Aneka barang daur ulang meriahkan Karnaval Bunga Malang
Ratusan peserta mengikuti Karnaval Bunga Malang atau Malang Flower Carnival (MFC), pada Minggu (16/9).
Busana itu kemudian dipakai mahasiswi jurusan Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA) UMM, Rania Hamdy Ramadan.
Mahasiswi asal Mesir ini telah belajar di UMM sejak sebulan lalu. Rania juga harus belajar berjalan mengenakan kostum karena selama ini ia tak pernah belajar sebagai model untuk berjalan di atas catwalk.
Ketua MFC Agus Sunandar menjelaskan karnaval lebih menonjolkan bunga sesuai slogan Malang Kota Bunga.
Selain itu peserta juga diharapkan memanfaatkan bahan bekas dalam proses pembuatan busana.
"Komponen daur ulang paling banyak busa, yakni limbah industri pabrik sepatu dan tas. Sekitar 30% bahan baku daur ulang," katanya.
Agus mengatakan unsur penilaian busana terdiri dari desain, bahan daur ulang, koreografi, dan tata rias. Sedangkan kompetisi dibagi menjadi dua kategori, yakni untuk anak-anak dan umum.
Wisatawan ramaikan MFC
Peserta dan perancang tak hanya dari Malang dan kota-kota di Jawa Timur, tapi dari Bali, Kalimantan, hingga mancanegara seperti Belanda, Jerman, Mali, Mesir, dan Tajikistan.
Mahasiswa asal Mesir, Muhammad el Fouly, berada di antara kerumunan penonton. Dia tertarik menonton budaya dan tradisi Indonesia.
"Saya menikmati, banyak peserta. Ada banyak keragaman budaya, pakaian, dan tradisi yang ditampilkan. Seperti festival internasional, bukan lokal," ujarnya.
Salah seorang penonton asal Malang, Arum Sandi, menilai konsep karnaval itu cukup bagus.
Namun, menurutnya, konsep bahan baku daur ulang tak menonjol. "Lebih menarik jika bahan baku daur ulang ditonjolkan," katanya.
Sementara penonton asal Madiun, Frisa Tanjung, mengaku terkesan. "Ada yang menonjolkan topeng dan candi. Bunga-bunga dari Indonesia ditampilkan di sini."
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Malang, Ida Ayu Wahyuni, berharap MFC bisa menggerakkan sektor industri kreatif sehingga turut mendongkrak perekonomian dan menarik wisatawan.