. Meski pada akhirnya, dari total enam kapal yang mendarat di Aceh dalam sepekan, tidak satu pun yang dipaksa kembali ke laut.
Perwakilan UNHCR untuk Indonesia, Ann Mayman, menyebut situasi di lapangan sudah “lebih stabil” dan pihaknya mengupayakan agar para penduduk lokal bisa memahami situasi yang dihadapi oleh para pengungsi Rohingya.
“Penting untuk memahami siapa para pengungsi Rohingya ini. Beberapa pihak menyebut mereka sebagai Palestina-nya Asia, tapi mereka tidak mendapat perhatian yang sama seperti yang kita berikan kepada orang-prang Palestina. Di sini lah masalahnya,” kata Mayman kepada wartawan BBC News Indonesia, Hanna Samosir.
“Semua orang berpaling dan menganggap mereka kriminal, dan itu sangat tidak tepat.”
“Mereka adalah orang-orang yang rentan. Mereka tidak punya kewarganegaraan. Mereka membutuhkan perlindungan,” kata dia.
Mengapa dikhawatirkan akan ada gelombang besar ke Indonesia?
Chris Lewa dari Arakan Project mengatakan rentetan kedatangan pengungsi Rohingya ini tak lepas dari memburuknya situasi keamanan di Cox’s Bazaar setelah enam tahun mereka ditempatkan di sana.
Menurutnya, terdapat sejumlah kelompok bersenjata yang bertikai satu sama lain di kamp pengungsian. Sebagian pengungsi dan pemilik toko diminta untuk membayar “pajak” kepada kelompok bersenjata ini.
Krisis global juga membuat lebih sedikit dana didonasikan kepada para pengungsi Rohingya. Uang makan yang sebelumnya diberikan sebesar US$12 per bulan untuk per orang, telah dikurangi menjadi US$8.
Lewa mengatakan migrasi orang-orang Rohingya telah meningkat sejak tahun lalu. Mayoritas dari mereka masih bertujuan ke Malaysia, yang bisa ditempuh melalui jalur Myanmar-Thailand atau Indonesia.
Namun karena kian intensnya situasi konflik di Myanmar beberapa pekan terakhir, perbatasan dijaga lebih ketat.
BBC News Burmese melaporkan bahwa kubu pemberontak Tentara Arakan telah melanjutkan pertempuran dengan militer Myanmar pada 13 November lalu.
“Jadi kemungkinan mereka beralih ke rute Indonesia sekarang, yang tentunya mengkhawatirkan,” kata Lewa.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.