Senin, 6 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Penerbangan Militer Misterius Rute Israel-Lebanon Terus Berlanjut, Hizbullah Digempur dari Dalam?

Sumber menyatakan pesawat yang berasal dari negara-negara NATO membawa peralatan yang dimaksudkan untuk melemahkan Hizbullah dari dalam Lebanon

(Kredit foto: Kedutaan Besar Amerika di Lebanon via AP)
Sebuah pesawat Angkatan Udara AS yang membawa senjata dan peralatan untuk tentara Lebanon, tiba di pangkalan angkatan udara Lebanon, di bandara Beirut, Lebanon, 13 Februari 2019. 

Penerbangan Militer Misterius Rute Israel-Lebanon Terus berlanjut, Hizbullah Digempur dari Dalam?

TRIBUNNEWS.COM - Penerbangan kargo militer asing yang misterius, diduga membawa peralatan militer untuk digunakan melawan gerakan Hizbullah, terus mendarat di bandara Beirut dan Hamat, Lebanon.

Laporan Al-Akhbar pada 21 November 2023 menyebut, antara tanggal 14 dan 20 November, sebanyak sembilan pesawat dari berbagai negara NATO tercatat mendarat di bandara Beirut dan Hamat, termasuk beberapa yang terbang dari Tel Aviv.

Laporan itu mengutip data Intelsky, sebuah situs web yang memantau pergerakan pesawat di wilayah tersebut.

Baca juga: Hizbullah Mengamuk, Rentetan Roket Grad Hantam Fasilitas Militer Israel Balas Kematian Dua Jurnalis

Sumber diwawancara Al-Akhbar mengatakan kargo militer tersebut termasuk perangkat yang digunakan untuk jamming.

Hal ini menimbulkan kecurigaan tentang alasan pengangkutan peralatan itu ke Lebanon.

Diduga perangkat jamming tersebut akan digunakan untuk mengganggu jaringan komunikasi Hizbullah jika terjadi eskalasi pertempuran dengan Israel di selatan Lebanon.

Sejak serangan Hamas pada 7 Oktober terhadap pemukiman di sekitar Gaza, yang menewaskan 1.200 warga Israel dan 240 lainnya ditawan, Israel dan Hizbullah terlibat dalam bentrokan mematikan di wilayah perbatasan Lebanon-Israel.

Kargo Tidak Diperiksa Aparat Keamanan Pemerintah

Jaringan komunikasi Hizbullah dilaporkan memang memainkan peran penting saat perang melawan Israel pada bulan Juli 2006.

Saking merepotkannya, Amerika Serikat (AS) sampai harus turun tangan dengan menekan pemerintahan Perdana Menteri Lebanon saat itu Fouad Siniora untuk membongkar jaringan komunikasi kelompok perlawanan tersebut pada 2008.

Sumber yang sama yang berbicara dengan Al-Akhbar menegaskan kalau otoritas keamanan di bandara Beirut dan Hamat tidak secara serius memeriksa kargo pesawat yang mendarat, bahkan Pangkalan Udara Hamat tidak memiliki alat pemindai.

Tujuan akhir kargo tersebut di Lebanon juga belum diketahui.

Intelsky melaporkan kalau pergerakan pesawat militer asing berjalan pada tingkat yang belum pernah terjadi di Lebanon selama bertahun-tahun.

Antara 8 Oktober dan 10 November, 32 pesawat mendarat, sembilan di antaranya milik Angkatan Udara AS, Belanda, dan Inggris dan mendarat di pangkalan Hamat, dan 23 pesawat milik AS, Prancis, Belanda, Spanyol, Kanada, Italia, dan tentara Saudi mendarat di pangkalan yang diperuntukkan bagi pesawat militer dan diplomatik di sisi barat Bandara Beirut.

Sebuah pesawat Angkatan Udara AS yang membawa senjata dan peralatan untuk tentara Lebanon
Sebuah pesawat Angkatan Udara AS yang membawa senjata dan peralatan untuk tentara Lebanon, tiba di pangkalan angkatan udara Lebanon, di bandara Beirut, Lebanon, 13 Februari 2019.

Akal-akalan Touch and Go

Meskipun undang-undang Lebanon melarang penerbangan langsung antara Lebanon dan Israel, Intelsky memantau tiga pesawat yang mendarat di Bandara Beirut yang berasal dari Tel Aviv.

Atlas Airbus A400M Angkatan Udara Kerajaan Inggris mendarat di Beirut pada 14 November, datang dari Tel Aviv.

Pesawat tersebut melakukan operasi “sentuh dan pergi” (menyentuh landasan pacu dan langsung lepas landas tanpa henti) di pangkalan militer Inggris di Siprus.

Cara ini adalah akal-akalan secara teknis mematuhi undang-undang Lebanon yang melarang penerbangan langsung dari Israel karena artinya pesawat itu secara teknis sudah mendarat di Siprus duluan.

Setelah lepas landas dari Beirut, pesawat kembali ke Tel Aviv setelah kembali melakukan operasi touch-and-go di pangkalan Inggris di Akrotiri, Siprus.

Pada 16 November, Boeing C-17A Globemaster III Angkatan Udara AS juga terbang dari Tel Aviv ke Beirut.

Situs web Intelsky mencatat bahwa pesawat tersebut diduga juga mendarat di Siprus tetapi menghilang dari radar sebelum mendarat dan muncul kembali setelah seharusnya lepas landas.

Pesawat tersebut absen dari radar di Larnaca selama 4 menit pada ketinggian 1.264 meter, menandakan pesawat tersebut tidak mendarat di Siprus.

Pada tanggal 21 November, Angkatan Udara Kerajaan Inggris (Airbus A400M Atlas mendarat di Beirut setelah hanya melakukan pendaratan kamuflase di Akrotiri, pada ketinggian hanya 375 meter di atas pangkalan, yang berarti bahwa penerbangan tersebut melanggar hukum Lebanon dan pada dasarnya merupakan serangan langsung, melakukan penerbangan dari Tel Aviv ke Beirut.

Perlu dicatat kalau penerbangan harian antara pangkalan Akrotiri (di Siprus) dan Tel Aviv telah tercatat sejak dimulainya operasi “Banjir Al-Aqsa” pada 7 Oktober.

Pejuang Hizbullah Lebanon berdiri di atas truk militer yang dilengkapi dengan peluncur roket ganda di desa Aaramta, Lebanon Selatan. (ANWAR AMRO/AFP)
Pejuang Hizbullah Lebanon berdiri di atas truk militer yang dilengkapi dengan peluncur roket ganda di desa Aaramta, Lebanon Selatan. (ANWAR AMRO/AFP) (AFP/ANWAR AMRO)

Mau Gempur Hizbullah dari Dalam Lebanon?

Al-Akhbar mencatat kalau penerbangan ini menimbulkan kecurigaan apakah perjalanan ini merupakan bagian dari strategi yang lebih luas terkait konflik dengan Israel.

Kecurigaan lain, kargo militer ini diduga dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan militer beberapa pihak di wilayah tersebut yang bekerja atas nama Israel dan NATO.

Dugaan lain, kargo militer itu diduga untuk memberikan bantuan mereka dengan dukungan logistik yang mencakup pengangkutan peralatan dan perbekalan yang diperlukan.

Sebagai informasi, Hizbullah, meski punya kekuatan militer besar di Lebanon, bukan lah angkatan bersenjata resmi negara tersebut.

Sebagai sebuah kekuatan politik dan militer, Hizbullah yang berpaham Syiah, juga banyak memiliki musuh di pemerintahan Lebanon.

Pasokan kargo militer itu diduga dipasok untuk mendukung musuh-musuh Hizbullah dari dalam Lebanon.

Tentara Israel belum mengomentari penerbangan tersebut, kecuali pernyataan yang dikeluarkan pada 10 November yang menegaskan kalau “sebagian lalu lintas udara di bandara adalah pergerakan rutin untuk mentransfer bantuan militer kepada tentara Lebanon.”

Pernyataan itu dikeluarkan setelah situs Intelsky memantau pergerakan pesawat militer asing pada tingkat yang belum pernah disaksikan Lebanon selama bertahun-tahun.

Antara tanggal 8 Oktober lalu dan tanggal 10 bulan ini, 32 pesawat mendarat, 9 di antaranya milik Angkatan Udara Amerika, Belanda, dan Inggris dan mendarat di pangkalan Hamat, dan 23 pesawat milik Amerika, Prancis, Belanda, Tentara Spanyol, Kanada, Italia, dan Saudi mendarat di pangkalan yang diperuntukkan bagi pesawat militer dan diplomatik di sisi barat Bandara Beirut.

(oln/*/TC)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved