Pemilihan Presiden Amerika Serikat
H-2 Pilpres AS: Ketika Trump dan Biden Dibandingkan untuk Kebijakan Mengatasi China
Kandidat dari Partai Republik Donald Trump dan kandidat Partai Demokrat Joe Biden bentrok dalam pendekatan kebijakan mereka terhadap China.
TRIBUNNEWS.COM - Menjelang pemilihan pada 3 November 2020, kandidat dari Partai Republik Donald Trump dan kandidat Partai Demokrat Joe Biden bentrok dalam pendekatan kebijakan mereka terhadap China.
Mengutip SCMP, berikut ini Tribunnews rangkum beberapa hal yang dikatakan kedua kandidat dalam pekan terakhir kampanye mereka:
Baca juga: Menguat terhadap Dolar AS, Yuan China Kalahkan Mata Uang Asia Lainnya
Baca juga: Pernyataan Menlu AS di Jakarta Dibantah Keras Dubes China, Berikut Pernyataan Resmi Mereka

Apakah China merupakan ancaman terbesar bagi AS?
SCMP menulis, kemungkinan besar Trump pasti berpikir seperti itu.
Dalam wawancara dengan program 60 Minutes CBS, Trump menggambarkan China sebagai musuh dalam banyak hal.
Trump juga menyebut China merupakan pesaing dan menuduh negara komunis itu telah membiarkan virus corona menjadi pandemi global.
Trump kerap kali menargetkan China pada kampanyenya 2016 lalu.
Sekarang, dia kembali menyalahkan China atas kesalahan penanganan virus corona di Amerika.

Sebaliknya, Biden mengatakan pada 60 Minutes bahwa dia yakin, "ancaman terbesar bagi Amerika saat ini adalah Rusia."
"China merupakan pesaing terbesar AS dan tergantung bagaimana hubungan itu ditangani," kata Biden.
"Ini akan menentukan apakah keduanya akan berada dalam persaingan yang lebih serius terkait kekuatan," tambah Biden.
Baca juga: Pemungutan Suara Awal Pemilu AS 2020: Lebih dari 90 Juta Orang Sudah Berikan Hak Suara
Baca juga: Pilpres AS: Trump Janjikan Kemakmuran dan Keamanan Bagi Semua Orang Amerika jika Terpilih Kembali
Hubungan bisnis dengan China
Trump berulang kali mengkritik putra Biden, Hunter Biden atas hubungan bisnisnya dengan China.
Dia juga mengkritik upaya mencari kesepakatan dengan perusahaan energi swasta China setelah Joe Biden meninggalkan kantor.
Meski tidak ada bukti bahwa Joe Biden terlibat dalam negosiasi untuk kesepakatan itu tetapi ini tidak menghentikan Trump untuk menindaklanjuti laporan tersebut.
