Senin, 6 Oktober 2025

Muncul Narasi Ajakan Gagal Bayar di Medsos, IARFC Sebut Media Berperan Edukasi Masyarakat

Maraknya konten di media sosial yang menormalisasi bahkan mendorong masyarakat untuk melakukan gagal bayar

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Wahyu Aji
istimewa
GAGAL BAYAR - Forum diskusi bertajuk "Generasi Anti Galbay: Finansial Sehat, Masa Depan Hebat" yang digelar IARFC di Jakarta. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Maraknya konten di media sosial yang menormalisasi bahkan mendorong masyarakat untuk melakukan gagal bayar (galbay) pada layanan pinjaman online kian mengkhawatirkan. 

Ajakan galbay yang dikemas seolah sebagai solusi justru berpotensi menjerumuskan individu pada masalah hukum dan finansial yang lebih berat.

Fenomena tersebut menjadi sorotan International Association of Registered Financial Consultants (IARFC) Indonesia dalam forum diskusi bersama media bertajuk "Generasi Anti Galbay: Finansial Sehat, Masa Depan Hebat" di Jakarta.

International Association of Registered Financial Consultants (IARFC) adalah asosiasi perencana keuangan yang berdiri sejak tahun 1984 di Amerika Serikat.

IARFC hadir di Indonesia sejak tahun 2003, atau lebih dari 20 tahun yang lalu memulai langkah penyebarluasan ilmu, kompetensi, sertifikasi di bidang perencana keuangan serta menjadi wadah para perencana keuangan.

Executive Vice President IARFC Indonesia, Bareyn Mochaddin, menegaskan bahwa kesenjangan antara literasi dan inklusi keuangan membuat masyarakat lebih rentan terhadap narasi menyesatkan. 

"Akses keuangan memang makin luas, tapi pemahaman masyarakat dalam mengelola keuangan masih tertinggal. Itu sebabnya edukasi sangat penting, dan media punya peran strategis untuk meluruskan informasi yang menyesatkan," ujar Bareyn. 

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Badan Pusat Statistik menunjukkan indeks literasi keuangan Indonesia pada 2025 berada di angka 66,46 persen.

Sementara inklusi keuangan sudah mencapai 80,51%. 

Kesenjangan ini, menurut Bareyn, membuka celah bagi munculnya konten galbay yang cepat menyebar di media sosial.

Perencana Keuangan Senior sekaligus Pendiri IARFC Indonesia, Aidil Akbar Madjid, menilai narasi ajakan galbay berbahaya karena memengaruhi persepsi publik seakan-akan tidak ada risiko. 

"Padahal mereka yang galbay bisa menghadapi tuntutan hukum, catatan kredit buruk, hingga dampak psikologis dan sosial. Jadi galbay bukan jalan keluar, justru sumber masalah baru," katanya. 

Aidil juga mengingatkan masyarakat agar kritis terhadap setiap informasi keuangan di media sosial

"Kalau isinya mendorong galbay, itu jelas menyesatkan. Prinsip sederhana yang bisa dipegang, yakni cek apakah sesuai dengan kaidah keuangan sehat, logis, dan bersumber resmi,” katanya.

CEO PT Cloudun Technology Indonesia, Aggi Nauval Guntur Surapati, turut menekankan pentingnya menjaga skor kredit sebagai representasi reputasi finansial seseorang. 

Baca juga: Siap-siap Bakal Susah Dapat Kerja dan Kredit Rumah Jika Ikut Gerakan Gagal Bayar Pinjol

"Skor kredit yang baik akan menentukan akses ke pembiayaan rumah, kendaraan, modal usaha, bahkan kartu kredit di masa depan. Jika rusak karena galbay, kesempatan itu akan tertutup,” jelasnya.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved