Minggu, 5 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Rusia Klaim Tembus 2 Garis Pertahanan Kyiv, Ukraina: Mereka Melakukan Serangan Sepanjang Waktu

Serangan Rusia datang ketika sekutu Barat mengumumkan lebih banyak bantuan militer untuk Kyiv.

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
OLGA MALTSEVA / AFP
Seorang prajurit Rusia. Rusia mengklaim telah menembus dua garis pertahanan di timur Ukraina pada Rabu (15/2/2023). Sementara pihak Ukraina mengatakan Rusia menyerang tanpa henti sehingga membuatnya kesulitan. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, KYIV - Rusia mengklaim telah menembus dua garis pertahanan di timur Ukraina pada Rabu (15/2/2023).

Sementara pihak Ukraina mengatakan Rusia menyerang tanpa henti sehingga membuatnya kesulitan.

Serangan Rusia datang ketika sekutu Barat mengumumkan lebih banyak bantuan militer untuk Kyiv.

Didukung oleh puluhan ribu pasukan cadangan yang direkrut pada Desember setelah berbulan-bulan mengalami kemunduran di medan perang yang memalukan, Rusia telah mengintensifkan serangan di wilayah selatan dan timur Ukraina dalam beberapa pekan terakhir.

Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-357, AS: Moskow Kalah Secara Strategis, Operasional, dan Taktis

Wakil Menteri Pertahanan Ukraina Hanna Malyar mengatakan, pasukan Rusia melakukan serangan sepanjang waktu, tanpa menyebutkan di mana lokasi serangan itu terjadi.

"Situasinya tegang. Ya, sulit bagi kami," tulis Maltyar di aplikasi perpesanan Telegram, yang dikutip dari Reuters.

"Tapi pejuang kami tidak membiarkan musuh mencapai tujuan mereka dan menimbulkan kerugian yang sangat serius," imbuhnya.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pasukan Ukraina telah mundur dalam menghadapi serangan Rusia di wilayah Luhansk, meskipun tidak memberikan rincian apapun dan klaim tersebut tidak dapat diverifikasi.

"Selama penyerangan, pasukan Ukraina secara acak mundur ke jarak hingga 3 km (2 mil) dari garis yang diduduki sebelumnya," kata kementerian itu di aplikasi perpesanan Telegram.

"Bahkan garis pertahanan kedua musuh yang lebih dibentengi tidak dapat menahan terobosan militer Rusia," lanjutnya.

Kementerian Pertahanan Rusia tidak merinci serangan itu terjadi di bagian mana dari wilayah Luhansk. Sedangkan Gubernur regional Luhansk Serhiy Haidai mengatakan, Rusia mengerahkan alat berat dan memobilisasi pasukan ke Luhansk.

"Serangan datang dalam gelombang dari berbagai arah. (Tapi) mereka yang menyebarkan informasi yang diduga pasukan pertahanan kita telah mundur melewati garis batas administratif (Luhansk) ini tidak sesuai dengan kenyataan," ungkapnya.

Serangan Rusia Terhadap Bakhmut

Rusia juga melancarkan serangan artileri dan darat di kota Bakhmut di provinsi Donetsk yang berdekatan dengan Luhansk.

Juru bicara komando militer timur Ukraina, Serhiy Cherevatyi, mengatakan kepada stasiun televisi Ukraina pada Rabu kemarin, pertempuran sengit sedang terjadi di Bakhmut.

Jatuhnya Bakhmut ke tangan Moskow akan memberi Rusia batu loncatan untuk maju ke dua kota besar di Donetsk yaitu Kramatorsk dan Sloviansk, yang akan menghidupkan kembali momentum Moskow menjelang peringatan pertama invasi yang jatuh pada 24 Februari.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan Rusia sedang terburu-buru untuk mencapai sebanyak mungkin keberhasilan dengan usaha terakhirnya sebelum Ukraina, yang dipersenjatai dengan senjata dari pihak Barat, mengumpulkan kekuatan untuk melakukan serangan balik yang diperkirakan dilakukan pada musim semi.

NATO Pertimbangkan Lebih Banyak Bantuan Militer ke Ukraina

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan anggota aliansi meningkatkan produksi peluru artileri 155 mm dan perlu meningkatkan dukungannya lebih jauh lagi untuk membantu Ukraina.

"Jelas negara-negara NATO harus membelanjakan lebih banyak untuk pertahanan", tambah Stoltenberg..

"Jadi ya, hal-hal sedang terjadi tetapi kita perlu melanjutkan, kita perlu melangkah lebih jauh lagi. Ini sekarang menjadi perang gesekan dan (ini) adalah perang logistik," ungkapnya kepada wartawan, setelah pertemuan menteri pertahanan NATO di Brussel, Belgia.

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mendesak negara-negara UE untuk bergabung dengan Jerman dalam mengirimkan "tank sebanyak mungkin, dan secepat mungkin" ke Ukraina, setelah media melaporkan Denmark dan Belanda tidak akan mengirimkan tank tempur Leopard 2 seperti Berlin.

"Akan sangat mengecewakan jika, setelah sekian lama menyalahkan Jerman karena tidak melakukan apa-apa, negara-negara ini sekarang tidak mengikuti," kata Borrell.

"Saya tahu ada ratusan tank di pasukan UE, beberapa di antaranya perlu diperbarui, tetapi Anda harus melakukannya, dan melakukannya dengan cepat, karena di musim semi akan terlambat," sambungnya.

Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan Ukraina memiliki peluang yang sangat baik untuk mengambil dan "mengeksploitasi" inisiatif di medan perang tahun ini.

Austin menegaskan, untuk setiap sistem baru yang disediakan NATO di Kyiv, pihaknya akan melatih pasukan Ukraina di sana.

"Kami berfokus pada laser untuk memastikan bahwa kami menyediakan kemampuan dan bukan hanya platform," ujarnya.

Sementara Inggris menjelaskan, pihaknya dan negara-negara Eropa lainnya akan menyediakan peralatan militer termasuk suku cadang untuk tank dan amunisi artileri ke Ukraina melalui dana internasional, dengan paket awal senilai lebih dari 241 juta dolar AS.

Pada bulan lalu, seorang pejabat senior pemerintah AS mengatakan Washington menasihati Ukraina untuk menunda serangan besar sampai pasokan persenjataan AS terbaru tersedia dan pelatihan telah diberikan.

Baca juga: AS Cegat Aksi Manuver Empat Pesawat Tempur Rusia di Atas Alaska

Rusia menyebut invasi itu sebagai "operasi militer khusus" terhadap ancaman keamanan, serta mengatakan NATO menunjukkan permusuhan terhadap Rusia hari demi hari dan semakin terlibat dalam konflik.

Kyiv dan sekutunya menyebut tindakan Rusia sebagai perampasan tanah yang tidak beralasan.

Rusia menguasai wilayah selatan Ukraina di Kherson dan Zaporizhzhia, termasuk pembangkit nuklirnya, hampir semua Luhansk dan lebih dari setengah Donetsk.

Tahun lalu, Rusia menyatakan telah mencaplok empat wilayah Ukraina, yang dikutuk oleh sebagian besar anggota PBB sebagai tindakan ilegal.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved