Sabtu, 4 Oktober 2025

The Wind, Desiran Angin yang Membawa Cat Stevens Menuju Yusuf Islam

Stevens kemudian secara resmi masuk agama Islam pada 23 Desember 1977. Namanya berubah menjadi Yusuf Islam pada tahun 1978.

Editor: Johnson Simanjuntak
Rolling Stone
Cat Stevens atau Yusuf Islam 

Pengembaraan dan pencarian akan kebenaran ia jalani. Ia merasa keyakinan yang selama ini ia pegang ia anggap belum mampu membasuh dahaga spiritualnya. Beberapa ajaran Timur ia pelajari dan coba mendalaminya. Demi dahaganya ini juga yang membawanya pada ajaran Timur.

"Aku mulai mengetuk pintu Budha dan falsafah Cina. Aku pun mempelajarinya. Aku mengira, kebahagiaan adalah dengan mencari berita apa yang akan terjadi di hari esok, sehingga kita bisa menghindari keburukannya. Aku berubah menjadi penganut paham Qadariyyah. Aku percaya dengan bintang-bintang, mencari berita apa yang akan terjadi. Tetapi, semua itu ternyata keliru," lanjutnya.

Stevens kemudian secara resmi masuk agama Islam pada 23 Desember 1977. Namanya berubah menjadi Yusuf Islam pada tahun 1978. Yusuf adalah lafal Arab atas nama Joseph, dia menyatakan bahwa dia "selalu mencintai nama Yusuf" dan sangat tertarik dengan kisah Nabi Yusuf di dalam Alquran.

"Saya telah menemukan rumah spiritual yang telah saya cari hampir sepanjang hidup saya. Dan jika Anda mendengarkan musik dan lirik saya, seperti 'Peace Train' dan 'On The Road To Find Out', itu jelas menunjukkan kerinduan saya untuk arahan dan jalan spiritual yang saya tempuh," ungkap Stevens dalam wawancaranya dengan majalah musik Rolling Stone.

Yusuf kemudian menikahi Fauzia Mubarak Ali pada tanggal 7 September 1979, di Masjid Regent's Park, London. Mereka memiliki satu anak laki-laki dan empat anak perempuan dan tujuh cucu. Anak keduanya meninggal saat masih bayi. Mereka tinggal di London dan menghabiskan sebagian waktunya di Dubai.

Meninggalkan kehidupan gemerlap dunia musik, Yusuf fokus membesarkan keluarganya. Ia juga mendirikan sejumlah sekolah Muslim di seluruh Inggris dan organisasi amal Small Kindness, yang fokusnya membantu para korban terdampak perang.

Bertahun-tahun banyak yang mendorongnya untuk bermusik lagi. Ia tetap bergeming. Namun perang di Afghanistan dan konflik di Irak meresahkannya. Ia merasa dunia perlu melihat setidaknya satu sosok Muslim yang benar-benar anti-kekerasan di televisi. "Terlalu banyak antagonisme (terhadap muslim) di dunia," kata Yusuf. "Terlalu banyak muslim baik yang terlupakan karena aksi ekstremisme yang ditampilkan di seluruh dunia."

Ketika kelompok ISIS menjadi ancaman bagi Amerika dan negara lain di dunia, Yusuf pun mencoba memantapkan diri untuk muncul kembali. "Mereka (ISIS) tidak ada hubungnya dengan Islam. Muslim telah menjadi subjek banyak penguasa tiran dan regim yang opresif," kata dia.

Setelah 30 tahun meninggalkan panggung besar dunia musik, pada 2006 Yusuf kembali tampil. Ia sempat menggelar konser dengan tajuk 'Guess I'll TakeMy Time' dengan membawakan lagu lagu lama dan barunya. Ia menyambangi Inggris pada tahun 2009, Australia pada tahun 2010, dan seluruh Eropa di tahun 2011.

Pada suatu wawancara dengan The Guardian di tahun 2009, Yusuf tidak menampik pertentangan batinnya kembali ke musik. Namun ia berharap, ini bisa memberikan kontribusi bagi umat yang membutuhkan. "Menjadi bagian dari masyarakat multikultur artinya Anda harus berkontribusi dengan cara yang Anda bisa," kata dia. "Jadi saya mulai berpikir, saya bisa bernyanyi. Itu yang saya kuasai. Saya bisa membuat kontribusi." (Rolling Stone/Wikipedia/The Guardian)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved