Sabtu, 4 Oktober 2025

KDRT di Korea Selatan: Video 'penyiksaan istri migran' kejutkan warga

Sebuah video yang menampilkan seorang pria Korea Selatan memukuli istrinya yang berasal dari Vietnam di depan seorang anak telah memicu kemarahan

Dengan demikian, bagi seorang istri mancanegara melaporkan KDRT dan membuat suaminya kesal sama saja dengan membuang "Mimpi Korea"nya. Hal itu membuat statusnya yang sudah rentan justru bertambah lemah.

Jika sang istri mempunyai anak, kepindahannya dari Korsel juga akan membuat dia tidak pernah melihat anaknya lagi.

Ada pula kecenderungan di Korsel untuk memperlakukan KDRT sebagai "urusan keluarga". Dari kasus KDRT yang dilaporkan selama lima tahun terakhir, hanya 13% kasus yang pelakunya yang ditahan, 8,5% menjadikan pelakunya sebagai tersangka, dan hanya 0,9% yang berujung pada vonis hukuman penjara.

Tahun lalu, sejumlah perempuan tewas dibunuh setelah mengalami kekerasan dari suami mereka. Rangkaian peristiwa itu mengejutkan warga Korsel, apalagi kasus-kasus sudah pernah dilaporkan.

Pascasatu kasus pembunuhan, putri dari korban mengunggah petisi daring yang menuntut hukuman mati terhadap ayahnya yang menikam ibunya.

Anak perempuan tersebut mengklaim ayahnya secara terbuka mengatakan: "Saya bisa membunuhnya dan bebas setelah enam bulan hukuman (penjara)."

Pada November 2018, Kementerian Kesetaraan Gender, Kementerian Kehakiman, dan kepolisian menanggapi kasus KDRT dengan lebih tegas, termasuk hukuman yang lebih keras terhadap orang yang melanggar larangan mendekati korban.

Namun, banyak dari langkah perlindungan korban harus melalui proses pengesahan di parlemen—dan itu belum terjadi.


Apa yang mendorong pernikahan transnasional?

Di Korsel, baik pria maupun perempuan menghadapi tekanan sosial untuk segera menikah. Namun, mendapat pasangan untuk menikah tidak selalu mudah—khususnya di daerah pedesaan karena banyak perempuan meninggalkan desa untuk mencari pekerjaan di kota.

Pada era 1990-an, tren itu mendorong para pria untuk menikahi perempuan dari luar negeri. Sejak saat itu, pernikahan transnasional menyebar ke area-area perkotaan.

Beberapa pemerintah daerah, yang ingin meningkatkan populasi, bahkan menyediakan subsidi bagi pria Korea yang membawa pulang pengantin asal mancanegara.

Perempuan asal Vietnam adalah jumlah istri mancanegara terbesar di Korea Selatan. Berdasarkan angka dari badan statistik Korsel pada 2017, sebanyak 28% perempuan luar negeri yang menikah dengan pria Korsel berasal dari Vietnam.

Kemajuan ekonomi Korsel membuat hal ini menjadi daya tarik bagi perempuan luar negeri. Demi peningkatan standar hidup, sejumlah perempuan berusia awal atau pertengahan 20-an tahun siap menikah dengan pria Korsel yang tidak mereka kenal sebelumnya. Pria-pria ini rata-rata berusia 18 tahun lebih tua.

Ada juga perempuan mancanegara yang sebelumnya berteman dengan pria Korsel kemudian menikah dengan bahagia. Lainnya terpukau dengan imajinasi Seoul yang dihadirkan film-film dan acara televisi Korsel yang populer di Vietnam.

Halaman
123
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved