POPULER Internasional: Rencana Ukraina Gabung UE | China Dukung Pembicaraan Damai Rusia-Ukraina
Rangkuman berita populer Internasional, di antaranya prediksi Rusia akan menggunakan senjata yang dapat membuat kehacuran besar di Ukraina.
TRIBUNNEWS.COM - Rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dapat disimak di sini.
Invasi Rusia masih terus terjadi dan telah memasuki hari ke-109.
Para pejabat memprediksi Rusia akan menggunakan senjata yang dapat membuat kehacuran besar di Ukraina.
Sementara itu, kini Ukraina berharap dapat menjadi bagian dari Uni Eropa.
Mengenai posisi China, negara ini berharap pembicaraan damai kedua negara yang bertikai akan segera terwujud, menambahkan bahwa penjatuhan sanksi tidak akan menyelesaikan masalah.
Selengkapnya, berikut berita populer Internasional dalam 24 jam terakhir.
1. Rusia Diprediksi Bakal Gunakan Senjata Lebih Mematikan dalam Perang di Ukraina
Pejabat Ukraina dan Inggris memperingatkan pada Sabtu (11/6/2022), pasukan Rusia mengandalkan senjata yang bisa menyebabkan kerugian korban secara massal dalam perang.
Peringatan tersebut terjadi saat Rusia kini mencoba membuat kemajuan dalam merebut Ukraina timur.
Pertempuran sengit di antara Rusia dan Ukraina pun terjadi yang membuat kedua belah pihak kehabisan amunisinya.
Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan, pembom Rusia diperkirakan akan meluncurkan rudal anti-kapal era 1960-an yang berat di Ukraina.
Terutama Rudal Kh-22 yang dirancang untuk menghancurkan kapal induk menggunakan hulu ledak nuklir.

"Ketika digunakan dalam serangan darat dengan hulu ledak konvensional, mereka 'sangat tidak akurat dan karena itu dapat menyebabkan kerusakan parah dan korban jiwa,' kata kementerian itu, dikutip APNews, Minggu (12/6/2022).
Seperti diketahui, kedua belah pihak telah mengeluarkan sejumlah besar persenjataan dalam perang gesekan untuk memperebutkan wilayah timur tambang batu bara dan pabrik yang dikenal sebagai Donbas.
Perebutan Donbas itu membuat beban yang besar pada sumber daya dan persediaan mereka.
"Rusia kemungkinan menggunakan rudal anti-kapal 5,5 ton (6,1 ton) karena kekurangan rudal modern yang lebih presisi," kata kementerian Inggris.
Namun, Kementerian Inggris tidak memberikan rincian di mana tepatnya rudal tersebut diperkirakan akan dikerahkan.
2. Uni Eropa Kemungkinan akan Kabulkan Status Kandidat Ukraina, Langkah Awal untuk Bergabung
Eksekutif Uni Eropa akan membuat rekomendasi minggu depan tentang apakah Ukraina harus diberikan status kandidat untuk bergabung dengan blok tersebut, kata presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen.
Dilansir The Guardian, rekomendasi semacam itu nantinya akan menjadi langkah awal dalam rangkaian panjang Ukraina untuk menjadi anggota UE sesungguhnya.
Ukraina membutuhkan dukungan dari 27 pemerintah Uni Eropa sebelum status kandidat diberikan.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, telah meminta penerimaan cepat ke UE untuk memberi negaranya keamanan sejak invasi Rusia.
"Kami ingin mendukung Ukraina dalam perjalanannya ke Eropa," kata von der Leyen dalam konferensi pers bersama Zelensky.
Baca juga: Imbangi Sanksi Uni Eropa, Rusia Tingkatkan Ekspor Minyak dari Pelabuhan Kozmino
Baca juga: Lavrov: Sanksi Terhadap Rusia Justru Berbalik Sengsarakan Rakyat Uni Eropa

