Sabtu, 4 Oktober 2025

Terungkap Pelaku yang Tembak Mati Capres Ekuador Fernando Villavicencio, Ternyata Geng Narkoba

Satu orang lainnya tewas ditembak aparat saat terjadi aksi tembak menembak dengan polisi, Kamis (10/8/2023) waktu setempat.

Editor: Hasanudin Aco
AFP/RODRIGO BUENDIA
Mantan anggota Majelis dan sekarang calon presiden, Fernando Villavicencio, memberi isyarat di luar Kantor Kejaksaan Agung di Quito pada 8 Agustus 2023. Calon presiden Fernando Villavicencio ditembak mati pada 9 Agustus 2023 setelah rapat umum di Quito. (Photo by Rodrigo BUENDIA / AFP) 

TRIBUNNEWS.COM, EKUADOR - Aparat bergerak cepat memburu pelaku pembunuhan calon presiden Ekuador, Fernando Villavicencio.

Enam orang dilaporkan telah ditangkap terkait penembakan itu.

Ternyata pelakunya merupakan warga asing berasal dari Kolombia.

Satu orang lainnya tewas ditembak aparat saat terjadi aksi tembak menembak dengan polisi, Kamis (10/8/2023) waktu setempat.

Villavicencio terbunuh saat meninggalkan area kampanye di Quito, Rabu (9/8/2023).

Kementerian Dalam Negeri Ekuador mengungkapkan penyelidikan polisi atas insiden tersebut tengah dilakukan.

Baca juga: Berita Foto : Detik Mencekam Saat Penembakan Capres Ekuador Fernanro Villavicencio

Menteri Dalam Negeri Ekuador, Juan Zapata, mengatakan petugas kepolisian akan bekerja keras menemukan motif kejahatan ini dan aktor intelektualnya.

Zapata mengungkapkan seperti dilansir dari BBC mengatakan  enam orang yang ditahan diidentifikasi sebagai Andres M, Jose N, Eddy G, Camilo R, Jules C, dan John Rodriguez.

Ia menambahkan saat penyerbuan polisi yang berujung penangkapan mereka, petugas kepoisian menemukan rifle, senapan mesin ringan, empat pistol, tiga granat, empat kotak amunisi, dua sepeda motor dan sebuah kendaraan yang dilaporkan dicuri dalam kepemilikan kelompok tersebut.

Villavicencio diketahui sebagai salah satu pengkritik yang vokal terhadap organisasi kejahatan.

Ia merupakan salah satu dari sedikit kandidat presiden yang menuduh adanya hubungan antara korupsi dan pejabat pemerintah.

Presiden Guillemo Lasso mengatakan pembunuhan itu merupakan upaya menyabotese pemilihan umum.

Ia pun menambahkan pemilu akan tetap dilaksanakan seperti semula, pada 20 Agustus, meski negara dalam keadaan darurat.

Lasso mengatakan organisasi kejahatan berada di belakang pembunuhan, dan meminta agen federal AS untuk membantu investigasi.

Diancam Sebelum Dibunuh

Fernando Villavicencio diancam seminggu sebelum dia tewas ditembak anggota Los Choneros, sebuah geng yang dinamai berdasarkan kota Chone, di Ekuador barat.

Los Choneros punya hubungan dengan kartel narkoba Sinaloa yang mantan pemimpinnya, Joaquín "El Chapo" Guzmán dipenjara di AS.

Disokong oleh uang dari sekutu baru mereka di luar negeri serta kekuatan yang ditunjang oleh senjata api kaliber tinggi yang diselundupkan dari AS melalui Meksiko, geng-geng ini telah menjadi musuh yang tangguh.

Tidak banyak yang berani menentang mereka secara terang-terangan.

Fernando Villavicencio adalah salah satunya.

Bahkan setelah diperingatkan oleh Los Choneros untuk tidak menentang geng tersebut atau bahkan menyebutkan nama mereka, Villavicencio tetap setia pada slogan kampanyenya: "Sudah waktunya untuk mereka yang berani".

"Mereka [geng] berkata akan menghancurkan saya, tetapi saya tidak takut pada mereka," katanya dalam sebuah video yang diunggah ke internet tak lama setelah dia diancam.

Villavicencio mendapatkan perlindungan polisi, tetapi dia terus berkampanye. Beberapa saat sebelum kematiannya, dia bersalaman dengan para pemilih.

Tidak lama setelah pembunuhannya yang brutal, muncul sebuah video yang menunjukkan beberapa pria bertopeng mengaku sebagai pelakunya dan mengancam kandidat presiden lainnya.

Orang-orang bertopeng itu berkata mereka bukan dari Los Choneros, tetapi geng yang menyebut dirinya Los Lobos (Gerombolan Serigala), yang punya kaitan dengan organisasi kriminal kuat Meksiko lainnya, Kartel Generasi Baru Jalisco.

Video lain muncul beberapa jam kemudian, di mana orang-orang yang mengaku sebagai Los Lobos membantah telah memainkan peran apa pun dalam pembunuhan itu.

"Kami tidak menutupi wajah kami (...) Video di mana pria-pria bertopeng dengan senapan serbu berpura-pura menjadi anggota organisasi kami sama sekali palsu."

Kelompok pria dalam video kedua mengatakan video pertama diunggah untuk "mengacaukan negara dan menyalahkan Los Lobos atas tragedi yang terjadi di negara kita".

Kepolisian belum membeberkan siapa di balik pembunuhan Fernando Villavicencio. Namun, fakta bahwa seorang bakal calon presiden dapat dibunuh saat berada di bawah perlindungan polisi di sebuah acara publik di ibu kota akan membuat warga Ekuador semakin mengkhawatirkan keselamatan mereka.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved