Sabtu, 4 Oktober 2025

PMI Manufaktur Kembali Ekspansif, Menperin: Industri Butuh Ekosistem yang Kondusif 

Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Agustus 2025 tumbuh ke level 51,5 poin, naik dari 49,2 poin pada bulan sebelumnya.

Penulis: Lita Febriani
Editor: Choirul Arifin
Istimewa
GELIAT SEKTOR MANUFAKTUR - Kawasan Industri Wijayakusuma di Cilacap, Jawa Tengah. Sektor manufaktur memiliki ekosistem yang luas dan sensitif, mulai dari rantai pasok bahan baku, tenaga kerja, investasi, logistik hingga energi. Karena itu, seluruh mata rantai harus dijaga agar industri tetap tumbuh. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sektor industri pengolahan nonmigas Indonesia kembali menunjukkan sinyal pemulihan setelah Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Agustus 2025 tumbuh ke level 51,5 poin, naik dari 49,2 poin pada bulan sebelumnya.

Capaian ini menandai kembalinya sektor manufaktur ke fase ekspansif setelah lima bulan berturut-turut berada di zona kontraksi.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, lonjakan PMI tersebut mencerminkan semakin tingginya kepercayaan pelaku industri terhadap kondisi usaha di tanah air.

"Kami menyambut baik laporan PMI manufaktur bulan Agustus ini yang menunjukkan adanya pemulihan kinerja manufaktur nasional. Peningkatan ini didorong oleh bertambahnya pesanan baru, baik itu dari pasar domestik maupun ekspor, serta juga meningkatnya aktivitas pada produksi," kata Agus dalam keterangannya di Jakarta, Senin (1/9/2025).

Data menunjukkan, pesanan baru (new orders) naik signifikan dari 48,3 pada Juli menjadi 52,3 pada Agustus.

Pesanan ekspor baru juga meningkat ke level 51,2, menandakan adanya permintaan lebih tinggi dari pasar global. Aktivitas produksi (output) turut terdongkrak dari 49,0 menjadi 52,6.

Kenaikan aktivitas tersebut membuat perusahaan kembali menambah tenaga kerja, dengan indeks employment naik ke 50,4.

Aktivitas pembelian bahan baku juga meningkat, tercermin dari quantity of purchases yang naik ke 51,6 dan stok bahan baku (stocks of purchases) yang mencapai 51,1.

Perbaikan turut terlihat pada waktu pengiriman pemasok (suppliers delivery times) yang stabil di level 50,0. Kombinasi indikator-indikator tersebut yang mengangkat PMI manufaktur Indonesia kembali ke jalur ekspansif.

Meski demikian, Menperin menekankan bahwa keberlanjutan tren positif industri sangat bergantung pada stabilitas nasional.

"Industri butuh kondisi yang kondusif dalam menjalankan operasionalnya. Situasi yang mengarah ke destabilisasi, makar, atau kerusuhan dikhawatirkan akan menurunkan kembali tingkat optimisme para pelaku industri," ucapnya.

Baca juga: Pertumbuhan Manufaktur Bisa Lebih Tinggi, tapi Diperlukan Kebijakan Pro Industri

Menurut Agus, sektor manufaktur memiliki ekosistem yang luas dan sensitif, mulai dari rantai pasok bahan baku, tenaga kerja, investasi, logistik hingga energi. Karena itu, seluruh mata rantai harus dijaga agar industri tetap tumbuh.

Capaian PMI manufaktur Indonesia pada Agustus 2025 tercatat lebih tinggi dibandingkan sejumlah negara lain, seperti Prancis (49,9), Jerman (49,9), Jepang (49,9), Korea Selatan (48,3), Taiwan (47,4), Inggris (47,3), serta sedikit di atas China (50,5).

Menperin menyatakan, capaian ini menjadi sinyal ketangguhan sektor industri nasional yang tetap mampu menjadi motor penggerak ekonomi.

"Kementerian Perindustrian berkomitmen untuk mewujudkan arahan Bapak Presiden Prabowo, bahwa Indonesia akan tumbuh menjadi negara industri yang kuat dan tidak kalah dengan negara lain," ujarnya.

Baca juga: Indeks Manufaktur Indonesia Mulai Ekspansi di Agustus Setelah 5 Bulan Kontraksi

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved