Jumat, 3 Oktober 2025

Cerita tentang 'karaage', tidak hanya makanan yang lezat, tapi juga sebuah identitas

Nakatsu di prefektur Oita, Jepang, disebut sebagai ibu kota 'karaage', yang menyimpan sejarah budaya kuliner selama ratusan tahun.

Namun, kepindahannya dari Nakatsu inilah yang selanjutnya membuat ayam goreng ini memiliki reputasi nasional dan internasional.

Dua koki, Arata Hosokawa dan Shoji Moriyama sama-sama terobsesi dengan karaage. Mereka merasa bisa mengeluarkan lebih banyak rasa dari ayam goreng itu. 

Menurut Yoshitake, pada tahun 1970, setiap laki-laki di Nakatsu membuka kedai karaage-nya sendiri, di mana mereka menyempurnakan proses perendaman dengan bumbu, menambahkan potongan apel, dan memarinasi ayam lebih lama untuk mengeluarkan lebih banyak rasa pada ayam itu sendiri.

Kedai-kedai itu menjadi populer dalam waktu singkat dan mengilhami sekelompok peniru yang membantu mendefinisikan karaage sebagai inti dari Nakatsu.

 

Hari ini, koki di Nakatsu telah membawa karaage mereka ke level selanjutnya. Persaingan yang sehat antara hampir 50 kedai telah menginspirasi para koki untuk mengutak-atik segala hal, mulai dari waktu memasak dan adonan, hingga berbagai bumbu marinasi yang memiliki variasi bahan dasar mulai dari kedelai hingga garam. 

Hampir setiap kedai di Nakatsu memiliki bahan rahasia yang tidak ingin mereka bagikan dan yang membedakan karaage mereka dari yang lain.

Take Torisin adalah kedai yang dikelola oleh karaage shokunin (master) warga Nakatsu, Shinichi Sumi, pemenang Grand Gold Award lima kali di Grand Prix Karaage. Sumi menghabiskan 15 tahun untuk menyempurnakan resep karaage-nya. 

Saat ini, dia memasak setiap bagian ayam dengan temperatur yang berbeda dan karaage miliknya secara konsisten dinilai sebagai yang terbaik di Nakatsu.

 

Lalu ada Takae Tateishi,  satu dari sedikit perempuan pemilik kedai karaage. Kokko-ya, nama kedainya, bisa dibilang paling unik di kota, dengan marinasi garam-beras-malt dan keinginan untuk melakukan semuanya dari awal. 

"Apa yang bisa saya katakan dengan percaya diri adalah bahwa saya menghilangkan lemak ekstra dari ayam dengan hati-hati.

Saya benar-benar yakin dengan cara saya menyiapkan dagingnya," kata Tateishi, yang ayamnya memiliki tekstur lebih lembut dan rasa lebih pedas yang membuat mulut Anda terbakar.

Kemudian ada Kouji Moriyama. Kedainya, yang diberi nama Moriyama, adalah yang pertama mendapatkan juara dalam Grand Prix Karaage.

Moriyama merupakan keponakan dari bapak pencipta karaage di Nakatsu, Shoji Moriyama. Dia membuat karaage renyah berbahan dasar garam yang mengeluarkan jus dari setiap gigitan.

Bumbu karaage-nya memiliki campuran buah-buahan rahasia, yang membuat ayamnya memiliki rasa yang luar biasa.

Namun, di Nakatsu, karaage bukan hanya sebuah makanan. Karaage adalah seluruh identitas.

Setiap musim gugur, ada Karafes, festival karaage yang dihadiri lebih dari 50.000 orang dari seluruh Jepang dan dunia, dan hampir setiap kedai berpartisipasi untuk meningkatkan popularitas kota ini. 

Kota ini juga memegang Rekor Dunia Guinness untuk porsi ayam goreng terbesar dengan berat mencapai 1.667,301 kilogram, yang ditetapkan pada 2019.

Dari lebih dari 40 kedaidi Nakatsu, setiap orang di kota memiliki favorit masing-masing, yang mengingatkan pada masa kecil mereka. 

Ini adalah makanan yang membangkitkan dari kemiskinan, memberi makan pulau yang kelaparan, dan menjadi simbol makanan gurih yang sekarang dapat ditemukan di pesta pernikahan, ulang tahun, dan perayaan besar termasuk Natal, ketika jutaan orang Jepang makan ayam goreng. 

Dan Grand Prix Karaage adalah cara mereka untuk membuktikan bahwa garis keturunan ini membuat kota mereka menjadi pusat ayam goreng di Jepang.

Grand Prix Karaage dimulai di Tokyo pada 2010, sebagai kompetisi nasional untuk menentukan peringkat karaage dan mempromosikan suguhan lezat di seluruh negeri. 

Hingga 2022, pemungutan suara sepenuhnya dilakukan secara online dan kedai karaage terpopuler biasanya memenangkan semua penghargaan.

Menurut Kouichiro Yagi dari Asosiasi Karaage Jepang, "[pada 2023] penilaian rasa oleh juri akan dimasukkan untuk lebih meningkatkan nilai penghargaan."

Penilaian juri antara lain: warna hasil gorengan, adonan, keharmonisan antara daging dan adonan, kesan juicy pada dagingnya, rasa, efektivitas biaya (berapa banyak keuntungan yang Anda dapatkan dari harga), dan temperatur (terlalu banyak panas dapat menyebabkan luka bakar).

 

Saat Anda berbicara dengan para pemilik kedai di Nakatsu, mereka meremehkan kompetisi sebelumnya. Namun, bisa dibilang, mereka semua merasa tahun ini berbeda.

Shinichi Sumi dari Tolishin berkata, "Yang berikutnya nyata. Saya ingin tantangan dan saya akan mencoba untuk menang."

CEO Nakatsu Karaage Association, Masahiko Inoue, melihat Grand Prix 2023 bersama dengan posisi Nakatsu di dunia karaage secara eksistensial. 

"Kompetisi berikutnya penting karena orang akan tahu kedai mana yang benar-benar nomor satu. Namun pada akhirnya, saya ingin semua orang tahu bahwa karaage Nakatsu itu spesial. 

Dan itu memiliki merek. Sama seperti daging sapi wagyu tertentu yang diberi merek. Ini seperti penerimaan resmi bahwa karaage itu berasal dari Nakatsu."

Karaage mewakili ketekunan, menunjukkan kecerdikan, dan mengingatkan bagaimana Jepang mengatasi kesulitan. Dan bagi penduduk Nakatsu, itu adalah makanan jiwa yang membawa kenyamanan.

---

Versi bahasa Inggris artikel ini dengan judul The world's surprising fried chicken capital dapat anda baca di BBC Travel.

 

Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved