Beribadah di masjid sendiri, mengapa Ahmadiyah dituding cenderung eksklusif?
Jemaah Ahmadiyah disebut cenderung melakukan salat di masjid sendiri dan hidup berkelompok, yang kerap digunakan sebagai landasan oleh sebagian
"Kami siap menerima mereka asalkan tidak mengekslusifkan diri dan yang pasti kalau mereka sudah pindah ke Lombok Barat lagi, kami siap untuk melindungi mereka tapi dengan syarat jangan eksklusif."
"Mereka harus berbaur dengan masyarakat sama dengan pemeluk-pemeluk agama yang lain."
'Lebih najis daripada anjing'
Dalam wawancara dengan durasi sekitar 15 menit, kata 'eksklusif' yang dilekatkan pada komunitas Ahmadiyah tampak dominan. Saya lantas mendatangi lagi penampungan pengungsi Ahmadiyah di Wisma Transito, Kelurahan Majeluk, Mataram, keesokan harinya.
Di bangku emper, Syahidin, ketua kelompok pengungsi menemui saya.
"Kami yang di Lombok ini tidak eksklusif tapi dieksklusifkan," tuturnya.
Syahidin menambahkan pada awalnya mereka hidup berbaur dengan warga lain sampai terjadi sejumlah peristiwa yang menimpa orang-orang Ahmadiyah. Ia sendiri asli Lombok, suku Sasak.
"Dulu ada seorang Ahmadi di Pancor (Lombok Timur) salat bersama di masjid, orangnya diangkat dan diceburkan ke kolam. Terus tikar yang digunakan salat oleh orang Ahmadi katanya sudah tidak bisa dicuci lagi, lebih najis daripada anjing," imbuhnya.
Bagi umat Islam pada umumnya dan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ahmadiyah merupakan ajaran sesat.
Perbedaan prinsip berkenaan dengan keyakinan Ahmadiyah bahwa pendirinya, Mirza Ghulam Ahmad, merupakan nabi penerus.
Pandangan ini bertolak belakang dengan keyakinan yang sudah disepakati umat Islam pada umumnya bahwa Nabi Muhammad adalah nabi terakhir, suatu keyakinan 'sakral'.
Perbedaan seputar kenabian itu kemudian memunculkan berbagai prasangka tentang Ahmadiyah.
Saya menghubungi Catur Wahyudi, seorang sosiolog dan dosen FISIP Universitas Merdeka Malang, yang pernah melakukan penelitian tentang Ahmadiyah.
Menurutnya, wujud eksklusif yang dilakukan oleh penganut Ahmadiyah merupakan reaksi atas tindakan dari golongan Islam arus utama yang menjustifikasinya sebagai bukan golongan Islam, sesat dan menyesatkan.
"Implikasinya, mereka harus salat di masjidnya sendiri, melakukan ikatan pernikahan hanya dengan komunitasnya sendiri, serta melakukan peribadatan lainnya hanya dalam lingkup komunitasnya.