Kisah dokter abad ke-19 yang dianggap gila karena kampanyekan pentingnya cuci tangan
Pada masa ketika dunia tidak memahami bahaya kuman dan rumah sakit dikenal sebagai 'rumah kematian', Ignaz Semmelweis menyebut keadaan higienis
Karena saat itu tak ada yang mengenakan sarung tangan atau pelindung lainnya selama pembedahan, bukan hal biasa melihat mahasiswa kedokteran muncul di bangsal dengan potongan tubuh dan tisu pada pakaian mereka setelah kelas berakhir.
Merobohkan rumah sakit
Bidan tidak melakukan otopsi. Apakah fakta itu bakal menjadi kunci misteri yang selalu menghantui Semmelweis?
Sebelum perihal kuman dipahami secara baik, sulit menemukan jalan keluar atas ketidaksterilan di rumah sakit.

Terkait isu ini, ahli kebidanan James Young Simpson (1811-1870) memiliki pendapat khusus. Ia adalah dokter pertama yang menunjukkan sifat anestesi kloroform pada manusia.
Menurut Simpson, jika kontaminasi silang tidak dapat dikendalikan, rumah sakit secara berkala harus dihancurkan dan dibangun kembali.
John Eric Erichsen, penulis buku The Science and Art of Surgery (1853) dan salah satu ahli bedah paling terkenal pada abad ke-19, sependapat dengan Simpson.
"Begitu sebuah rumah sakit terserang pyaemia yang tak tersembuhkan (terinfeksi bakteri peracunan darah), mustahil untuk mendisinfeksinya dengan cara higienis apa pun."
"Pendekatan itu seperti membersihkan dinding yang dihancurkan semut atau keju basi yang telah melahirkan belatung," begitu tulis Erichsen.
Namun Semmelweiss tak percaya tindakan drastis seperti itu diperlukan.
Setelah menyimpulkan bahwa demam puerperal disebabkan partikel infeksi dari jenazah, ia menyediakan baskom penuh larutan kapur diklorinasi di rumah sakit.

Sejak saat itu, dokter yang beranjak dari ruang bedah ke ruang bersalin wajib menggunakan antiseptik sebelum merawat pasien.
Tahun 1848, angka kematian di klinik ibu dan anak yang dikelola mahasiswa kedokteran merosot menjadi 12,7 per seribu persalinan.
- Dapatkah bernyanyi memperbaiki kesehatan?
- Cara BAB Anda sudah tepat? Ini cara BAB di toilet yang benar demi kesehatan
- Sering makan telur : Bisa sebabkan sakit jantung?
Kemenangan tanpa penghargaan
Bagaimanapun, Semmelweis tetap tak dapat meyakinkan dunia kedokteran bahwa demam puerperal berhubungan dengan kontaminasi yang disebabkan kontak fisik dengan jenazah.
Mereka yang bersedia menguji metode medis kerap melakukannya secara tidak tepat, sehingga hasil yang muncul selalu mengecewakan.