Konflik Rusia Vs Ukraina
Jerman Sekak Ukraina: Jangan Ngarep Cepat Dapat Rudal Taurus
Ukraina diketahui memang telah berbulan-bulan meminta agar Jerman mengirimkan rudal jarak jauhnya untuk perang lawan Rusia.
Jerman Sekak Ukraina: Jangan Ngarep Cepat Dapat Rudal Taurus
Pengiriman roket Taurus bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan dengan cepat kata Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock.
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock memberi pernyataan menohok yang ditujukan ke Ukraina.
Negara yang tengah berperang melawan Rusia itu, kata Annalena, sebaiknya tidak berharap kalau Berlin bisa secara cepat mengirim rudal jarak jauh 'Taurus'.
Kiev diketahui memang telah berbulan-bulan meminta agar Jerman mengirimkan rudal jarak jauhnya.
"Langkah tersebut harus dipikirkan dengan sangat matang, kata Annalena Baerbock dalam sebuah wawancara, Jumat (8/9/2023).
Baca juga: Ternyata Kanselir Jerman Sendiri yang Halangi Pemberian Rudal Taurus ke Ukraina
Berbicara kepada grup media Funke, Baerbock menekankan bahwa pasokan rudal Taurus bukanlah sesuatu yang dapat dilakukan dengan cepat.
"Seperti halnya tank Leopard dan sistem pertahanan udara IRIS-T yang telah dikirim Jerman ke Ukraina, setiap detailnya pengiriman Rudal Taurus harus dipikirkan terlebih dahulu,” kata dia.
Meski begitu, sang menteri menggambarkan permintaan Kiev untuk rudal yang mampu membawa hulu ledak seberat 500 kilogram dan memiliki jangkauan sekitar 500 kilometer itu sebagai hal yang sangat dimaklumi.
Annalena juga menyarankan kalau Ukraina perlu menyerang jalur pasokan Rusia dari belakang untuk mencapai kemajuan di medan perang.
Ketika ditanya apakah Jerman dapat memprogram ulang misilnya untuk mencegah Ukraina menargetkan wilayah Rusia, Baerbock mengatakan kalau sekutu lain Jerman juga memiliki pertanyaan serupa dan sudah ada solusinya.
Meskipun Ukraina telah menerima rudal jarak jauh dari Inggris dan Perancis, yang digunakan untuk menyerang infrastruktur di Donbass dan Krimea – Jerman sejauh ini enggan untuk bergabung dalam upaya tersebut.
Menjelaskan sikap ini, Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan bahwa serangan Ukraina ke wilayah Rusia dapat memicu eskalasi besar, perang terbuka antara NATO dan Rusia.
Sementara pejabat lain di Berlin menyatakan bahwa AS juga tidak bersedia membuat komitmen serupa jika NATO dan Rusia benar-benar duel.

Namun bulan lalu, Der Spiegel melaporkan bahwa Scholz sedang melakukan pembicaraan dengan produsen senjata MBDA mengenai kemungkinan memodifikasi Taurus untuk memasukkan batasan pemrograman target.
Sekitar waktu yang sama, anggota parlemen Ukraina Egor Chernev mengklaim bahwa faksi-faksi utama di parlemen Jerman telah “mencapai konsensus” dalam pengiriman rudal Taurus.
Meski begitu, masyarakat Jerman tampaknya tidak mendukung pengiriman tersebut, menurut beberapa jajak pendapat.
Survei ARD-DeutschlandTrend baru-baru ini menunjukkan dukungan terhadap pengiriman rudal jarak jauh ke Ukraina hanya sebesar 36 persen, dan 52% sangat menentang.
Rusia telah berulang kali memperingatkan negara-negara Barat agar tidak memasok senjata ke Kiev, dengan alasan bahwa hal itu hanya akan memperpanjang konflik.
Mengomentari diskusi mengenai pengiriman senjata jarak jauh ke Ukraina, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan langkah seperti itu akan mengakibatkan pecahnya perang yang lebih besar dalam konflik Ukraina.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.