Virus Corona
Belajar dari Serangan Covid-19 di Kota Beijing, Tak Ada Tempat yang Benar-benar Steril dari Virus
Dalam hitungan hari, kota metropolitan yang berpenduduk lebih dari 20 juta orang ini di-lockdown sebagian.
Sebelumnya pemerintah Korea Selatan melakukan pelonggaran aturan jarak sosial dan pembukaan kembali sekolah serta tempat hiburan malam.
Demikian pula Singapura yang dianggap sukses mengendalikan Covid-19, sampai kemudian muncul lagi infeksi pada April.
Baca: Tidak Ada Perkuliahan Secara Tatap Muka Hingga Akhir 2020, Mendikbud: Keselamatan Nomor Satu
Covid-19 kembali menyerang para pekerja migran yang tinggal di asrama penuh sesak.
Di China, gelombang awal infeksi sebagian besar muncul pada akhir Maret 2020.
Ketika wabah memburuk di negara-negara lain, China menutup perbatasannya dan melakukan penyaringan ketat di bandara.
Barang Impor
Meskipun dilakukan langkah-langkah pencegahan secara ketat, penyebaran infeksi terus terjadi di timur laut negara itu pada April dan Mei, semua terkait kasus impor.
Tetapi wabah di Beijing kali ini adalah kebangkitan terburuk virus corona.
Laporan awal menyebutkan virus corona terdeteksi pada talenan yang digunakan oleh penjual salmon impor di Pasar Xinfadi, Beijing.
Baca: Kasus Positif Semakin Tinggi, Wakil Ketua MPR RI Minta Pemerintah Lebih Fokus Mengatasi Covid-19
Namun, sekarang ada kekhawatiran virus telah diam-diam menyebar selama berminggu-minggu sebelum pertama kali terdeteksi.
"Wabah di Beijing ini mungkin tidak dimulai pada akhir Mei atau awal Juni, tetapi mungkin sebulan sebelumnya," kata Gao Fu, Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China, pada pertemuan di Shanghai, Selasa.
Menurutnya, pasti ada banyak kasus asimptomatik (tanpa gejala) atau ringan di (pasar).

"Itu sebabnya virus terdeteksi begitu banyak di lingkungan tersebut," katanya.
Bukti dari Amerika Serikat menunjukkan antara 25 persen hingga 45 persen dari orang yang terinfeksi kemungkinan tidak memiliki gejala.
Zhang Yong, pejabat CDC China lainnya setuju pada penilaian Gao.