Jumat, 3 Oktober 2025

Perang di Ukraina menyebabkan kematian ribuan penghuni Laut Hitam

Kerusakan yang sedang berlangsung di Laut Hitam, yang menyebabkan ribuan lumba-lumba mati, diperkirakan bukanlah dampak terburuk dari…

Setelah Uni Soviet runtuh pada 1991, Moskow menyewa pelabuhan Krimea Sevastopol – rumah bagi Armada Laut Hitam Rusia – dari Ukraina. Rusia menduduki dan mencaplok semenanjung Krimea pada 2014.

Armada Laut Hitam jauh lebih besar dari angkatan laut Ukraina yang sederhana. 

Royal United Services Institution (Rusi), sebuah lembaga think tank keamanan, mengatakan enam kapal selam Rusia di Laut Hitam "secara substansial mengalahkan aset bawah permukaan yang dikerahkan secara regional" dari angkatan laut lain di wilayah tersebut. 

Kapal selam Rusia menembaki Ukraina. Serangan itu menjadi sumber tambahan gangguan akustik, bersama dengan mesin helikopter, ledakan bawah air, dan ranjau. 

Rusia telah menembakkan ratusan rudal dari Laut Hitam, dan apa pun yang jatuh ke laut akan membuat Cetacea mengungsi, kata Popov. 

Di musim semi, ia dan rekan-rekannya mencatat jumlah kedatangan Cetacea di lepas pantai Bulgaria adalah yang tertinggi selama enam tahun.

"Hewan-hewan... terdistribusi dalam sebuah pola," kata Popov. 

"Pola ini telah rusak dan mereka bergerak lebih jauh ke selatan. Itu sebabnya di perairan Bulgaria, ada kepadatan yang begitu tinggi." Kepadatan tambahan itu juga memudahkan penyebaran penyakit, tambahnya.

Pada hari pertama invasi (24 Februari), angkatan laut Rusia segera bergerak untuk merebut Pulau Ular, yang berjarak 50 kilometer dari lepas pantai Taman Nasional Tuzly (tanggapan penjaga perbatasan Ukraina yang agresif menjadi meme dan akhirnya menjadi perangko). 

Ukraina menenggelamkan Moskva, kapal induk rudal dan andalan Armada Laut Hitam pada April 2022, dan merebut kembali Pulau Ular pada Juni 2022.

Rusev menginginkan Ukraina menetapkan daerah ini sebagai kawasan lindung, taman nasional maritim sekitar 5.000 kilometer persegi, yang nantinya bisa menjadi tempat berlindungnya lumba-lumba. 

Dia telah mengajukan proposal ke Kementerian Lingkungan Hidup, yang kemudian mendukung gagasan itu.  

Dalam sebuah pernyataan, pihak kementerian mengatakan kepada BBC Future bahwa mereka sudah memikirkan cara memulihkan populasi lumba-lumba dan mendirikan pusat adaptasi lumba-lumba afalina (hidung botol) Laut Hitam di Taman Nasional Tuzly.

"Setiap tahun, pusat ini akan merehabilitasi lumba-lumba, serta menerima data ilmiah tentang kehidupan lumba-lumba dan cara untuk melestarikan populasi mereka," kata juru bicara kementerian. 

"Konsep ini membayangkan membangun kerja sama internasional, serta mengubah paradigma sikap terhadap lumba-lumba melalui kegiatan pendidikan. Pusat ini akan menjadi lokasi wisata dan setiap tahun (musiman) pengunjung bisa mengamati lumba-lumba di luar dolphinarium."

Sampai invasi Rusia ke Ukraina, pemulihan jumlah Cetacea di Laut Hitam dihitung sebagai sebuah kisah sukses lingkungan. 

Ada tiga spesies utama: lumba-lumba biasa, porpoise pelabuhan, dan lumba-lumba hidung botol atau lumba-lumba afalina. Sampai 1960-an, populasi mereka menurun

Sulit untuk menjabarkan data sejarahnya, tetapi para ilmuwan yang diwawancarai untuk artikel ini memperkirakan mungkin ada antara 1-2 juta lumba-lumba dan propoise di Laut Hitam pada tahun 1900. 

Pada 1945, mereka memperkirakan jumlahnya turun menjadi sekitar 100.000. 

Perburuan adalah ancaman terbesar, tetapi pada 1966 aktivitas itu dilarang di Uni Soviet (termasuk Rusia, Ukraina dan Georgia), Bulgaria dan Rumania. Turki mengikutinya pada 1983.

Ancaman lain tetap ada, termasuk polusi dan secara tidak sengaja menjadi tangkapan

Salah satu kekhasan Laut Hitam adalah secara teknis, di bawah kedalaman sekitar 180 meter, laut itu sudah mematikan. Sebab, tidak ada oksigen yang masuk pada kedalaman itu. Kehidupan laut terkonsentrasi di lapisan atas.

"Mengingat bahwa 87% air laut secara alami anoksik, Laut Hitam sangat sensitif terhadap dampak antropogenik karena daerah tangkapan air yang besar dan alam yang hampir terkurung daratan," menurut Program Lingkungan PBB.

Survei paling otoritatif hingga saat ini dilakukan pada 2019 oleh Accobams

Diperkirakan ada sekitar 253.000 Cetacea di Laut Hitam: 118.328 lumba-lumba biasa; 94.219 lumba-lumba pelabuhan (mungkin tidak ada yang pernah memperkirakan jumlahnya sebesar ini); dan 72.369 lumba-lumba hidung botol. 

Survei tersebut mencakup hampir semua Laut Hitam, kecuali daerah di sekitar Krimea yang diduduki Rusia. 

Meskipun hasil pemulihan sebagian sudah dijumlahkan, ketiga spesies tetap berada dalam daftar merah spesies terancam yang dikelola oleh Organisasi Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN).

Di atas kertas, setidaknya, beberapa bagian Laut Hitam sudah dilindungi: ada 13 tambalan titik yang ditetapkan sebagai Area Mamalia Laut Penting oleh IUCN. 

Bulgaria memiliki sekitar 15 Kawasan Lindung Laut yang diakui oleh Uni Eropa (UE), dengan tiga lainnya menunggu persetujuan. Sementara Rumania memiliki dua. 

Turki, yang secara resmi menjadi kandidat untuk keanggotaan UE, juga memiliki enam situs yang ditunjuk di bawah konvensi Ramsar. Dalam praktiknya, penegakan hukum tidak maksimal.

"Spesies yang dilindungi, dilindungi dengan sangat baik - di atas kertas," kata Goldin.

"Penegakan selalu bermasalah. Laut Hitam bahkan lebih bermasalah karena perikanan ilegal di wilayah tersebut. Begitu banyak penangkapan ikan yang tidak terlihat sehingga sulit untuk menilai, mengendalikan, dan melawannya."

Popov, yang telah bekerja selama 20 tahun di pantai Bulgaria, juga mengkritik kegagalan otoritas lingkungan untuk mengambil tindakan atas kerusakan lahan basah dan Cetacea yang menjadi tangkapan sampingan, terutama dalam penangkapan ikan turbot.

Bahkan jika Rusev berhasil memenangkan dukungan resmi untuk idenya tentang taman laut nasional, kesulitan lain tetap ada. 

Lumba-lumba dan propoise bermigrasi ke area yang luas. Paiu mengatakan penunjukan resmi adalah titik awal, tetapi tidak cukup. 

"Apa yang kamu lakukan dalam hal pengelolaan dan pemantauan spesies? Karena dalam hal ini, dari sudut pandang saya, alternatifnya agak kurang... MPA ini tidak begitu besar.

"Kita berbicara tentang mamalia laut, yang merupakan spesies yang sangat dinamis. Dan bisa dibayangkan MPA yang memiliki lebar 4 kilometer, sebenarnya bukan MPA yang bisa memberikan tujuan konservasi bagi hewan-hewan tersebut," ujarnya.

Masalah besar lainnya adalah korupsi, yang telah menghambat upaya konservasi di sekitar Laut Hitam: Bulgaria dan Rumania, bersama dengan Hungaria. 

Negara-negara itu memiliki peringkat terendah di antara negara-negara UE lainnya dalam Indeks Persepsi Korupsi yang dikeluarkan oleh Transparency International, sebuah organisasi nirlaba anti-korupsi. 

Ukraina bahkan lebih buruk. Negara itu berasa di peringkat 122 dari 180 negara dalam indeks. 

Rusev optimistis semangat perubahan di Ukraina yang disebabkan oleh perang akan mengarah pada intoleransi baru terhadap korupsi.

"Ketika saya menjadi direktur [taman nasional Tuzly], saya melihat bagaimana beberapa penjaga memberikan izin kepada pemburu liar, dan kadang-kadang mereka mengekstraksi berton-ton ikan... Saya berharap setelah perang, akan para penjaga menganggap korupsi sebagai sesuatu yang tidak normal," katanya. 

Kerusakan penuh yang terjadi pada Laut Hitam dan satwa liar lautnya hanya akan menjadi jelas setelah perang berakhir, dan tidak ada tanda-tanda bahwa itu akan segera terjadi. 

Untuk saat ini, terlalu berbahaya bagi para ilmuwan untuk melakukan penelitian. Banyak peluru yang ditembakkan oleh Rusia mendarat di lahan basah pesisir, menciptakan kawah yang dalam. 

Peluru yang gagal meledak tetap berbahaya. 

Selain itu, kedua belah pihak meletakkan ranjau di laut; ini bisa memakan waktu puluhan tahun untuk dibersihkan.

"Setidaknya di pantai kami, selain ranjau yang mengambang... kami tidak mencatat perubahan kualitas air lainnya, misalnya, atau spesies. 

"Satu-satunya hal yang terus sampai ke telinga saya, itu adalah kenyataan bahwa nelayan kekurangan ikan. Mereka mengeluh selama beberapa bulan sekarang bahwa jumlah ikan dan [jumlah] spesies menurun," kata Paiu.

Mare Nostrum harus menunda beberapa surveinya. Beberapa di antaranya telah memakan waktu beberapa tahun perencanaan. 

Bahkan setelah para ilmuwan dapat mulai bekerja lagi, tentu akan ada beberapa celah dalam data. 

Ini adalah pandangan yang mengecilkan hati para peneliti yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun membangun gambaran ekosistem yang kompleks dan beragam di sekitar Laut Hitam.

"Saya sangat takut kita akan menemukan ancaman paling parah ketika [perang] berakhir. Sangat jelas kita sekarang baru berada di tengah proses," kata Goldin. 

"Saya sangat takut besok atau lusa kita akan menemukan dampak paling mematikan dari perang."

Versi bahasa Inggris artikel ini dengan judul How the war in Ukraine is killing marine mammals dapat Anda baca di BBC Future.

Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved