Inflasi: Kalkulator warteg - Berapa harga sepiring nasi kini dan satu dekade lalu?
Tingginya harga bahan pangan dan biaya operasional berpengaruh pada harga seporsi nasi warteg yang naik hampir dua kali lipat dibanding…
Baca juga:
- Indonesia masuk 15 besar negara terancam resesi, IMF wanti-wanti prospek ekonomi global kian 'gelap'
- Indonesia masuk resesi, pemerintah disarankan fokus 'menangani pandemi' demi perbaikan ekonomi
- Mudik tingkatkan omzet pedagang bakso di daerah - 'Dulu tutup, sekarang habis 19 kg daging sehari'
Harga sewa kontrakan tinggi
Tantangan lain yang dihadapi para penjual warteg adalah tingginya harga sewa rumah atau kontrakan untuk lokasi berjualan. Faktor ini pula yang menentukan kenaikan harga menu warteg.
Survei BBC menunjukkan harga sewa kontrakan beragam mulai dari Rp200.000 hingga Rp5 juta sebulan. Harga paling murah ditemukan di Bogor dan Jakarta Utara. Sementara, paling mahal yakni di bilangan Ciracas dan Duren Sawit, Jakarta Timur.
"Harga [sewa] kontrakan mahal, maka harga [jual nasi warteg] juga naik. Nasi ayam di Setiabudi [Jakarta Selatan] bisa sampai Rp17.000 sampai Rp20.000 karena harga kontrakan mahal, beda dengan di Bekasi yang [harga sewa kontrakan] masih murah," kata Ketua Koperasi Warteg Nusantara yang juga pemilik warteg di Bekasi, Mukroni, pada BBC.
Hal senada diucapkan Warto yang mengaku harga kontrakan kini terbilang mahal.
"Yang naik signifikan cenderung [harga sewa] kontrakan, bukan harga belanjaan sebetulnya, taruhlah sekitar 5% - 10%," ungkap Warto.
Alhasil, Warto harus mengatur keuangannya supaya semua biaya operasional dapat tertutup oleh hasil penjualan.
Kenapa harga barang dan jasa naik?
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Rusli Abdullah, mengurai alasan inflasi barang dan jasa yang tak bisa dihindarkan.
Pertama, inflasi bahan pangan. Inflasi ini dipicu banyak hal seperti kondisi cuaca, fenomena pola iklim seperti El Nino, meningkatnya permintaan pada saat hari besar keagamaan atau perayaan tertentu, dan keadaan geopolitik.
Hujan yang terus-menerus melanda atau kekeringan ekstrem lantaran El Nino bisa menyebabkan petani gagal panen.
Suplai beras dan produk hortikultura pun menipis meski permintaan naik. Dengan demikian, harga dapat melonjak.
Lebih jauh, kondisi Perang Ukraina berimbas pada harga energi, harga pangan impor seperti gandum yang digunakan untuk membuat mie telur, dan harga pupuk.
"Harga pupuk subsidi maupun non-subsidi akan naik dan ini mendongkrak kenaikan harga komoditas yang membutuhkan pupuk seperti jagung [yang digunakan] untuk pakan ternak. Tidak hanya jagung, tapi juga tanaman lain untuk konsentrat pakan ternak," ujar Rusli.
Baca juga:
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.