Von der Leyenke melakukan kunjungan keduanya ke Kyiv pada Sabtu (11/6/2022).
Sementara itu, pertempuran sengit masih berlanjut di wilayah Donbas timur, di mana Rusia telah membuat keuntungan tambahan.
"Diskusi hari ini akan memungkinkan kami untuk menyelesaikan penilaian pada akhir minggu depan," tambah von der Leyen.
3. Puluhan Anggota Kelompok Supremasi Kulit Putih Ditangkap Memakai Topeng, Sempat Rencanakan Kerusuhan
Puluhan anggota kelompok supremasi kulit putih Patriot Front ditangkap Sabtu (11/6/2022) malam ketika mereka bersiap untuk melakukan kerusuhan di dekat acara Pride di Coeur d'Alene, Idaho, AS.
Mengutip Daily Beast, Kepala Polisi Coeur d'Alene Lee White mengatakan kepada wartawan bahwa 31 orang yang berafiliasi dengan kelompok itu ditahan polisi.
Mereka didakwa dengan konspirasi untuk kerusuhan.
Kelompok itu datang dari seluruh negeri untuk membuat kekacauan saat acara LGBT+, kata White.
Mereka berasal dari negara bagian seperti Texas, Utah, South Dakota, Arkansas, Oregon, dan Virginia.
"Penegak hukum dengan cepat menggagalkan rencana kelompok itu, berkat seorang warga yang peduli," katanya.
"Kami menerima telepon dari seorang warga yang khawatir."
Baca juga: PM Jepang Sebut Menghadapi Rusia Sebagai Tantangan Supremasi terhadap Hukum Dunia
Baca juga: Uni Eropa Kemungkinan akan Kabulkan Status Kandidat Ukraina, Langkah Awal untuk Bergabung

"Ia melaporkan bahwa sekitar 20 orang masuk ke truk U-Haul mengenakan topeng, mereka memiliki perisai, dan tampak seperti tentara kecil'," katanya.
4. China Dukung Pembicaraan Damai Rusia dengan Ukraina dan Menentang Sanksi terhadap Moskow
Penasihat Negara dan Menteri Pertahanan China Wei Fenghe mengatakan Beijing sedih dengan peristiwa di Ukraina.
Fenghe mengaku mendukung pembicaraan damai antara Moskow dan Kyiv.
Dilansir Al Jazeera, dia juga mengatakan China menentang penyediaan senjata Barat ke Ukraina serta sanksinya terhadap Rusia.
"Apa akar penyebab krisis ini? Siapa dalang di balik ini? Siapa yang paling rugi? Dan siapa yang paling banyak untung? Siapa yang mempromosikan perdamaian dan siapa yang menambahkan bahan bakar ke api?" katanya kepada forum keamanan Dialog Shangri-La di Singapura pada Shangri-La di Singapura, Minggu (12/6/2022).
Baca juga: UPDATE Serangan Rusia ke Ukraina Hari ke-109, Berikut Ini Sejumlah Peristiwa yang Terjadi
Baca juga: Ukraina Akan Gabung Uni Eropa, Segera Dapat Rekomendasi Status Kandidat

"Saya pikir kita semua tahu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini," jelasnya.
China berharap AS dan NATO bahas gencatan senjata secepatnya
Fenghe menuturkan pemerintah China pun berharap bahwa Amerika Serikat (AS) dan NATO akan mengadakan pembicaraan dengan Rusia untuk gencatan senjata secepatnya.
"China mendukung negosiasi antara Rusia dan Ukraina. Kami juga berharap AS dan NATO akan mengadakan pembicaraan dengan Rusia untuk menciptakan kondisi bagi gencatan senjata secepatnya," katanya, dikutip TASS.
"Sehubungan dengan krisis Ukraina: China tidak pernah memberikan dukungan material kepada Rusia," katanya.
Baca juga: Uni Eropa Kemungkinan akan Kabulkan Status Kandidat Ukraina, Langkah Awal untuk Bergabung
Baca juga: POPULER Internasional: Kolera Mengancam Ukraina, Sumur Tercemar Mayat | Jika Rusia Kuasai Donbas

Tidak percaya sanksi dapat bantu selesaikan konflik
(Tribunnews.com)