Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Putin Perintahkan Pasukannya Bergerak ke Wilayah Pemberontak Ukraina

Putin telah menentang ancaman sanksi negara Barat dalam suatu langkah yang dianggap dapat memicu perang dan bencana dengan Ukraina.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
Alexey NIKOLSKY / Sputnik / AFP
Presiden Rusia Vladimir Putin berpidato di Kremlin di Moskow pada 21 Februari 2022. 

Perlu diketahui, AS mengumumkan sanksi pertamanya, dengan Gedung Putih mengatakan bahwa Biden akan mengeluarkan perintah eksekutif untuk 'melarang investasi, perdagangan, dan pembiayaan baru oleh orang-orang AS ke, dari, atau di dua wilayah pemberontak itu, baik di DPR maupun LPR.

Seorang pejabat kepresidenan Prancis mengatakan bahwa UE juga sedang mempersiapkan daftar entitas dan individu Rusia yang akan dikenai sanksi sebagai tanggapan 'proporsional' terhadap pengakuan tersebut.

Sementara di Kiev, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengadakan pertemuan dengan dewan keamanan nasionalnya dan akan berpidato pada Selasa malam waktu setempat.

Sebelumnya, dalam pidato nasional dari kantornya di Gedung Kremlin yang ditayangkan di televisi selama 65 menit dan sering disertai dengan kemarahan, Putin memaki mantan tetangga Soviet-nya 'Ukraina' sebagai negara gagal dan 'boneka' Barat.

Ia bahkan berulang kali menunjukkan bahwa Ukraina pada dasarnya adalah bagian dari Rusia.

Tidak hanya itu, dirinya juga menuduh pihak berwenang di Ukraina menganiaya penutur bahasa Rusia dan mempersiapkan 'blitzkrieg' terhadap wilayah DPR dan LPR yang memisahkan diri di timur Ukraina.

"Adapun mereka yang merebut dan memegang kekuasaan di Ukraina, kami menuntut segera diakhirinya operasi militer mereka. Jika tidak, semua tanggung jawab untuk kemungkinan kelanjutan pertumpahan darah akan sepenuhnya menjadi tanggung jawab rezim yang berkuasa di Ukraina," tegas Putin.

Putin mengatakan perlu untuk 'mengambil keputusan yang sudah lama tertunda, untuk segera mengakui kemerdekaan' kedua daerah yang berada di wilayah Donbass itu.

Selanjutnya, ia kemudian menandatangani perjanjian kemitraan dengan pemberontak Ukraina yang menyatakan kehadiran pasukan militer Rusia 'diperlukan untuk menjaga perdamaian dan memastikan keamanan yang dapat diandalkan'.

Baca juga: Negara Tetangga Ukraina Siap-siap Kebanjiran Pengungsi jika Rusia Menginvasi

Uni Eropa 'akan bertindak melalui pemberian sanksi'.

Pengakuan itu secara efektif akan mengakhiri rencana perdamaian yang sudah goyah dalam konflik separatis yang telah bergejolak sejak 2014 lalu, setelah Rusia mencaplok Krimea dari Ukraina dan menewaskan lebih dari 14.000 orang.

Rusia saat ini akan mengerahkan pasukannya dengan dukungan pejabat separatis.

Sedangkan Ukraina harus menerima hilangnya sebagian besar wilayah atau menghadapi konflik bersenjata melawan negara tetangganya yang jauh lebih kuat itu.

Di sisi lain, Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson menyebut langkah tersebut sebagai 'pelanggaran mencolok terhadap kedaulatan dan integritas Ukraina'.

Komite darurat COBR kabinet Inggris pun telah menjadwalkan pertemuan pada Selasa ini, lalu Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss menjanjikan 'sanksi baru terhadap Rusia'.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved