Kerja Tak Lagi Sekadar Gaji, Budaya Inklusif Dorong Kebahagiaan Karyawan
Karyawan yang merasa dihargai dan aman cenderung lebih produktif. Budaya kerja inklusif jadi fondasi penting di era teknologi.
Penulis:
Glery Lazuardi
Editor:
Acos Abdul Qodir
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Di tengah pesatnya perubahan dunia teknologi, perhatian terhadap kesejahteraan karyawan semakin meningkat. Kini, bekerja bukan hanya soal gaji atau fasilitas, tetapi juga tentang rasa dihargai, aman, dan memiliki ruang untuk berkembang.
Budaya kerja inklusif menjadi salah satu kunci penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat. Inklusivitas mencakup keberagaman latar belakang, rasa memiliki, keadilan, dan partisipasi aktif. Ketika karyawan merasa identitas mereka dihormati dan pendapat mereka didengar, kepuasan dan loyalitas pun meningkat. Hal ini berdampak langsung pada produktivitas dan inovasi.
Berbagai studi mendukung hal ini. Laporan dari lembaga Great Place To Work®️ menunjukkan bahwa karyawan di perusahaan bersertifikasi cenderung lebih bahagia dan merasa didukung oleh pemimpin mereka. Sementara itu, riset McKinsey & Company pada tahun 2020 mengungkap bahwa perusahaan dengan tingkat inklusi tinggi memiliki peluang lebih besar untuk meraih keuntungan di atas rata-rata industri.
Artikel dari Harvard Business Review juga mencatat bahwa tim inklusif mampu membuat keputusan lebih cepat dan efektif, berkat beragam sudut pandang yang terlibat. Inklusivitas turut mendorong kreativitas dan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan.
Baca juga: Danantara akan Wajibkan Hotel Milik BUMN Pasok Alat Mandi dan Alas Kaki dari UMKM
Di Indonesia, sejumlah perusahaan teknologi mulai menerapkan prinsip inklusif dalam kebijakan internal mereka. Beberapa di antaranya telah menerima pengakuan sebagai tempat kerja yang baik berdasarkan survei karyawan yang menilai aspek kepercayaan, rasa aman, dan keterlibatan.
Penerapan budaya kerja inklusif bukanlah tujuan akhir, melainkan bagian dari proses berkelanjutan. Ketika semua orang merasa bebas menjadi diri sendiri dan berkontribusi, lingkungan kerja menjadi lebih sehat dan bermakna.
“Budaya kerja yang sehat dan inklusif hanya bisa tercipta jika setiap orang diberi ruang untuk menjadi diri sendiri dan berkontribusi,” ujar Leny Ng, President Director Acer Indonesia, merespons raihan sertifikasi Great Place To Work® atas komitmen perusahaan membangun budaya kerja positif, dikutip Sabtu (23/8/2025).
Dengan semakin banyaknya perusahaan yang mengadopsi prinsip inklusif, ekosistem kerja di Indonesia berpotensi tumbuh secara berkelanjutan dan penuh empati. Di masa depan, bekerja bukan hanya soal mencari nafkah, tetapi juga tentang menemukan makna dan kebahagiaan dalam keseharian.
Menaker Dorong LKS Tripnas Perkuat Kolaborasi untuk Tingkatkan Daya Saing dan Produktivitas Nasional |
![]() |
---|
Riset dan Produktivitas Pemuda Kunci Indonesia Keluar dari Middle Income Trap |
![]() |
---|
Menaker Yassierli Soroti Soal Sejumlah Tantangan Ketenagakerjaan yang Tengah Dihadapi RI |
![]() |
---|
Perkuat Transformasi Budaya Kerja, Danantara Apresiasi Peluncuran BRILiaN Way |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.