Sabtu, 4 Oktober 2025

Qatar dan Arab Saudi terlibat pertempuran di dunia maya

Selama setahun terakhir, konflik antara Qatar dan negara-negara tetangganya—termasuk Arab Saudi dan Uni Emirat Arab—berlangsung dengan melibatkan

Selama setahun terakhir, konflik antara Qatar dan negara-negara tetangganya—termasuk Arab Saudi dan Uni Emirat Arab—berlangsung dengan melibatkan sistem persenjataan baru, yakni bot, berita palsu, dan peretasan.

Hari masih pagi ketika sebuah artikel berita muncul di laman resmi kantor berita Qatar (QNA). Artikel tertanggal 24 Mei 2017 itu menyebutkan emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani, menyampaikan pidato mengejutkan.

Kutipan Al-Thani kemudian muncul di akun-akun media sosial QNA serta teks berjalan pada bagian bawah sejumlah video yang diunggah ke saluran kantor berita tersebut di Youtube.

Dalam kutipan tersebut, sang emir memuji kelompok Hamas, Hezbollah, dan Ikhwanul Muslimin. Dan mungkin yang paling kontroversial, sanjungan terhadap Iran—rival Arab Saudi.

Namun, artikel dan kutipan itu mendadak hilang dari laman QNA. Kementerian Luar Negeri Qatar juga merilis pernyataan berisi bantahan bahwa sang emir pernah mengucapkan hal tersebut. Pun tiada rekaman video yang menampilkannya menuturkan perkataan itu.

Qatar kemudian mengklaim bahwa QNA telah diretas dan peretasan itu sengaja dirancang agar QNA menyebarkan berita palsu mengenai sang emir dan kebijakan luar negerinya.

A man writes on a painting depicting Qatar's Emir Sheikh Tamim Bin Hamad Al Thani in Doha, Qatar (2 July 2017)
Reuters
Warga Qatar menunjukkan sokongan kepada emir mereka, Sheikh Tamim Bin Hamad Al Thani, melalui mural di Doha.

Pihak Qatar tak ragu menuding Uni Emirat Arab sebagai biang keladi—sebuah tuduhan yang belakangan juga disuarakan oleh laporan Washington Post yang mengutip sumber-sumber intelijen AS. UEA membantah tuduhan tersebut.

Bagaimanapun, lepas dari dugaan bahwa UEA adalah pelaku peretasan, kutipan pernyataan Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani terlanjur menyebar ke seluruh dunia. Hanya dalam beberapa menit, jaringan televisi milik Saudi dan UEA—Al Arabiya dan Sky News Arabia—memberitakan kutipan sang sheikh.

Kedua jaringan media itu menuduh Qatar mendanai kelompok-kelompok ekstremis dan membuat kawasan Timur Tengah tidak stabil.

Tak lama berselang setelah kedua jaringan media tersebut memberitakan kutipan Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani, berita lain muncul.

Kali ini, targetnya adalah UEA. Akun surat elektronik milik Youssef al-Otaiba, selaku duta besar UEA untuk AS, diretas dan isi surat-suratnya diperlihatkan ke media. Hal ini membuat kehidupan pribadi Al-Otaiba terungkap dan menjadi pembahasan media internasional.

Awal konflik

Konflik bermula ketika Arab Saudi, UEA, Bahrain, Mesir dan sekutu-sekutunya memutus hubungan dengan Qatar pada 5 Juni 2017. Negara-negara itu mengusir warga negara Qatar, membekukan hubungan diplomatik, menutup satu-satunya perbatasan darat Qatar, menutup ruang angkasa mereka, dan menghentikan relasi dagang.

'Kuartet anti-teror' pimpinan putra mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, lalu merilis 13 tuntutan yang harus dipenuhi Qatar dalam 10 hari. Tuntutan itu, antara lain penutupan stasiun televisi Al Jazeera dan penghentian kerja sama dengan Iran.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang baru melawat Arab Saudi, menyambut aksi terhadap Qatar dalam serangkaian cuitan keesokan harinya. Menurutnya, aksi Arab Saudi dan kawan-kawan merupakan bukti bahwa kebijakan anti-terornya berjalan.

Halaman
123
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved