Sabtu, 4 Oktober 2025

Pentagon Kirim Pasukan ke Suriah Pasca Bentrokan antara AS dan Militer Rusia

Tiga pejabat pertahanan AS mengatakan, Pentagon mengerahkan pasukan AS ke Suriah pasca bentrokan antara militer Washington dan Rusia.

Twitter/TheLastWord
Tiga pejabat pertahanan AS mengatakan, Pentagon mengerahkan pasukan AS ke Suriah pasca bentrokan antara militer Washington dan Rusia. 

"Kami sangat beruntung, orang-orang kami di lapangan mampu mencegah terjadinya insiden yang lebih besar," kata Jenderal Frank McKenzie.

"Itu adalah momen yang mengkhawatirkan. Dan jika terjadi ke arah lain, kita mungkin mendapat masalah di sana dan mereka mungkin juga mendapat masalah," terangnya.

Pertemuan itu adalah yang paling provokatif antara AS dan Rusia di Suriah sejak Februari 2018, ketika ratusan militer swasta Rusia yang bersenjata lengkap.

Mereka dilengkapi dengan tank dan artileri, menyerang bersama di daerah tempat Pasukan Demokratik AS dan Suriah beroperasi.

AS terbang dengan pesawat tempur AC-130 dan pesawat serang lainnya untuk menghentikan serangan serangan itu.

Sekira 300 tentara bayaran Rusia dilaporkan tewas, mereka diyakini bekerja untuk Grup Wagner

McKenzie mengatakan, AS terus melakukan patroli keamanan dengan SDF tetapi mitra Suriah sebenarnya melakukan sebagian besar operasi taktis dan pertempuran yang sebenarnya.

“Patroli tersebut selalu dilakukan dengan mitra SDF kami. Anda tidak akan pernah melihat elemen AS di luar sana bergerak sendiri, SDF akan selalu berafiliasi dengannya saat mereka bergerak," terangnya.

Baca: Kawasan Laut China Selatan Memanas, Pentagon Kerahkan Dua Kapal Induk Saat China Latihan Militer

Baca: Pentagon: Trump Setujui Penarikan 9.500 Pasukan AS dari Jerman

Keputusan untuk Menambah Lebih Banyak Pasukan

Lebih lanjut, keputusan untuk menambah lebih banyak pasukan ke Suriah muncul setelah pemerintahan Trump mengumumkan akan menarik hampir setengah dari pasukan yang bertugas di Irak dan Afghanistan dalam beberapa minggu mendatang.

AS akan menarik diri dari sekira 5.200 di Irak menjadi sekira 3.000 pada akhir September, dan dari 8.600 di Afghanistan menjadi sekitar 4.500 pada pemilihan November.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved