Kutu busuk menyerang kota-kota di dunia dan kebal insektisida, bagaimana cara mengatasinya?
Kutu busuk atau kutu kasur yang mewabah di berbagai kota di dunia, termasuk Paris, diketahui mulai kebal terhadap insektisida.
Sebuah analisis terhadap 156 spesimen kutu busuk yang dikumpulkan dari bangunan-bangunan di sekitar Paris pada 2019 menunjukkan bahwa 73% di antaranya membawa mutasi ganda, yang mungkin menjadi penyebab mengapa serangga ini mewabah belakangan ini.
Namun semua studi tersebut hanya fokus pada satu jenis resistensi, yang berkaitan dengan saluran natrium. Penelitian menunjukkan bahwa kutu busuk juga resisten terhadap jenis insektisida lain karena beradaptasi dengan cara lain.
Perubahan perilaku kutu busuk
Dalam sebuah penelitian pada tahun 2016, para ilmuwan di Universitas Sydney Australia menemukan bukti bahwa kutu busuk telah mengembangkan kerangka tubuh bagian luar yang lebih tebal, sehingga dapat menghentikan penyerapan pestisida ke dalam tubuh mereka.
Semakin tinggi resistensi kutu busuk terhadap insektisida piretroid, maka semakin tebal pula kulir terluar atau kutikulanya.
Serangga dengan ketebalan kutikula sekitar 10 mikrometer (sekitar sepersepuluh ketebalan rambut manusia) secara efektif resisten terhadap insektisida.
Menurut Booth, kutu busuk juga mengubah perilakunya agar tidak diracuni.
“Jika Anda melihat kutu busuk, mereka rata dengan tanah,” kata Booth.
“Namun, saat ini kami melihat ada beberapa yang dapat berdiri dan menjauhkan tubuh mereka dari permukaan, sehingga mereka dapat meminimalkan bagian tubuh mereka yang bersentuhan dengan insektisida.”
Perilaku kutu busuk juga membuat mereka sulit diatasi dengan cara lain.
Kutu busuk cenderung berpindah dari satu tempat ke tempat lain, bersembunyi di celah-celah kecil, di balik kertas dinding, di bawah karpet, dan di antara barang-barang rumah tangga. Oleh karena itu, mereka mungkin bisa bertahan lama tanpa terkena residu insektisida.
Hal itu diperkuat oleh penelitian pada tahun 2020, di mana ahli entomologi Stephen dan Alice Kells memaparkan klorfenapyr pada kutu busuk dan kecoak. Ini adalah pestisida yang relatif baru, dan kutu busuk belum sepenuhnya resisten terhadap klorfenapyr.
Mereka menggunakan dua produk berbeda, yakni semprotan cair dan aerosol, lalu menghitung berapa banyak klorfenapyr yang sebenarnya diserap ke dalam tubuh serangga.
Hasilnya menunjukkan bahwa jumlah insektisida yang masuk ke dalam tubuh kutu busuk jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kecoa.
“Paparan kutu busuk terhadap insektisida sangat bergantung pada waktu dan dosis,” kata Stephen Kells.
“Kutu busuk harus bersentuhan dengan residu cukup lama agar dosisnya terakumulasi. Jadi, jika kutu busuk tidak dipaparkan di tempat atau konsentrasi yang tepat, kemungkinan besar kutu busuk akan menghindari paparan sepenuhnya, atau tidak cukup terpapar dosis yang mematikan.”
Membasmi kutu busuk
Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasi kutu busuk?
Salah satu pilihannya adalah memberikan paparan panas, misalnya memanaskan ruangan menggunakan suhu tinggi.
Menurut sebuah penelitian pada tahun ini, para peneliti mengambil sampel 5.400 kutu busuk dewasa dari 17 lokasi di Paris.
Mereka memisahkan kutu busuk tersebut menjadi lima kelompok, lalu menempatkan masing-masing kelompok di tangki yang berbeda-beda untuk mensimulasikan lingkungan alami mereka.
Beberapa dibiarkan di antara furnitur, kasur atau selimut, sedangkan yang lainnya dibiarkan di udara terbuka.
Para peneliti kemudian memanaskan area tersebut. Semua kutu busuk terbunuh setelah dipanaskan hingga suhu 60 derajat Celcius selama satu jam.
Namun, sebuah penelitian pada tahun 2021 menemukan bahwa kutu busuk cenderung kabur begitu saja saat cuaca terlalu panas. Hal ini bisa menjadi masalah, terutama di gedung apartemen di mana kutu busuk bisa berpindah dari satu apartemen ke apartemen lainnya.
Cara memanaskan rumah ini juga bukan sesuatu yang harus Anda lakukan sendiri.
“Jangan pernah mencoba memanaskan sendiri,” kata Booth.
"Saya pernah mendengar cerita tentang orang-orang yang menggunakan pemanas propana dan malah membakar rumah mereka. Itu tidak berhasil. Itu lebih seperti bunuh diri dibanding membunuh kutu busuk,” sambungnya.
Beberapa peneliti menemukan cara untuk memancing kutu busuk keluar dari tempat persembunyiannya sehingga mereka lebih rentan terhadap pestisida.
Mahasiswa di Royal Institute of Technology Stockholm baru-baru ini menciptakan mesin yang dapat mensimulasikan pernapasan manusia.
Idenya adalah bahwa mesin tersebut menjadi umpan untuk memancing kutu busuk keluar dari sarangnya, sebab penelitian menunjukkan bahwa kutu busuk tertarik pada karbon dioksida (CO2) yang dikeluarkan manusia.
Para peneliti juga mengembangkan biopestisida berbahan dasar alami yang membuat berkurangnya kemampuan kutu busuk mengembangkan resistensi.
Pada tahun 2012, ahli entomologi di Pennsylvania State University AS, Nina Jenkins, mengembangkan formulasi yang mengandung Beauveria bassiana, yakni jamur alami yang memicu penyakit pada serangga, namun tidak berbahaya bagi manusia.
Berbeda dengan pestisida kimia yang memerlukan paparan langsung dan jangka panjang untuk bisa mematikan, spora jamur terserap oleh kutu busuk ketika mereka melintasi area yang disemprot.
Setelah terselubung oleh spora, kutu busuk akan menyebarkannya di tempat perlindungan mereka, dan dalam waktu 20 jam setelah terpapar, spora tersebut akan menyebar di dalam tubuh mereka. Jenkins kini tengah dalam proses untuk memasarkan produknya.
“Kutu busuk hanya perlu menyentuh permukaan yang disemprot untuk terinfeksi,” kata Jenkins.
“Kutu busuk yang terpapar juga membawa spora kembali ke tempat perlindungannya yang tersembunyi dan menginfeksi kutu busuk lainnya. Strategi ini berhasil karena kutu busuk adalah ‘pengumpan darah’ yang harus keluar dari tempat perlindungan tersembunyinya untuk mencari makan darah.”
Meski demikian, pemberitaan yang menyebut bahwa kota-kota lain di Eropa dan AS mungkin telah “tertular” kutu busuk dari Perancis tidak lah tepat.
“Apakah serangan kutu busuk tiba-tiba muncul di seluruh Prancis dan London, atau selama ini tidak dilaporkan?” kata Booth.
“Saya rasa tidak dilaporkan. Mereka selalu ada, tapi relatif tidak diketahui. Mereka sangat samar, dan dengan demikian, banyak serangan pada tingkat rendah yang tidak diketahui.”
Ada harapan bahwa infeksi kutu busuk dapat dikendalikan dengan kebijakan yang tepat.
Sebuah studi pada tahun 2022 menemukan bahwa jumlah keluhan kutu busuk di New York berkurang secara signifikan antara tahun 2014 dan 2020, setelah kota tersebut memperkenalkan undang-undang yang mewajibkan pemilik properti untuk melaporkan serangan kutu busuk dan memberi tahu semua penghuni gedung.
Pemilik properti juga wajib mengatasi serangan kutu busuk dalam waktu 30 hari.
Menurut penelitian ini, wilayah berpendapatan tinggi seperti Manhattan dan Brooklyn menunjukkan penurunan keluhan yang lebih signifikan dibandingkan wilayah berpendapatan rendah seperti Queens dan Staten Island.
Di banyak wilayah berpendapatan rendah, laporan mengenai infestasi masih terus terjadi. Pola serupa juga terlihat di kota-kota lain di AS, seperti Chicago.
“Mirisnya, kami menemukan bahwa di permukiman masyarakat berpendapatan rendah, kutu busuk dianggap sebagai gangguan tapi dibiarkan karena mereka tidak mampu membasminya,” kata Booth.
“Ini mungkin merupakan populasi reservoir yang dapat menjadi sumber serangan di masa depan.”
Membasmi kutu busuk di rumah-rumah atau gedung-gedung adalah satu hal. Tetapi, akankah manusia bisa mengatasi gangguan yang terus-menerus terjadi ini untuk selamanya?
“Kalau Anda berpikir bisa menyingkirkannya, jawabannya tentu tidak,” kata Booth.
Sayangnya, kutu busuk akan hidup bersama kita sampai kita menghilang dari planet ini.
--
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.