Paus Benediktus XVI Mundur
Profil Paus Benediktus XVI
Paus Benediktus XVI terpilih sebagai pemimpin umat Katholik sedunia pada bulan April 2005, setelah meninggalnya Paus Yohanes Paulus II.
Dia memiliki reputasi sebagai penganut teologi konservatif, yang berpendirian keras terhadap homoseksualitas, pengangkatan pendeta wanita dan kontrasepsi.
Dia mendukung penegakan hak asasi manusia, perlindungan lingkungan alam dan perlawanan terhadap kemiskinan dan ketidakadilan.
Tema utama kepausannya adalah pembelaan terhadap nilai-nilai dasar Kristiani dalam menghadapi apa yang dipandangnya sebagai kemerosotan moral di sebagian besar kawasan Eropa.
Oleh mereka yang mengenalnya, Paus Benediktus digambarkan sebagai orang yang lemah lembut dan bermoral kuat. Bahkan ada seorang kardinal yang menyebutnya 'pemalu tetapi keras kepala.'
Dosa di dalam
Masa kepemimpinan Paus Benediktus XVI diwarnai dengan badai yang menghantam Gereja Katolik. Berbagai tuduhan, kasus hukum dan laporan tentang pencabulan anak mencapai puncaknya pada tahun 2009 dan 2010.
Sementara beberapa tokoh senior di Vatican pada awalnya menanggapi dengan menyerang media atau menuduh adanya persekongkolan anti-Katolik, Paus Benediktus berkeras bahwa Gereja menerima tanggungjawabnya, seraya merujuk apa yang disebutnya 'dosa di dalam Gereja.'
Tak lama sebelum terpilih sebagai Paus pada tahun 2005, dia pernah mengeluh, "Betapa banyaknya kekotoran di Gereja, dan bahkan di kalangan mereka....yang menjadi pendeta."
Dia telah bertemu dengan para korban dan meminta maaf kepada mereka, dan menegaskan bahwa para uskup harus melaporkan bila terjadi pelecehan. Dia juga memperkenalkan aturan baru yang mempercepat pemecatan para pendeta yang diketahui melakukan pelecehan.
Lemah administrasi
Kardinal Cormac Murphy O'Connor, mantan kepala Gereja Anglikan di England dan Wales, menyebut Paus Benediktus sangat sopan dan memiliki banyak bakat, tetapi tidak dalam urusan administrasi.
Suatu kejadian memalukan berkaitan dengan pembocoran dolumen dari kantornya belum lama ini mengungkap korupsi dan mismanagemen di dalam Vatican. Peristiwa ini telah membuat salah satu pembantu dekatnya dihukum. Peristiwa ini menimbulkan kesan bahwa suatu pertarungan kekuatan terjadi di kepausan.
Cara Paus dalam menangani skandal pencabulan anak-anak di lingkungan gereja juga telah mendapat kecaman pedas dari kalangan pers sekuler.
Namun para pendukungnya berpendapat bahwa Benediktus XVI juga berusaha menjalin hubungan antar-kepercayaan. Dia berkunjung ke Masjid Agung di Istanbul, dia berkunjung ke Kubah Batu di Jerusalem dan berdoa bagi kedamaian di Tembok Ratapan.
Paus Benediktus yakin bahwa kekuatan Gereja Katolik datang dari kebenaran absolut yang tidak tergoyahkan oleh angin.
Pendekatan ini mengecewakan bagi mereka yang menginginkan agar Gereja mengalami modernisasi. Sebagian orang putus asa terhadap kekerasan pendirian Paus soal keharusan berselibat bagi pemimpin Katolik dan pendiriannya soal kondom.