Mengapa obat pencegah HIV sulit didapat di Indonesia?
Dengan mengkonsumsi obat PrEP rutin setiap hari, orang dengan HIV-negatif akan terlindungi dari infeksi virus HIV hingga 96%.
Dengan mengkonsumsi obat Pre-Exposure Prophylaxis atau PrEP, orang yang berisiko tinggi terinfeksi virus HIV, dapat tercegah dari virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh itu.
Namun, obat ini ternyata sulit didapatkan di Indonesia.
Salah satu pengguna obat PrEP adalah Setia Perdana. Pemuda ini sudah satu setengah tahun mengkonsumsinya.

Setia mengaku tidak merasakan efek samping selama mengkonsumsi obat PrEP.
"Saya ingin punya kehidupan seks yang positif, artinya yang bebas dari tekanan dan kekhawatiran. Dan tak bisa dipungkiri, bagi sebagian orang kehidupan seks itu dinamis, artinya tidak monoton dengan satu orang, misalkan," ungkap Setia yang juga merupakan aktivis PrEP.
Dengan kondisi itu, Setia pun menggunakan obat PrEP sebagai bagian dari 'perlindungan multi-lapis' "agar terlepas dari rasa kekhawatiran berlebihan dari infeksi HIV".

Di Amerika Serikat, PrEP mulai diterapkan sebagai upaya pencegahan HIV sejak Juli 2012.
PrEP adalah metode yang bisa dibilang baru dalam pencegahan penularan virus HIV bagi orang yang berstatus HIV negatif.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat Pertama kali mengesahkan obat PrEP sebagai bagian dari strategi pencegahan HIV pada pertengahan Juli 2012.
- Thailand berhasil hilangkan transmisi HIV ibu-anak
- Larangan donor darah gay dan pria biseksual dicabut
Pada Juli 2014, Badan Kesehatan Dunia (WHO) "sangat merekomendasikan" metode ini. Pasalnya PrEP diklaim "efektif mencegah penularan virus HIV hingga 96% jika dikonsumsi setiap hari."
Lalu apa sebenarnya PrEP?
Rendahnya penggunaan kondom
Stanislaus Bondan Widjajanto yang merupakan dokter di bidang kesehatan reproduksi, HIV dan penyakit menular seksual dari Klinik Angsamerah di Jakarta Selatan mengungkapkan obat PrEP itu sebenarnya adalah obat antiretroviral (ARV).

Dr. Bondan mengungkapkan obat PrEP efektif mencegah HIV setelah 20 hari pemakaian.
ARV sebelumnya hanya digunakan pada pasien yang sudah positif terinfeksi virus HIV, untuk menekan perkembangan virus.
"Yang diberikan untuk PrEP itu adalah (ARV merk) Truvada. Kandungannya ada dua; tenofovir dan emtricitabine," kata dokter yang akrab disapa Bondan itu.
Bondan bercerita, ketika HIV masuk ke tubuh, virus tersebut "membutuhkan enzim". Tenofovir dan emtricitabine bekerja "menghambat produksi enzim itu sehingga virus tidak dapat menjalani proses pembelahan diri."

ARV Truvada digunakan sebagai obat PrEP karena mengandung tenofovir dan emtricitabine.
Meskipun begitu, metode ini hanya direkomendasikan bagi mereka yang berisiko tinggi terinfeksi HIV, misalnya pekerja seks komersial, 'pengguna jarum suntik', heteroseksual atau homoseksual yang bergonta-ganti pasangan, dan pasanganserodiscordant atau yang salah satunya positif HIV.