'Saya merasa tercekik, saya muntah di malam hari' - cerita perempuan India menghadapi gelombang panas
Pada Mei 2010, Ahmedabad diterjang gelombang panas. Dari 1.344 orang meninggal dunia dalam sepekan, 53% di antaranya adalah perempuan.…
"Pada bulan-bulan panas, saya merasa tidak nyaman. Tekanan darah saya rendah dan saya merasa panas saat buang air kecil," katanya.
Beberapa kilometer jauhnya, di daerah kumuh Ravti, seorang penari bernama Sanjana, 36 tahun, tinggal bersama tiga keluarganya di sebuah rumah yang hanya memiliki satu ruangan, dengan atap terbuat dari lembaran timah.
"Panas menyebabkan haid saya lama. Saya sering merasa pusing. Saya tidak bisa bangun dan bekerja," katanya.
Sanjana adalah anggota kelompok aksi komunitas lokal yang dibentuk oleh MHT dan berasal dari Dalit – sistem kasta terendah di India dan salah satu kelompok paling tertindas di dunia.
Lebih dari 450 kilometer jauhnya, di Bapalal Kadiya Ni Chali di Ahmedabad, Aruna Nagin Patni duduk di lantai rumah yang beratapkan lembaran timah.
Dia ingat bagaimana menderita sengatan panas selama kehamilannya pada 2014 lalu.
"Saya pergi ke dokter kandungan, mendapat obat, dan infus glukosa," kata perempuan berusia 29 tahun yang bekerja sebagai penjual sayur.
Kanwar, Sanjana, dan Patni kini telah mengecat atap rumah mereka dengan cat reflektif putih yang disediakan oleh MHT.
Nirlaba itu telah bekerja di permukiman informal dan daerah kumuh di India selama 28 tahun dan telah memasang 30.000 atap dingin di sembilan negara bagian.
Selain memasok cat, MHT menyelenggarakan sesi pelatihan bagi perempuan di daerah kumuh. Mereka diajarkan tentang perubahan iklim dan diberikan panduan praktis tentang cara menghindari tekanan panas.
Di Jodhpur, MHT juga menginfokan komunitas tentang cuaca melalui peringatan panas berkode warna yang ditampilkan di spanduk jalan dan juga dikirim ke telepon para perempuan.
"Kami mengumpulkan perempuan miskin dan mengajari mereka ilmu tentang perubahan iklim," kata Bijal Brahmbhatt, direktur eksekutif MHT.
"Aksi [ini] dimulai di tingkat rumah tangga, bergerak ke permukiman, dan kemudian mencapai tingkat kota. Perempuan membuat pressure group, untuk mengimplementasikan rencana aksi panas kota, dan begitu seterusnya."
Sebelum dia diberi cat reflektif panas, Pinky mengikuti sesi pelatihan selama dua hari yang dipimpin oleh MHT.
“Saya belajar bahwa jika mengecat atap, suhu akan turun dua derajat Celsius hingga empat derajat Celsius. Di dalam ruangan akan lebih sejuk, kipas angin akan meniupkan udara sejuk, dan saat kita menginjak atap, kaki kita tidak akan terbakar,” katanya.
Awalnya dia skeptis dan khawatir tentang biayanya. Keadaan berubah ketika MHT memberikan cat gratis untuk 116 atap di wilayahnya.
Penyelenggara lapangan MHT membawa perangkat digital untuk mengukur suhu dalam ruangan di semua rumah.
Pinky melihat buku panduan selama lima hari berturut-turut sebelum cat diaplikasikan. "Setelah pengecatan, saya cek sendiri suhunya. Lebih rendah dua derajat Celsius."
Di India, banyak keluarga tidur di atap karena panas di dalam ruangan tidak tertahankan.
Pinky tak lagi harus memanjat atap untuk menaruh karung goni berkali-kali dalam sehari. Dia juga tidak harus menyebarkan air ke atap pada malam hari sebelum tidur, hal yang biasa dilakukan di daerah kumuh.
“Dulu anak-anak kecil [yang saya ajar] selalu mengeluh tentang panas. Karena panas, orang tua tidak akan mengirim mereka. Sekarang anak-anak tidak mimisan.”
Dia mengatakan lebih banyak anak sekarang mengunjungi rumahnya untuk les, yang berarti dia menghasilkan lebih banyak pendapatan.
MHT dan para ilmuwan juga telah mempelajari efektivitas atap dingin.
Sebuah studi tahun 2020, yang ditulis bersama oleh Brahmbhatt dan Priya Dutta, dari Institut Kesehatan Masyarakat India di Gandhinagar, membandingkan atap yang dicat dengan cat reflektif dengan yang tidak.
Atap yang dilapisi cat reflektif memiliki temperatur satu derajat Celsius lebih rendah daripada atap seng yang tidak dilapisi cat itu.
Studi tersebut juga membandingkan empat jenis atap dingin dengan atap biasa.
Ditemukan bahwa pada waktu terpanas hari itu, ModRoof kira-kira 4,5 derajat Celsius lebih dingin daripada atap lembaran asbes. Tidak ada perbedaan suhu yang terlihat dengan atap beton dan seng.
Namun, Dutta menjelaskan bahwa dia mempelajari ukuran sampel yang sangat kecil dari 16 rumah tangga karena kekurangan dana.
Studi ini juga memiliki keterbatasan lain, tambahnya: tidak memperhitungkan faktor-faktor seperti proses masak berbasis biomassa dalam ruangan dan kurangnya ventilasi, yang semakin memanaskan rumah.
University of Chicago sedang menilai dampak atap dingin MHT terhadap suhu di daerah kumuh Delhi.
Anant Sudarshan, penyelidik utama dan rekan senior di Institut Kebijakan Energi, Universitas Chicago, mengatakan meskipun suhu hanya turun satu derajat Celcius setelah cat putih diaplikasikan, warga melaporkan tidak perlu menggunakan banyak air untuk pendinginan.
Oleh karena itu, mereka bisa menghemat uang. Namun, ada sedikit dampak pada jumlah listrik yang mereka gunakan.
Aaron Bach, rekan peneliti dan ahli termofisiologi di Universitas Griffith di Australia, baru-baru ini menerbitkan sebuah penelitian tentang modifikasi pabrik garmen di Bangladesh dengan pendinginan pasif.
Studi tersebut menemukan empat jenis atap dingin, termasuk atap putih, masing-masing mengurangi suhu udara dalam ruangan sekitar dua derajat Celsius.
Studi lain yang menganalisis dampak atap putih di sekolah-sekolah di pedesaan India dan Yunani menemukan penurunan suhu dalam ruangan masing-masing 1,5-2 derajat Celsius dan 1,3-2,3 derajat Celsius.
Secara keseluruhan, mengecat atap putih adalah solusi sederhana yang dapat diterapkan di banyak lokasi yang mengalami tekanan panas di seluruh dunia, termasuk Nepal, Sri Lanka, dan Bangladesh, kata Brahmbhatt.
Namun, tantangan lainnya adalah bagaimana membuat pembuatan atap yang menyejukkan ini bisa juga dilakukan oleh beberapa komunitas termiskin di dunia. Penghalang terbesar adalah harga.
ModRoof pertama yang dipasang oleh MHT difasilitasi dengan pinjaman dari koperasi kredit mereka.
Sebelumnya, para perempuan mampu membayar kembali pinjaman ini, tetapi biaya ModRoof merangkak naik setelah pandemi, menjadi 750 rupee India (senilai Rp137.000) per kaki persegi.
Pembuat ModRoof kini telah mengalihkan fokus mereka dari daerah kumuh ke bangunan institusional.
Brahmbhatt khawatir perusahaan rintisan yang menyediakan teknologi atap yang sejuk itu bisa ditutup secara tidak terduga, mempertaruhkan investasi besar yang dilakukan para perempuan dalam teknologi ini.
Inilah mengapa MHT beralih ke cat putih untuk meningkatkan pekerjaan mereka. Namun, biaya cat putih pun bisa menjadi mahal jika tidak disubsidi secara besar-besaran.
Lima liter cat reflektif matahari memiliki harga hampir Rp300.000 (1.620 rupee) sedangkan MHT menyediakannya dengan harga Rp55.000 (300 rupee).
Pendapatan bulanan rata-rata rumah tangga di daerah kumuh di Asia Selatan berkisar antara Rp1 juta hingga sekitar Rp3,6 juta (5.000-20.000 rupee).
Tantangan lainnya adalah kualitas cat putih memburuk seiring waktu.
Penelitian di China Southwest Architectural Design and Research Institute menemukan ketika debu, kotoran, dan kontaminan berminyak menumpuk di permukaan warna putih, hal itu mengurangi pantulan matahari yang tinggi dan melemahkan proses pendinginan.
Geeta, warga Meghwal Basti di Jodhpur, yang rumahnya menjadi lokasi salah satu tempat uji coba MHT pada 2019, mulai merasakan efek pendinginan dari cat yang memudar setelah tahun pertama.
Dia mempertimbangkan untuk mengecat ulang atapnya, tetapi menemukan perbedaan harga yang substansial.
"Harganya mahal di pasaran dan tidak cocok untuk kita," katanya.
Priya Dutta juga mengatakan harga cat putih dapat menjadi penghalang. Oleh sebab itu, dia menyarankan untuk mencoba limewash, campuran kapur yang menjadi alternatif lebih murah dan telah digunakan secara tradisional di Rajasthan.
Brahmbhatt menambahkan, percobaan MHT selama bertahun-tahun telah menunjukkan bahwa beberapa cat dapat bertahan lebih lama dari yang lain.
MHT berencana untuk melanjutkan pekerjaannya pada ketahanan panas dengan memasang 5.000 lebih atap dingin di seluruh India pada 2026.
"Ke depan, panasnya akan meningkat," kata Pinky. "Lebih banyak atap harus dicat putih sehingga para perempuan dan orang tua bisa mendapatkan sedikit bantuan."
---
Versi bahasa Inggris dari artikel ini berjudul The white roofs cooling women's homes in Indian slums dapat Anda baca di BBC Future.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.