Senin, 29 September 2025

Konflik Iran Vs Israel

Perang Israel-Iran Timbulkan Badai Minyak dan Risiko Stagflasi, Target Ekonomi RI Terancam Gagal

Tak lama setelah eskalasi konflik Israel-Iran, harga minyak mentah jenis Brent melonjak 5 persen, bahkan kontrak berjangka naik lebih dari 13 persen.

|
RNTV/TangkapLayar
CEGAT RUDAL - Sistem pertahanan udara Iron Dome Israel menembak untuk mencegat rudal selama serangan Iran di Tel Aviv, Israel, pada Minggu (15/6/2025). Tak lama setelah eskalasi konflik Israel-Iran, harga minyak mentah jenis Brent melonjak 5 persen, bahkan kontrak berjangka naik lebih dari 13 persen. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perang Israel dan Iran berdampak ke perekonomian global, termasuk Indonesia.

Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat mengatakan, masalah yang dihadapi bukan hanya seputar konflik regional, melainkan potensi krisis ekonomi global yang serius. 

"Kita tahu bahwa gejolak di satu titik dunia, apalagi di wilayah sentral seperti Timur Tengah, akan memicu efek domino yang merambat ke seluruh penjuru," ujar Achmad dikutip Rabu (18/6/2025).

Menurutnya, tidak lama setelah eskalasi konflik Israel-Iran, harga minyak mentah jenis Brent melonjak 5 persen, bahkan kontrak berjangka minyak sempat naik lebih dari 13 persen. 

Baca juga: 10 Jenis Rudal Iran, Rudal Hipersonik Fattah Seri Terbaru Diluncurkan ke Israel

Sementara itu, minyak mentah WTI menembus angka US$ 73 per barel, naik lebih dari 6 persen. 

Lonjakan ini adalah respons langsung terhadap kekhawatiran akan gangguan pasokan di Timur Tengah. 

Ia menyebut, kenaikan harga minyak ini bukan sekadar angka di papan perdagangan. Ini merupakan kenaikan biaya produksi bagi hampir semua industri, kenaikan biaya transportasi, dan pada akhirnya, kenaikan harga barang dan jasa yang akan memukul daya beli masyarakat. 

"Inflasi yang sudah menjadi momok global akan diperparah, dan skenario stagflasi, inflasi tinggi diiringi pertumbuhan ekonomi yang melambat akan menjadi kenyataan yang menakutkan, bahkan dengan potensi harga minyak menyentuh $100+ per barel, guncangan stagflasi menjadi ancaman nyata," papar Achmad.

Dampak Khusus Bagi Indonesia

Achmad menyampaikan, Indonesia sebagai bagian tak terpisahkan dari perekonomian global, badai ini datang pada saat yang tidak tepat, sebab sedang berjuang mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi yang menantang.

"Proyeksi ekonomi Indonesia untuk tahun 2025 sudah berada di level 4,7?n diprediksi akan mencapai 4,5?n sulit melampaui angka ini, bahkan cenderung menurun ke level 4.0 persen," paparnya.

Menurutnya, angka ini yang sejatinya sudah merupakan sebuah tantangan di tengah pemulihan pasca-pandemi dan tekanan inflasi global, kini terancam semakin tertekan oleh gejolak eksternal yang diakibatkan oleh konflik di Timur Tengah.

Achmad mengatakan, bayangkan ekonomi Indonesia sebagai sebuah rumah tangga. Pendapatan keluarga bergantung pada stabilitas pekerjaan dan harga-harga yang wajar di pasar. 

Jika harga kebutuhan pokok melambung karena kenaikan harga minyak, daya beli keluarga akan terkikis, inflasi domestik akan melonjak, dan beban hidup masyarakat akan meningkat secara signifikan. 

Ketika investasi asing langsung (FDI) yang menjadi motor penggerak pertumbuhan tersendat karena ketidakpastian global yang meningkat dan investor memilih menunda ekspansi, maka lapangan kerja yang bisa tercipta akan berkurang. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan