Selasa, 7 Oktober 2025

Trump Terapkan Tarif Timbal Balik

Tarif Trump Turun Jadi 19 Persen, Ini Kata Himpunan Pengusaha Muda Indonesia

Akbar Himawan Buchari memandang upaya pemerintah sudah maksimal dalam melakukan negosiasi tarif impor

Editor: Sanusi
HO
TARIF IMPOR TRUMP - Ketua Umum Badan Pengurus Pusat (BPP) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Akbar Himawan Buchari. Hasil negosiasi RI- AS menghasilkan penurunan tarif resiprokal dari semula 34 persen menjadi 19 persen. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Badan Pengurus Pusat (BPP) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Akbar Himawan Buchari memandang upaya pemerintah sudah maksimal dalam melakukan negosiasi tarif impor bagi produk Indonesia oleh Amerika Serikat (AS).

Hasil negosiasi tersebut, Presiden AS Donald Trump menurunkan tarif dari semula 34 persen menjadi 19 persen.

Akbar mengatakan, sejak April 2025 pemerintah telah berupaya maksimal agar tarif resiprokal yang dipatok Trump tidak terlalu tinggi. Negosiasi pun dilakukan, sambil melancarkan upaya lain.

Baca juga: Prabowo Akui Lakukan Negosiasi Alot dengan Trump untuk Sepakati Tarif Impor

Menurut Akbar, hampir semua menteri terkait berjibaku dalam orkestrasi Presiden Prabowo Subianto. 

Misalnya, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto yang menjadi nakhoda negosiator dengan pihak Washington.

Namum, kata Akbar, siapa sangka gebrakan dari Menteri ESDM Bahlil Lahadalia bisa menyempurnakan puzzle kerja keras ini. 

Di hadapan DPR, Bahlil akan membatalkan rencana impor minyak dan gas dari Amerika jika tarif tidak turun.

"Saya baru berbincang dengan Bang Bahlil. Beliau bercerita, ternyata ancaman itu didengar pihak Amerika. Sehingga mereka melunak, dan menurunkan tarifnya jadi 19 persen," tutur Akbar dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (16/7/2025).

Memang jika dilihat angkanya, tarif ini masih relatif tinggi. Namun, jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, Indonesia lebih kecil. Laos 40 persen, Thailand 36 persen, Malaysia 25 persen, dan Vietnam 20 persen.

Kata Akbar, defisit perdagangan Amerika dengan Indonesia hanya 19 miliar dolar AS. Sementara, Airlangga telah paket senilai 34 miliar dolar AS bentuk pembelian komoditas dan investasi.

"Seharusnya, itu sudah membalikkan neraca perdagangan Amerika, yang sebelumnya defisit akan menjadi surplus," ungkap Akbar.

Dia berharap, tarif masih bisa diturunkan. Sebab, tarif yang tinggi akan menekan industri padat karya. Terlebih pada tekstil, alas kaki, dan perikanan yang cenderung bergantung pada pasar Amerika. 

Sebut ekspor pakaian ke Amerika, persentasenya tembus 60 persen, furniture 59 persen, produk olahan ikan 56 persen, dan alas kaki 33 persen.

"Bila tarif tinggi tetap diberlakukan, risiko penurunan permintaan akan mengguncang kinerja ekspor dan kelangsungan usaha," kata Akbar.

Seperti kita ketahui, ketidakpastian global masih terjadi, begitu juga dengan indeks manufaktur (PMI). 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved