Perdagangan RI–Australia Melonjak, Nurdin Halid Optimis Defisit Perdagangan Bisa Berbalik Surplus
Nurdin Halid optimistis bahwa defisit perdagangan Indonesia dengan Australia bisa segera berubah menjadi surplus.
Editor:
Content Writer
“Keunggulan komparatif produk Nusantara harus digarap secara masif dan serius. Salah satu strateginya dengan diversifikasi produk ekspor non-migas seperti makanan dan minuman, produk pertanian, perkebunan, kerajinan tangan, tekstil, produk berbasis rotan, serta produk dekorasi rumah,” ujar Nurdin Halid.
Kedua, secara geografis, letak Indonesia sebagai tetangga yang relatif lebih dekat ketimbang negara-negara pesaing dari Asia maupun negara-negara dari kawasan Eropa, Afrika, serta Amerika Selatan dan Utara.
“Faktor kedekatan letak ini juga harus bisa dimanfaatkan karena komoditi kita bisa menjadi lebih efisien dari sisi biaya logistik dan distribusi,” kata Nurdin.
Ketiga, Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA) telah membuka akses pasar yang lebih luas untuk produk Indonesia, mengurangi atau menghilangkan tarif, dan mendorong investasi.
“IA-CEPA membuat harga lebih murah, peluang lebih banyak, proses bisnis lebih efisien. Ini juga berarti lebih banyak lapangan kerja dan investasi. Sejak pemberlakuan Perjanjian IA-CEPA tahun 2019, total perdagangan Indonesia-Australia melonjak 100 persen dari sekitar Rp185 triliun pada 2019 menjadi Rp382 triliun pada tahun 2024. Manfaat perjanjian ini harus dioptimalkan,” ujar Nurdin.
Baca juga: Nurdin Halid Dorong MPR Jadi Wasit Kedaulatan Lewat Sidang MPR Sesuai UUD 1945 Asli
Keempat, kekuatan diaspora Indonesia di Australia yang berjumlah sekitar 135 ribu merupakan populasi WNI terbesar di luar negeri. Jumlah diaspora yang besar itu, kata Nurdin, akan sangat efektif untuk penetrasi pasar Australia.
“Komunitas dan diaspora Indonesia di Australia dapat berperan sebagai konsumen sekaligus agen promosi alami untuk produk-produk Indonesia,” terang Nurdin.
Kelima, potensi sekitar 62 juta pelaku UMKM yang mampu memproduksi beragam komoditi ekspor. Produktivitas UMKM bisa lebih terpacu dengan kehadiran Koperasi Desa-Kelurahan Merah Putih dan BPI Danantara sebagai strategi pemerintahan Prabowo–Gibran untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen yang berujung pada kesejahteraan rakyat.
“Puluhan juta UMKM kita yang tersebar di seluruh Nusantara berpotensi besar menghasilkan beragam komoditi ekspor berbasis sumber daya alam dan kerajinan lokal. Apalagi sudah ada Kopdeskel Merah Putih sebagai konsolidator. Produk UMKM kita yang khas pasti kompetitif karena tidak diproduksi negara lain. Selain itu, kehadiran BPI Danantara yang mengkonsolidasikan sekitar 1.000 BUMN dan anak hingga cucu-cicitnya merupakan kekuatan besar,” ungkap Nurdin.
Mitra Utama Kawasan Indo-Pasifik
Keenam, kesadaran dan komitmen kuat hubungan bilateral Australia-Indonesia sebagai dua negara besar bertetangga. Di mata Australia, posisi peran Indonesia sebagai negara tetangga terbesar di bagian Utara sangat penting dari aspek geo-strategi maupun geo-ekonomi.
Dari aspek geo-ekonomi, Australia berkepentingan dalam hal kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Sebab, Indonesia yang maju dan masyarakatnya yang sejahtera akan ikut mendongkrak investasi maupun ekspor mereka ke Indonesia. Perjanjian IA-CEPA adalah wujud nyata dari kesadaran dan komitmen kedua negara untuk berkembang dan maju bersama.
“Selama 5 tahun ini, IA-CEPA mendorong pertumbuhan perdagangan dan investasi yang menciptakan peluang besar bagi kemakmuran dan ketahanan ekonomi bersama Indonesia dan Australia. Hal ini memperkuat posisi kedua negara sebagai mitra utama di kawasan Indo-Pasifik,” ujar Dubes Australia untuk Indonesia, Rod Brazer, dalam perayaan 5 tahun IA-CEPA di Jakarta, Kamis (3/7/2025).
Sejalan dengan pernyataan Brazer, Nurdin Halid menyampaikan harapannya agar pemerintah dapat mengoptimalkan pemanfaatan IA-CEPA di tengah dinamika geopolitik dan ketidakpastian perdagangan global. Menurutnya, IA-CEPA menjadi jaminan kepastian bagi pelaku usaha Indonesia, mulai dari swasta besar dan BUMN hingga UMKM dan koperasi.
“Australia sudah bisa memanfaatkan itu dengan baik. Selain mencatat surplus dalam hal ekspor, realisasi investasi Australia di Indonesia tahun 2024 mencapai Rp11,09 triliun, tumbuh 37 persen dari tahun sebelumnya. Jadi, ini tantangan sekaligus peluang bagi kita untuk lebih agresif agar neraca perdagangan bisa surplus, minimal lebih seimbang,” pungkas Nurdin. (*)
Baca juga: Nurdin Halid Dukung Koperasi Merah Putih Jadi Pilar Ekonomi Pancasila dan Keadilan Sosial
Jadi Mahasiswa Termuda saat Kuliah di Australia, Devon Kei Enzo Merasa seperti Pulang Kampung |
![]() |
---|
Divhubinter Polri Ajukan Red Notice Jurist Tan ke Kantor Pusat Interpol di Lyon |
![]() |
---|
TB Hasanuddin Soroti Kasus 2 Warga Australia yang Didakwa Pasok Senjata ke TPNPB-OPM |
![]() |
---|
98 Siswa SMP Al Hikmah Surabaya Ikuti Sit In Class di Melbourne |
![]() |
---|
Anggap Kanada dan Australia Melakukan Provokasi di Selat Taiwan, China Kerahkan Jet Tempur |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.