Senin, 29 September 2025

Obesitas Picu Brain Fog dan Cuti Sakit, Dunia Kerja Terancam Krisis Tenaga Produktif

Ia juga menekankan bahwa pendekatan yang hanya berfokus pada diet ekstrem tanpa memperhatikan kondisi mental justru berisiko memunculkan efek yoyo dan

Penulis: willy Widianto
net
OBESITAS - Ilustrasi obestias. Obesitas kini menjadi salah satu penyebab utama turunnya produktivitas di tempat kerja.  

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kondisi obesitas di kalangan pekerja Indonesia kian mengkhawatirkan. Selain membahayakan kesehatan, obesitas kini terbukti menjadi salah satu penyebab utama turunnya produktivitas di tempat kerja. Para ahli menekankan pentingnya intervensi menyeluruh dari perusahaan demi menjaga daya saing tenaga kerja nasional.

Obesitas bukan lagi isu individu, tapi sudah menjadi beban kolektif di dunia kerja. Data Riskesdas Kementerian Kesehatan RI menunjukkan prevalensi obesitas dewasa di Indonesia melonjak dari 21,8 persen pada 2018 menjadi 28,7% pada 2023. Kenaikan ini terjadi hampir di seluruh kelompok usia produktif, khususnya pada rentang usia 25 hingga 44 tahun, yang merupakan tulang punggung dunia kerja.

Tren ini sejalan dengan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyebutkan bahwa obesitas telah meningkat tiga kali lipat secara global sejak 1975 dan kini menjadi salah satu penyebab utama hilangnya produktivitas di berbagai sektor ekonomi.

Kondisi ini membawa dampak langsung ke lingkungan kerja. Selain risiko medis seperti sindrom metabolik, hipertensi, diabetes tipe 2, dan penurunan kadar kolesterol baik (HDL), obesitas juga berdampak pada kognisi.

Banyak penderita obesitas mengalami gangguan fokus dan brain fog—kondisi di mana otak terasa lambat dan kabur—yang pada akhirnya mengganggu pengambilan keputusan serta efisiensi kerja. Penurunan produktivitas bukan lagi ancaman laten, tetapi kenyataan yang dirasakan oleh banyak perusahaan.

“Obesitas sering kali tidak disadari sebagai penyebab utama kelelahan kronis di kantor. Padahal, ini bisa dicegah,” ujar Chief Marketing Officer LIGHT Group, Anna Yesito Wibowo, Jumat (2/7/2025).

Baca juga: Kemenkes Prediksi Ada 564.000 ODHIV di Indonesia pada Tahun 2025, Mayoritas di Populasi LSL dan PSK

Menurutnya, kelelahan berkepanjangan, motivasi rendah, hingga tingginya angka cuti sakit berkaitan erat dengan tingginya indeks massa tubuh (IMT) karyawan.

Penyebab obesitas di kalangan pekerja tidak hanya berkaitan dengan pola makan, tetapi juga gaya hidup sedentari dan tekanan pekerjaan.

Studi Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dirilis BPS menunjukkan bahwa rata-rata jam kerja karyawan Indonesia mencapai 46–48 jam per minggu. Jam kerja yang panjang, minimnya aktivitas fisik, serta mudahnya akses terhadap makanan tinggi kalori, gula, dan lemak di lingkungan kantor memperparah potensi obesitas.

Para pakar menilai perusahaan harus mengambil peran aktif dalam menangani isu ini. Beberapa langkah strategis yang disarankan antara lain: pemeriksaan kesehatan berkala untuk deteksi dini risiko obesitas; edukasi gizi yang berkelanjutan melalui pelatihan atau seminar; dan program pendampingan penurunan berat badan yang dikombinasikan dengan dukungan psikologis. LIGHTcoach Corporate Wellness, yang digunakan sejak 2014 oleh sejumlah korporasi di Indonesia, disebut mampu menurunkan berat badan karyawan hingga 3,5 kali lebih cepat dalam 90 hari dibanding metode diet biasa. 

“Banyak pekerja yang tidak sadar bahwa stres dan faktor genetik memperburuk obesitas. Jika tidak ditangani, risiko seperti diabetes tipe 2 dan penyakit jantung bisa meningkat,” tambah Anna.

Ia juga menekankan bahwa pendekatan yang hanya berfokus pada diet ekstrem tanpa memperhatikan kondisi mental justru berisiko memunculkan efek yoyo dan burnout.

Baca juga: Hamil Saat Alami Obesitas Termasuk Kondisi Berisiko Tinggi, Ini yang Harus Dilakukan Kaum Hawa

Dampak ekonomi dari obesitas juga signifikan. Berdasarkan data dari World Obesity Federation dan WHO, obesitas diperkirakan menyebabkan kerugian produktivitas global sebesar USD 990 miliar pada 2019, dan angkanya diproyeksi meningkat dua kali lipat pada 2030 jika tak ada intervensi.

Di Indonesia, beban ekonomi akibat penyakit tidak menular (termasuk yang dipicu obesitas) juga menyerap sekitar 70% pembiayaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), menurut data BPJS Kesehatan 2023.

Lebih dari sekadar angka timbangan, isu obesitas menyangkut keberlanjutan tenaga kerja nasional. Tanpa perhatian serius dari perusahaan, terutama dalam membangun lingkungan kerja yang mendukung gaya hidup sehat, penurunan produktivitas akibat masalah kesehatan bisa menjadi bom waktu.

Di tengah kompetisi global yang makin ketat dan otomatisasi yang berkembang pesat, tenaga kerja yang sehat menjadi aset utama.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan