Sabtu, 4 Oktober 2025

Mengapa obat pencegah HIV sulit didapat di Indonesia?

Dengan mengkonsumsi obat PrEP rutin setiap hari, orang dengan HIV-negatif akan terlindungi dari infeksi virus HIV hingga 96%.

Lebih jauh lagi, Bondan mengungkapkan PrEP bisa menjadi jawaban atas masih rendahnya kesadaran penggunaan kondom di Indonesia.

"Tidak semua orang bisa pakai kondom. Ada beberapa orang yang mengeluhkan, kalau pakai kondom, langsung disfungsi ereksi. Kannggak mungkin memaksa mereka pakai kondom. Harus ada jalan keluar bagi mereka."

Sulit didapat di Indonesia

Dengan segala 'keefektivannya', obat PrEP ternyata 'sulit diakses di Indonesia'. Ini karena PrEP belum masuk dalam program pencegahan HIV pemerintah.

"ARV hanya tersedia untuk mereka yang positif HIV. Artinya jika (yang negatif HIV) ingin beli PrEP di dalam negeri, prosesnya tidak mudah," tutur Setia.

Jumlah kasus infeksi HIV baru terus meningkat di Indonesia.

Setia bercerita pernah mengunjungi beberapa klinik di Jakarta dan Bali yang menyediakan ARV untuk PrEP, "tetapi mereka kesulitan menjagasupply . Padahal obat PrEP harus diminum setiap hari supaya efektif."

Setelah melakukan riset, ia pun menemukan bahwa sejumlah klinik pemerintah dan swasta di Bangkok, Thailand, telah menyediakan obat PrEP. Obat yang dijual adalah versi generik dari Truvada, yaitu Teno-Em, yang juga mengandung tenofovir dan emtricitabine.

Teno-Em dibeli Setia di Bangkok dengan harga yang disebutnya masih terjangkau.

"Harganya (Teno-Em) cukup terjangkau, hanya sekitar Rp250.000, per botol untuk satu bulan. Dari studi, efektivitasnya ternyata sama dengan versi paten (Truvada)."

Alhasil, setiap tiga bulan sekali Setia harus terbang ke Bangkok untuk membeli obat PrEP, "karena maksimal saya bisa dapat untuk tiga bulan sekaligus."

Tes HIV rutin tetap perlu dilakukan meskipun telah mengkonsumsi PrEP.

Meskipun begitu dia tetap mengharapkan PrEP bisa diterapkan di Indonesia, "setidaknya harus bisa melakukan proses monitoring, karena pengguna PrEP secara informal di dalam negeri terus meningkat."

Setia menyebut dirinya ikut membantu sebanyak 24 orang lainnya untuk berkonsultasi dan mendapatkan akses PrEP di Bangkok.

"Mereka harus di-tes rutin untuk mengecek kesehatan dan status HIV-nya. Kita juga harus pastikan mereka selalu dapat obatnya, karena ada kemungkinan resistensi terhadap obat jika tidak disiplin dan monitoring tidak dilakukan," pungkas Setia.

'Kesulitan Dana'

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), jumlah kasus baru HIV cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Jika tahun 2015 ada 30.935 kasus baru, Kemenkes memprediksi akan ada 34.000 kasus infeksi HIV baru hingga akhir 2016.

"Perlu ada inovasi cara pencegahan," kata Setia.

Meskipun sudah direkomendasikan oleh WHO, Indonesia belum menerapkan PrEP dalam skema pencegahan HIV nasional, "karena belum ada uji coba".

Halaman
123
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved