Selasa, 7 Oktober 2025

Bedah Buku Margono Djojohadikusumo: Jejak Pendiri BNI dalam Ekonomi RI

Salah satu momen paling menyentuh datang dari Endang Pratiwi, cucu Margono. Ia membagikan kenangan pribadi

Penulis: Glery Lazuardi
Tribunnews.com/Handout
FONDASI EKONOMI INDONESIA - Suasana bedah buku “Margono Djojohadikusumo: Pejuang Ekonomi dan Pendiri BNI 1946” di Serang, Banten, Jumat (18/7/2025). Peserta antusias menggali kembali warisan ekonomi bangsa. 

TRIBUNNEWS.COM – Sosok Margono Djojohadikusumo kembali mendapat sorotan dalam acara bedah buku “Margono Djojohadikusumo: Pejuang Ekonomi dan Pendiri BNI 1946” yang digelar Jumat, 18 Juli 2025, di Tanah Jawara, Serang, Banten. Buku ini mengangkat kembali kiprah Margono sebagai arsitek ekonomi nasional dan pendiri Bank Negara Indonesia (BNI) pascakemerdekaan.

Acara ini menjadi ruang refleksi atas kontribusi Margono dalam membangun fondasi ekonomi Indonesia. Dalam sambutan yang disampaikan oleh Staf Khusus Asrian Mirza mewakili Menteri Kebudayaan Fadli Zon, ditegaskan bahwa Margono lebih dari sekadar tokoh perbankan.

“Margono bukan hanya tokoh perbankan, ia adalah pejuang ide dan integritas. Lewat BNI, ia membuktikan bahwa kemerdekaan ekonomi adalah bagian dari kemerdekaan sejati bangsa,” ujar Asrian.

Tiga penulis buku—HMU Kurniadi, Jimmy S. Harianto, dan Iqbal Irsyad—hadir untuk membagikan kisah di balik proses penulisan. Mereka menjelaskan bahwa riset dilakukan melalui penelusuran arsip sejarah, wawancara dengan keluarga Margono, serta tokoh-tokoh ekonomi yang mengenalnya secara pribadi.

“Kami mewawancarai Bu Sukartini Djojohadikusumo, ekonom Emil Salim, dan Sudrajat Djiwandono. Buku ini juga diperkaya tulisan Savitri Prastiti Scherer, cucu almarhum,” ujar Kurniadi.

Baca juga: Luhut: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Bakal Naik 0,5 Persen Usai Keputusan Penurunan Tarif Trump 

Kurniadi menambahkan, seluruh foto dalam buku berasal dari koleksi pribadi keluarga, sementara desain sampul dikerjakan oleh cucu Margono, Vinda.

Jimmy S. Harianto menegaskan bahwa buku ini ditulis untuk mengisi kekosongan narasi sejarah tentang para perintis ekonomi republik yang sering terlupakan.

“Margono adalah salah satu arsitek ekonomi Republik. Buku ini adalah upaya untuk mengenalkan kembali jasa-jasa beliau kepada generasi muda,” jelas Jimmy.

Warisan Nasionalisme dan Momen Emosional

Salah satu momen paling menyentuh datang dari Endang Pratiwi, cucu Margono. Ia membagikan kenangan pribadi tentang nilai-nilai nasionalisme dan kemandirian yang diwariskan oleh sang kakek.

"Eyang selalu berkata bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang berdiri di atas kakinya sendiri. Prinsip itu menjadi warisan paling berharga bagi kami,” ucap Endang dengan mata berkaca-kaca.

Sebagai penutup, Endang menyanyikan lagu “Can’t Help Falling in Love” karya Elvis Presley—lagu favorit sang kakek—yang menambah nuansa hangat dan emosional dalam acara tersebut.

Sekilas Margono Djojohadikusumo

Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto saat berziarah ke makam sang ayah, Prof. Soemitro Djojohadikusumo di TPU Karet Bivak, Jakarta Pusat,Selasa (25/4/2023)
Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto saat berziarah ke makam sang ayah, Prof. Soemitro Djojohadikusumo di TPU Karet Bivak, Jakarta Pusat,Selasa (25/4/2023) (Istimewa)

Margono Djojohadikusumo adalah tokoh penting dalam sejarah ekonomi Indonesia. Lahir di Banyumas pada 16 Mei 1894, ia dikenal sebagai pendiri dan Direktur Utama pertama Bank Negara Indonesia (BNI), yang berdiri pada 5 Juli 1946.

Di masa awal kemerdekaan, Margono memimpin penerbitan Oeang Republik Indonesia (ORI) dan membantu membangun sistem keuangan nasional.

Ia berasal dari keluarga priyayi dan merupakan cicit Panglima Banyakwide, pengikut Pangeran Diponegoro.

Margono adalah ayah dari ekonom Soemitro Djojohadikusumo dan kakek dari Prabowo Subianto serta Hashim Djojohadikusumo. Dua putranya gugur dalam Pertempuran Lengkong tahun 1946.

Baca juga: Muhammadiyah: Dunia Perbankan Belum Memihak ke UMKM

Selain di bidang perbankan, Margono aktif dalam BPUPKI dan pernah mengusulkan penggunaan Hak Angket di DPR.

Ia wafat pada 25 Juli 1978 dan dimakamkan di Dawuhan, Banyumas.

Atas kontribusinya, Margono kini diusulkan sebagai Pahlawan Nasional.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved