Aksi Protes Berujung Ricuh di India, Warga Tolak Skema Baru Rekrutmen Angkatan Bersenjata
Aksi protes berujung kekerasan terjadi di kota-kota besar di India Kamis (16/6/2022), menuntut dibatalkannya skema baru perekrutan angkatan bersenjata
Respons Tokoh
Skema baru ini juga memicu perdebatan di antara para politisi dan veteran tentara.
Banyak di antaranya mengatakan bahwa kurangnya perlindungan kerja dapat menyebabkan tingkat motivasi yang rendah.
Selain itu, skema ini menimbulkan risiko memiliki ribuan pemuda pengangguran muda dengan pelatihan senjata di masyarakat, yang berpotensi menyebabkan kejatuhan hukum dan ketertiban.
Mayor Jenderal GG Dwivedi dalam sebuah kolom di The Indian Express menjuluki model Tour of Duty sebagai "tentara turis".
Ia mengatakan gaya itu sedang populer di AS dan barat, di mana mereka memiliki "lingkungan yang damai dengan perbatasan yang tetap".
"Tetapi skema itu cacat dan layak untuk ditinjau secara holistik karena India menghadapi kenyataan nyata dari ancaman dua front di perbatasan dengan tetangga yang bermusuhan, Pakistan dan China," katanya.
Pensiunan Letnan Jenderal Zameer Uddin Shah mengatakan skema itu adalah kemunduran dan tindakan paling merugikan yang dilakukan pada angkatan bersenjata.
"Dengan satu tahun dihabiskan untuk pelatihan dan enam bulan untuk formalitas pra-pembebasan, prajurit itu hanya akan mendapatkan 2,5 tahun untuk melayani, yang tidak cukup untuk menanamkan etos resimen, afiliasi, dan disiplin," kata veteran itu.
Pensiunan mayor jenderal GD Bakshi mengatakan dia "terperangah" dengan skema tersebut.
"Saya pikir awalnya itu adalah uji coba yang dilakukan secara percontohan."
"Ini adalah perubahan menyeluruh untuk mengubah angkatan bersenjata India menjadi pasukan kuasi wajib militer dengan masa jabatan pendek seperti China."
"Demi Tuhan, tolong jangan lakukan itu," katanya dalam tweet.
"Jangan hancurkan institusi kita di saat ancaman besar dari China & Pakistan."
"Angkatan bersenjata telah bekerja dengan baik."
"Hanya untuk menghemat uang, janganlah kita menghancurkan apa yang kita miliki."
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)