Ke Mana Larinya Hasil Produksi Gas Bumi RI Selama Januari-Juni 2025? Ini Jawaban Bahlil
Hilirisasi bisa menciptakan nilai tambah untuk dalam negeri, menghemat devisa Indonesia, dan neraca perdagangan RI terjaga.
Penulis:
Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor:
Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengungkap bahwa total penyaluran gas bumi selama Januari-Juni 2025 atau pada semester I tahun ini sebesar 5.598 miliar unit termal Inggris per hari (Billion British Thermal Unit Per Day/BBTUD).
Hasil produksi gas RI mayoritas digunakan untuk kebutuhan dalam negeri, yakni sebesar 69 persen. Sisanya sebesar 31 persen diekspor.
"(Produksi gas dimanfaatkan untuk kebutuhan) domestik sebesar 69 persen," katanya dalam konferensi pers Capaian Kinerja Semester I Tahun 2025 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Senin (11/8/2025).
Baca juga: Pertamina Drilling Optimalkan Flare Gas Jadi Bahan Bakar Rig, Dorong Investasi Hijau Migas
69 persen itu sama dengan 3.877 BBTUD dengan 2.110 BBTUD dari itu digunakan sebagai kebutuhan hilirisasi seperti untuk kebutuhan industri dan pupuk.
Menurut Bahlil, hilirisasi bisa menciptakan nilai tambah untuk dalam negeri, menghemat devisa Indonesia, dan neraca perdagangan RI pun terjaga.
"Kemudian bisa menjaga pertumbuhan ekonomi di daerah pabrik itu dibangun," ujarnya.
Kemudian, 1.767 BBTUD digunakan untuk kebutuhan domestik lain seperti Bahan Bakar Gas (BBG), jaringan gas (jargas), peningkatan produksi migas, ketenagalistrikan, LNG, dan LPG.
Sementara itu, 31 persen hasil produksi gas bumi Indonesia pada semester I-2025 itu diekspor dan ini sama dengan 1.721 BBTUD.
Menurut Bahlil, pemerintah menahan ekspor karena ingin menjaga neraca komoditas.
Lalu, kata Bahlil, perintah dari Presiden Prabowo Subianto adalah memanfaatkan semaksimal mungkin seluruh produk dalam negeri untuk kebutuhan nasional. Kalau misalnya lebih, baru diekspor.
Meski demikian, ia menyatakan bahwa pemerintah masih akan tetap menghargai kontrak yang ada antara Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dan pihak luar negeri.
"Kontrak-kontrak yang sudah dilakukan sebelum proses produksi berjalan, kita harus hargai. Karena kalau tidak, itu juga akan tidak menguntungkan persepsi global terhadap negara kita. Sampai dengan sekarang, kita masih gas rem (keputusan ekspor)," ujar Bahlil.
Ketua Umum Partai Golkar itu juga menyebut bahwa hingga saat ini Indonesia belum pernah mengimpor gas bumi.
"Jadi kita masih mampu mengelola antara komitmen kita dengan luar negeri dengan konsumsi dalam negeri," ucap Bahlil.
Adapun selama semester I 2025, produksi gas bumi Indonesia konsisten di atas target APBN 2025.
Tambang Bawah Tanah Penuh Lumpur, Pekerja Freeport Belum Kunjung Ditemukan |
![]() |
---|
Update Kasus Ledakan Pipa Gas Nord Stream 2022, Italia Ekstradisi Seorang Warga Ukraina ke Jerman |
![]() |
---|
Yulisman Desak KLH Perkuat Tata Kelola Limbah Migas, Tambang & Sawit |
![]() |
---|
Sudah 9 Hari 7 Pekerja Freeport Indonesia Terjebak Longsor Tambang Bawah Tanah, Komunikasi Terputus |
![]() |
---|
Kemenperin Genjot Hilirisasi Kemenyan: Diminati Pasar Global, India Hingga Prancis |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.