Konflik Rusia Vs Ukraina
Rusia Klaim Dapatkan Dokumen Rahasia Ukraina soal Rencana Penyerangan di Donbas
Hari ke-14 invasi Rusia ke Ukraina, Moskow mengklaim mendapatkan dokumen rahasia Ukraina yang berisi rencana penyerangan ke Donbas.
TRIBUNNEWS.COM - Memasuki hari ke-14 invasi Rusia ke Ukraina, pasukan Vladimir Putin kembali melakukan gencatan senjata.
Koridor kemanusiaan di lima kota dibuka untuk memungkinkan warga sipil mengungsi ke tempat lebih aman.
Sementara itu, Rusia dan Ukraina kembali merencanakan pembicaraand di Turki pada Kamis (10/3/2022).
Dikutip dari AlJazeera, berikut ini rangkuman invasi Rusia ke Ukraina hari ke-14, Rabu:
Baca juga: Presiden Ukraina Tak Terima saat Tahu Ada Gadis 6 Tahun Meninggal Sendirian karena Dehidrasi
Baca juga: Rusia Ancam akan Tutup Pipa Gas Utama ke Jerman: Larangan Minyak Rusia Bisa Sebabkan Bencana Besar
Koridor Kemanusiaan Dibuka
Pasukan Rusia akan "mengamati rezim diam" mulai pukul 10.00 pagi waktu Moskow (07.00 GMT) untuk memastikan perjalanan aman bagi warga sipil yang ingin meninggalkan Kyiv, Chernihiv, Sumy, Kharkiv, dan Mariupol, ujar kepala Pusat Kontrol Pertahanan Nasional Rusia, Mikhail Mizintsev.
Pembicaraan di Turki
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergev Lavrov, akan melakukan perjalanan ke Turki untuk berbicara dengan mitranya dari Ukraina, Dmytro Kuleba, pada Kamis.
Pasukan Ukraina Masih Terus Berjuang
Pasukan Ukraina melawan upaya pasukan Rusia untuk memasuki Kharkiv, kata Gubernur Regional, Oleh Synehubov.
Pasukan Rusia telah berulang kali mencoba merebut ibu kota wilayah selatan Mykolaiv, dalam serangan yang berhasil digagalkan oleh pasukan Ukraina, ujar penasihat presiden Ukraina.
Rencana Serangan Ukraina

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan telah memperoleh dokumen rahasia yang membuktikan Ukraina merencanakan serangan di bulan Maret, terhadap separatis yang didukung Rusia di Ukraina timur.
Kementerian menerbitkan enam halaman dokumen yang menunjukkan Kyiv merencanakan serangan militer di daerah pemberontak yang didukung Rusia di Donbas.
Tetapi, klaim tersebut tak dapat diverifikasi secara independen.
Baca juga: China Tuding AS dan NATO Terus Provokasi Konflik Rusia Vs Ukraina
Baca juga: Ukraina Kembali Meminta Pertukaran Kripto Blokir Layanan ke Pengguna Warga Rusia