Konflik Palestina Vs Israel
Keluarga Difabel di Jalur Gaza Kehilangan Rumah setelah Israel Luncurkan Bom
Israel menghancurkan rumah keluarga difabel di Jalur Gaza. Intelijen Israel menelepon keluarga difabel Nabhan sebelum meluncurkan bom pada 13 Mei.
TRIBUNNEWS.COM - Rumah keluarga difabel di Jalur Gaza, hancur setelah terkena serangan bom Israel.
Lima orang bersaudara difabel di rumah itu terpaksa mengungsi ke rumah kerabat dekatnya di wilayah itu.
Israel meluncurkan rudal ke blok perumahan di Jalur Gaza pada 13 Mei 2023.
Selain lima orang difabel itu, 45 orang lainnya kehilangan tempat tinggal.
Di antara lima difabel itu, tiga orang duduk di kursi roda.
Kelimanya menderita cacat fisik distrofi otot, dan kejang.
Setelah rumahnya terkena rudal Israel, mereka kehilangan kursi roda, obat-obatan, tempat tidur khusus, dan kamar mandi yang terkubur di bawah reruntuhan, dikutip dari Reuters.
Baca juga: Sehari usai Gencatan Senjata Disepakati, Sebuah Roket Ditembakkan ke Israel dari Jalur Gaza
Setiap pagi kerabat membawa mereka keluar saat orang terus berduyun-duyun ke lokasi.
Beberapa orang menunjukkan simpati atas pengalaman mengerikan mereka dan yang lain membawa hadiah untuk saudara difabel itu.
"Rumah meledak saat kami dipindahkan. Kursi roda, obat-obatan, dan pakaian kami ada di dalam. Tidak ada yang tersisa," kata Hanin (16), yang memiliki cacat di kedua kakinya.
Empat difabel lainnya berusia 3, 18, 29, dan 38 tahun.
Korban merasa emosional setelah kehilangan rumahnya.
Hancurnya rumah mereka tampaknya telah memperburuk kondisi mental sang kakak, karena dia menjadi sangat gugup, selalu berteriak dan terkadang menangis, kata kerabatnya.

Baca juga: Mesir Jadi Mediator, Israel dan Jihad Islam Palestina di Gaza Sepakati Gencatan Senjata
Kronologi Pemboman Israel di Rumah Difabel
Pada 13 Mei 2023, para pria di kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza sedang bersiap untuk salat Asar.
Saat itu, Kamal Nabhan, menerima telepon dari nomor pribadi.
Sepupunya, Ataf Nabhan mengambil telepon itu.
"Saya mengambil telepon darinya dan berbicara dengan orang di telepon," kata Ataf, dikutip dari CNN Internasional.
"Dia bilang, dia (penelepon) dari intelijen Israel dan Anda punya waktu lima menit untuk mengevakuasi rumah," katanya.
Agen Israel itu memerintahkan mereka untuk mengevakuasi rumah sebelum mereka mengebomnya.
Sepupunya, Hussam Nabhan (45), mencoba mengulur waktu dengan petugas Israel.
Ia mengatakan kepadanya, rumah tersebut termasuk orang cacat, tapi semuanya sia-sia.
"Dia memberi tahu saya, 'Anda memiliki waktu lima menit'. Kami bergegas ke rumah dan menemukan gadis-gadis itu tergeletak di tanah. Terima kasih kepada tetangga kami yang dapat membawa mereka keluar dan kami berhasil meninggalkan rumah dengan keajaiban," katanya, dikutip dari Reuters.
Sang ibu, Najah (57), mengatakan mereka tidak mengambil apapun dari rumah bahkan KTP.
"Rumah itu tempat penampungan anak perempuan, mereka punya toilet cacat, kursi roda, tempat tidur untuk tidur. Barang-barang yang tadinya sulit didapat, sekarang tidak ada apa-apanya," kata Najah.
"Bagaimana saya akan menggendongnya setelah rodanya hilang, kasur (sehat) juga hilang," tambahnya.

Jamal al-Rozzi, direktur eksekutif Masyarakat untuk Rehabilitasi yang berbasis di Gaza, yang datang untuk membantu keluarga, mengatakan kelompoknya akan memberikan bantuan termasuk makanan dan peralatan medis.
"Saya merasa marah dan sakit hati karena ini tidak boleh terjadi, setidaknya tidak untuk warga sipil, terutama orang cacat," katanya.
Saat pemboman itu, kerabat Kamal Nabhan lainnya juga berlindung di balik puing-puing.
Rahma Nabhan dan suaminya Yasser sedang duduk di bawah lempengan atap yang retak, saling menyerahkan bayi perempuan mereka, Jori, untuk menenangkan tangisannya.
"Semua orang melihat orang cacat melarikan diri. Mereka bertanya: 'Mengapa rumah itu harus dihancurkan? Apakah orang cacat ini menembakkan roket?' Kami tidak ada hubungannya dengan apa yang terjadi," katanya.
Ataf Nabhan, yang menerima panggilan peringatan dari agen intelijen Israel, menunjuk ke puing-puing dan mengatakan keluarganya membutuhkan tempat berlindung dan meminta organisasi HAM menjaga mereka.
Menurut pejabat dari Hamas di Jalur Gaza, putaran terakhir serangan udara Israel, yang dimulai pada 9 Mei 2023, telah menghancurkan 15 blok perumahan, berisi lebih dari 50 apartemen.
Selain itu, 940 bangunan rusak dan 49 tidak dapat diperbaiki.
Militer Israel mengatakan mereka melakukan segala upaya untuk membatasi korban sipil dan kerusakan.
Israel menuduh kelompok militan menyembunyikan pusat komando dan situs militer lainnya di daerah pemukiman.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina VS Israel
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.