Senin, 29 September 2025

Ke Mana Larinya Hasil Produksi Gas Bumi RI Selama Januari-Juni 2025? Ini Jawaban Bahlil

Hilirisasi bisa menciptakan nilai tambah untuk dalam negeri, menghemat devisa Indonesia, dan neraca perdagangan RI terjaga.

Diaz/Tribunnews
MINYAK DAN GAS BUMI - Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dalam konferensi pers Capaian Kinerja Semester I Tahun 2025 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Senin (11/8/2025). Ia mengungkap produksi minyak bumi Indonesia melampaui target yang dipasang di APBN untuk pertama kalinya sejak 2008. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengungkap bahwa total penyaluran gas bumi selama Januari-Juni 2025 atau pada semester I tahun ini sebesar 5.598 miliar unit termal Inggris per hari (Billion British Thermal Unit Per Day/BBTUD).

Hasil produksi gas RI mayoritas digunakan untuk kebutuhan dalam negeri, yakni sebesar 69 persen. Sisanya sebesar 31 persen diekspor.

"(Produksi gas dimanfaatkan untuk kebutuhan) domestik sebesar 69 persen," katanya dalam konferensi pers Capaian Kinerja Semester I Tahun 2025 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Senin (11/8/2025).

Baca juga: Pertamina Drilling Optimalkan Flare Gas Jadi Bahan Bakar Rig, Dorong Investasi Hijau Migas

69 persen itu sama dengan 3.877 BBTUD dengan 2.110 BBTUD dari itu digunakan sebagai kebutuhan hilirisasi seperti untuk kebutuhan industri dan pupuk.

Menurut Bahlil, hilirisasi bisa menciptakan nilai tambah untuk dalam negeri, menghemat devisa Indonesia, dan neraca perdagangan RI pun terjaga.

"Kemudian bisa menjaga pertumbuhan ekonomi di daerah pabrik itu dibangun," ujarnya.

Kemudian, 1.767 BBTUD digunakan untuk kebutuhan domestik lain seperti Bahan Bakar Gas (BBG), jaringan gas (jargas), peningkatan produksi migas, ketenagalistrikan, LNG, dan LPG.

Sementara itu, 31 persen hasil produksi gas bumi Indonesia pada semester I-2025 itu diekspor dan ini sama dengan 1.721 BBTUD.

Menurut Bahlil, pemerintah menahan ekspor karena ingin menjaga neraca komoditas.

Lalu, kata Bahlil, perintah dari Presiden Prabowo Subianto adalah memanfaatkan semaksimal mungkin seluruh produk dalam negeri untuk kebutuhan nasional. Kalau misalnya lebih, baru diekspor.

Meski demikian, ia menyatakan bahwa pemerintah masih akan tetap menghargai kontrak yang ada antara Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dan pihak luar negeri.

"Kontrak-kontrak yang sudah dilakukan sebelum proses produksi berjalan, kita harus hargai. Karena kalau tidak, itu juga akan tidak menguntungkan persepsi global terhadap negara kita. Sampai dengan sekarang, kita masih gas rem (keputusan ekspor)," ujar Bahlil.

Ketua Umum Partai Golkar itu juga menyebut bahwa hingga saat ini Indonesia belum pernah mengimpor gas bumi.

"Jadi kita masih mampu mengelola antara komitmen kita dengan luar negeri dengan konsumsi dalam negeri," ucap Bahlil.

Adapun selama semester I 2025, produksi gas bumi Indonesia konsisten di atas target APBN 2025.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan