Senin, 29 September 2025

Pertumbuhan Ekonomi

Pemerintah Sulit Capai Pertumbuhan Ekonomi 5,4 Persen di 2026, Ini Alasannya Menurut Ekonom

Target 5,4 persen masih lebih rendah dari target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) sebesar 6,3 persen.

TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
PERTUMBUHAN EKONOMI - Suasana pemukiman dengan latar belakang gedung bertingkat di Jakarta. Target pertumbuhan ekonomi RI sebesar 5,4 persen masih lebih rendah dari target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) sebesar 6,3 persen. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah Indonesia diperkirakan akan kesulitan mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen pada 2026.

Target tersebut sebelumnya disampaikan Presiden Prabowo Subianto dalam pidato penyampaian RUU APBN 2026 dan Nota Keuangan di hadapan DPR RI di Senayan, Jakarta, Jumat (15/8/2025).

Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri menyebutkan bahwa pada 2026 perekonomian dunia diperkirakan akan melemah.

Baca juga: Butuh Dukungan Strategis untuk Realisasikan Pertumbuhan Ekonomi 5,4 Persen di 2026

CSIS adalah sebuah lembaga pemikir (think tank) independen yang berfokus pada penelitian kebijakan dan analisis strategis di bidang ekonomi, politik, dan keamanan, baik domestik maupun internasional. 

Dari data International Monetary Fund (IMF) saja, Yose menyebut proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada Januari 2025 sempat diperkirakan 3,3 persen, tetapi pada Juli turun menjadi 3,1 persen.

Perekonomian global yang melemah ini pun berdampak pada penurunan harga dan permintaan sejumlah komoditas ekspor unggulan Indonesia seperti minyak kelapa sawit, batu bara, nikel, dan gas alam.

Ia mengungkap harga rata-rata berbagai komoditas utama Indonesia sudah turun cukup tajam dibanding dua hingga tiga tahun lalu.

"Ini akan terus berlangsung pelemahan ini dan di samping pelemahan harga kita juga melihat adanya pelemahan permintaan terhadap komoditas ekspor Indonesia tersebut," katanya dalam acara media briefing di Jakarta Pusat, Senin (18/8/2025).

Yose mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dan harga komoditas memiliki hubungan yang sangat berkaitan.

Dia bilang, kalau harga komoditas naik, pertumbuhan ekonomi akan naik. Sebaliknya, kalau harga turun, pertumbuhan ekonomi juga melambat.

"Jadi akan sangat sulit kita mencapai target 5,4 persen atau asumsi 5,4 persen yang disebutkan," ujar Yose.

Sementara itu, Peneliti Senior Departemen Ekonomi CSIS Deni Friawan target pertumbuhan ekonomi yang dipasang Pemerintah RI sebenarnya cukup konservatif.

Target 5,4 persen masih lebih rendah dari target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) sebesar 6,3 persen maupun target Prabowo sebesar 8 persen.

"Namun demikian, walaupun konservatif, kami memandang itu masih tidak realistis di tengah kondisi ketidakpastian ekonomi global yang tinggi," kata Deni. 

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan