Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Ukraina 'Lapar' Senjata, AS Krisis Bahan Baku Amunisi, Hasilkan 28.000 Peluru Per Bulan Pun Tak Bisa

Pasokan propelan yang terbatas yang digunakan untuk memindahkan peluru artileri melalui laras senapan juga menghambat kemampuan produksi kontraktor

Editor: Hendra Gunawan
US ARMY/WIKIPEDIACOMMON
Tentara AS sedang menembakkan rudal antitank Javelin. Pentagon telah meminta kontraktor militer di Amerika Serikat untuk menggandakan produksi senjatanya, namun pada kenyataannya hal tersebut sulit terpenuhi 

TRIBUNNEWS.COM -- Pentagon telah meminta kontraktor militer di Amerika Serikat untuk menggandakan produksi senjatanya, namun pada kenyataannya hal tersebut sulit terpenuhi.

Washington Post melaporkan, pasokan senjata ke Ukraina saat ini mengalami krisis, karena tingkat produksi semakin menipis.

Hal itu ditambah borosnya tentara Volodymyr Zelensky menghabiskan senjata.

Baca juga: Pentagon: Kelompok Tentara Bayaran Wagner Tidak Lagi Signifikan di Ukraina

Seperti diberitakan sebelumnya, pada serangan balasan Ukraina yang gagal, hanya dalam dua bulan sebanyak 5.000 armada peperangan sumbangan NATO hangus jadi rongsokan karena diserang Rusia.

Hal itu belum terhitung dari jumlah persenjataannya yang terbuang sia-sia dan jumlahnya lebih banyak lagi.

Saat ini Departemen Pertahanan AS mengalami kesulitan memenuhi tuntutan konflik Ukraina.

Jangankan memasok senjata Ukraina, menopang pasokan senjata untuk militer AS saja saat ini sudah terhambat.

Bahkan menghasilkan 28.000 peluru per bulan tidak bisa.

Padahal Ukraina sekarang menjadi negara yang disebut "lapar luar biasa" terhadap bantuan amunisi artileri.

Kekurangan bahan baku, terutama bahan peledak TNT, yang tidak lagi diproduksi AS, telah menghambat upaya Pentagon untuk mengisi kembali persenjataannya sendiri, yang telah sangat terkuras oleh dukungannya untuk Ukraina.

Washington saat ini memperoleh sebagian besar TNT-nya dari Polandia tetapi sedang mencari pemasok baru, termasuk di Jepang, setelah kehilangan mitra produksi Zarya ketika wilayah tempat pabrik itu berada memilih untuk menjadi bagian dari Rusia dalam referendum tahun lalu.

Baca juga: Serangan Balasan Gagal Total, 43.000 Tentara Gugur, Ini 3 Opsi yang Mungkin Bakal Dilakukan Ukraina

Pasokan propelan yang terbatas yang digunakan untuk memindahkan peluru artileri melalui laras senapan juga menghambat kemampuan produksi kontraktor pertahanan, menurut produsen muatan propelan Ceko, Explosia.

Juru bicara Martin Vencl mengatakan kepada Post bahwa bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat propelan, termasuk nitrogliserin dan nitroselulosa, tidak banyak tersedia.

Rintangan birokrasi juga berarti bahwa hanya 40,8 persen dari kontrak produksi terkait Ukraina senilai $44,5 miliar yang telah diselesaikan Pentagon, menurut Post.

Seorang pakar industri dari Pusat Studi Strategis dan Internasional membela angka tersebut sebagai kinerja yang lebih baik dari biasanya, karena penyelesaian kontrak pertahanan utama biasanya memakan waktu selama 16 bulan.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved