Kamis, 2 Oktober 2025

Virus Corona

Klinik Hewan di Jerman Sukses Melatih Anjing untuk Mendeteksi Covid-19, Tingkat Akurasinya 94 Persen

Dokter hewan di Jerman mengklaim telah berhasil melatih anjing pelacak untuk mendeteksi virus corona.

Ole Spata / DPA / dpa Picture-Alliance via AFP
03 Februari 2021, Lower Saxony, Hanover: Cocker Spaniel Joe mengendus mesin pelatihan untuk anjing pendeteksi Corona di University of Veterinary Medicine (TiHo). Anjing tersebut mampu mendeteksi sampel air liur dari orang yang terinfeksi SARS-CoV-2 dan dapat digunakan pada acara-acara di masa depan. 

Ia menjelaskan bahwa saat memasuki awal pandemi, Indonesia banyak mengimpor alat rapid test dari banyak negara, bahkan alat-alat tersebut tidak memiliki standard yang sesuai, sehingga hasil screening yang keluar pun dinilai kurang akurat.

"Kita ingat di masa awal pandemi, Indonesia dibanjiri dengan rapid test antibodi yang diimpor dari berbagai negara dan tanpa standard yang jelas, akhirnya terjadi kesalahan di lapangan karena kurang akuratnya tes tersebut," jelas Bambang.

Hal itu yang akhirnya mendorong pembentukan Konsorsium Inovasi Covid-19 di bawah koordinasi Kemenristek/BRIN.

Pada akhirnya konsorsium ini menghasilkan rapid test antibodi yang diinisiasi oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

"Tentunya kita berupaya membuat alat tes ini, sehingga melalui Konsorsium Inovasi Covid-19, berhasil melahirkan alat rapid test antibodi yang diinisiasi oleh BPPT," kata Bambang.

Selanjutnya, lahir pula rapid test antigen yang dikembangkan tim peneliti dari Universitas Padjadjaran (Unpad) yang disebut rapid test antigen CePAD.

"Dan kemudian muncul pula rapid test antigen yang diinisiasi oleh Universitas Padjadjaran," papar Bambang.

Kemudian muncul juga GeNose C19 yang dinilai sebagai terobosan karena proses screeningnya menggunakan hembusan nafas, bukan antibodi maupun antigen.

"Namun tentunya GeNose adalah produk terobosan, karena sifat screeningnya tidak berbasis antibodi atau antigen tetapi berbasis pada hembusan nafas," tutur Bambang.

Bambang menyebut dalam alat screening ini, terdapat senyawa yang mampu membedakan mana orang yang terpapar maupun tidak terpapar Covid-19.

"Di mana dalam hembusan nafas tersebut, ada senyawa yang bisa membedakan mana orang yang terpapar virus Covid-19 dan mana yang tidak, atau mana yang positif, mana yang negatif," pungkas Bambang.

Saat alat screening ini diproduksi massal, maka strategi pemerintah untuk menerapkan konsep triple helix yang melibatkan sinergi pemerintah, akademisi serta pebisnis tentunya akan berjalan sukses.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie/Fitri Wulandari)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved