Jumat, 3 Oktober 2025

"Dulu saya kecanduan narkoba, kini kecanduan lari"

Para pelari ultra maraton dari seluruh dunia berbagi cerita mengapa mereka berlari dalam jarak yang luar biasa ini.

Ketika anda melakukan olah raga lari, apa yang terbayang? Bagi pelari biasa, menyelesaikan maraton mungkin bisa bikin perasaan bangga berhari-hari.

Bagi penggemar ultra maraton - lari dengan jarak lebih dari 42 km - rasanya ekstrem. Pelari jarak jauh ini memaksa tubuh mereka mencapai batas, berlari hingga 160 kilometer atau lebih.

Ultra maraton kini jadi olah raga global yang diadakan di mana-mana, mulai dari Gurun Sahara (254 km Des Sables), Afrika Selatan (87 km Comrade Marathon) hingga Inggris (111 km di Hadrian Wall).

"Menabrak dinding"

Ungkapan "menabrak dinding" dipakai ketika seorang pelari tak bisa lari lebih jauh lagi. Namun kini tampaknya dinding seperti itu nyaris tak ada. Harian Inggris Guardian mencatat 1.000% peningkatan lari ultra maraton di seluruh dunia belakangan ini.

Beberapa mengaitkan hal itu dengan generasi milenial. Para pelari ultra kompetitif memasang foto kemenangan mereka di media sosial, yang mendorong teman-teman mereka melakukan hal serupa.

Kami bicara dengan para pelari ultra maraton untuk memahami motivasi mereka berlari hingga ratusan kilometer.

'Ultra maraton jadi meditasi saya'

Miranda saat berlari
BBC THREE / INSTAGRAM

Miranda, 29, London

Sebelum melakukan ultra maraton pertama, saya gelisah: apakah saya bisa menyelesaikannya. Memikirkannya saja bikin saya stress. Saya coba menenangkan diri, termasuk dengan ikut hipnoterapi.

Maka saya kaget sekali ketika menemukan bahwa ultra maraton adalah hal paling berhasil membuat saya santai, dari segala hal yang pernah saya lakukan.

Tahun lalu saya lari ultra bersama teman-teman. Ini jadi kesempatan untuk kabur dari kepenatan kota. Bayangkan menghabiskan waktu 16 jam di udara segar, tanpa target apapun kecuali melangkahkan kaki. Ini adalah kebahagiaan bagi saya.

Tak seperti maraton biasa, tak ada tekanan soal waktu. Kita bisa lari kecil di samping seseorang selama berjam-jam, tanpa perlu mengatakan apa-apa. Ini mirip sekali dengan pengalaman meditasi zen.

Sesudah berlari satu jam, pikiran saya berubah tenang dan itu saatnya saya mulai masuk zona meditasi. Sesudahnya, saya sungguh santai dan tak lagi punya tenaga untuk marah tentang apapun.

'Badan saya mencoba menghentikan saya berlari'

Marthe berpose di tepi hutan
BBC THREE / INSTAGRAM

Marthe, 25, Manchester

Halaman
123
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved