Konflik Rusia Vs Ukraina
Mengenal Depleted Uranium, Amunisi yang Bakal Dikirimkan AS ke Ukraina dan Dapat Kecaman dari Rusia
Amerika Serikat secara resmi telah menyetujui untuk pengiriman amunisi depleted uranium ke Ukraina. Pengiriman amunisi ini telah dapat kecaman.
TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat pada Rabu (6/9/2023) menyetujui untuk mengirimkan amunisi depleted uranium ke Ukraina.
Sebelumnya, Inggris lebih dahulu mengirimkan amunisi kontroversial tersebut untuk membantu Kyiv menerobos garis pertahanan Rusia dalam serangan balasan.
Rencananya, amunisi depleted uranium ini akan dikirimkan AS ke Ukraina pada musim gugur ini.
Amunisi depleted uranium berukuran 120 mm ini dapat digunakan untuk mempersenjatai 31 tank M1A1 Abrams.
AS mengembangkan amunisi depleted uranium selama Perang Dingin untuk menghancurkan tank-tank Uni Soviet, seperti T-72 yang sama dihadapi Ukraina saat ini.
Lantas, apa itu depleted uranium?
Baca juga: Dmitry Peskov: AS Dorong Ukraina hingga Penghabisan Lawan Rusia Lewat Senjata
Mengutip European Commission, depleted uranium adalah logam padat yang dihasilkan sebagai produk sampingan dari pengayaan uranium alam untuk bahan bakar nuklir.
Zat ini masih bersifat radioaktif, tetapi pada tingkat yang jauh lebih rendah daripada bahan awalnya.
Bahan ini digunakan dalam peluru dan bom yang mampu menembus lapis baja, untuk memberikan daya tembus yang lebih besar.
Amunisi ini pernah digunakan dalam beberapa perang, seperti Perang Teluk dan di Serbia dan Kosovo.
Banyak kekhawatiran yang muncul akan ancaman kesehatan akibat paparan dari depleted uranium ini.
Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-561: Moskow Serang Pasar di Kota Kostiantynivka, 17 Orang Tewas
Penelitian menunjukkan, meskipun efek yang dikeluarkan dari amunisi ini kurang bukti adanya bahaya, namun hasilnya masih kontroversial.
Parlemen Eropa pada tahun 2008 meminta informasi lebih lanjut tentang ilmu pengetahuan tentang depleted uranium dan di mana ia dapat ditemukan.
Dampak pada Kesehatan

Masih dikutip dari European Commission, radiasi yang dihasilkan dari depleted uranium dapat menyebabkan penyakit karena kerusakan jaringan secara langsung.
Kerusakan akan terlihat setelah radioterapi, kecelakaan industri, dan penggunaan senjata nuklir.
Baca juga: Serangan Rusia di Sebuah Pasar Tewaskan 17 Orang saat Antony Blinken Kunjungi Ibu Kota Ukraina
Sel-sel yang bereproduksi dengan cepat, seperti sel-sel di lapisan usus, sumsum tulang, dan kulit, adalah yang paling terkena dampaknya.
Paparan yang sangat parah dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan berakibat fatal.
Penyakit radiasi hanya terlihat di atas ambang batas dosis radiasi.
Dosis seperti itu diperkirakan tidak akan terlihat pada jalur paparan uranium yang sudah habis.
Radiasi juga dapat menyebabkan mutasi pada DNA, sehingga meningkatkan risiko kanker.
Baca juga: Inggris Ogah Ganti Tank Challenger 2 yang Hancur Kena Artileri Rusia di Ukraina: Kena Hantam 2 Kali
Risiko biasanya diasumsikan meningkat dengan dosis yang tidak memiliki ambang batas minimum.
Penelitian belum menunjukkan adanya hubungan pasti antara jumlah tumor dan dosis radiasi dalam rentang radiasi latar.
Hal ini mungkin disebabkan oleh sulitnya melakukan studi epidemiologi yang melibatkan dosis tersebut.
Namun, ada juga beberapa bukti biologis terbaru mengenai ambang batas efek karsinogenik baik terhadap radiasi maupun kerusakan kimia.
Dapat Kecaman dari Rusia

Baca juga: Serangan Rudal Rusia di Ukraina Timur Tewaskan 16 Orang, Zelensky: Kejahatan yang Kurang Ajar
Rusia langsung mengeluarkan kecaman setelah AS menyetujui untuk mengirimkan amunisi depleted uranium ke Ukraina.
Moskow menggambarkan keputusan tersebut sebagai tindakan yang tidak manusiawi.
"Keputusan pemerintah untuk memasok senjata dengan uranium yang sudah habis merupakan indikator ketidakmanusiawian," kata Kedutaan Besar Rusia di Washington, dikutip dari Al Jazeera.
"Jelas, dengan gagasannya untuk menimbulkan 'kekalahan strategis', Washington siap untuk berperang tidak hanya sampai pada warga Ukraina yang terakhir tetapi juga untuk memusnahkan seluruh generasi," lanjutnya.
"AS sengaja mentransfer senjata dengan dampak yang tidak pandang bulu."
Baca juga: Ketua Dewan Keamanan Ukraina: Perang Dunia III Telah Dimulai, Eks-Bos CIA: Rusia Susah Ditembus
"Mereka sepenuhnya menyadari konsekuensinya: ledakan amunisi tersebut mengakibatkan pembentukan awan radioaktif yang bergerak."
"Partikel kecil uranium mengendap di saluran pernafasan, paru-paru, kerongkongan, menumpuk di ginjal dan hati, menyebabkan kanker dan menyebabkan terhambatnya fungsi seluruh organisme," tulis pernyataan tersebut.
(Tribunnews.com/Whiesa)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.